Building Information Modeling (BIM) semakin diakui sebagai game-changer dalam industri konstruksi global. Teknologi ini tidak hanya menyediakan model 3D yang informatif, tapi juga mengintegrasikan berbagai fase proyek, dari perencanaan hingga operasi dan pemeliharaan. BIM menjanjikan efisiensi biaya, pengurangan pekerjaan ulang, dan peningkatan kolaborasi antarpihak.
Namun, di Indonesia, meski implementasi BIM mulai digalakkan—termasuk pada proyek strategis nasional seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN)—nyatanya proses adopsinya masih jauh dari ideal. Penelitian oleh Latupeirissa dkk. mengupas secara mendalam tantangan-tantangan nyata yang dihadapi dalam mengimplementasikan BIM pada proyek konstruksi nasional.
Studi Kasus Nasional: Apa Kata Praktisi Proyek?
Penelitian ini melibatkan 45 responden dari beragam latar belakang—pemilik proyek, konsultan, kontraktor swasta dan BUMN—dengan pengalaman kerja dominan di atas lima tahun. Mereka tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan telah terlibat dalam proyek konstruksi yang mencoba menerapkan BIM, meskipun belum semua berhasil sepenuhnya.
Melalui pendekatan survei kuantitatif dan analisis korelasi linear, penelitian ini mengidentifikasi tujuh tantangan utama yang menjadi penghambat implementasi BIM secara efektif.
Tujuh Tantangan Besar Implementasi BIM di Indonesia
- Kesiapan Teknis BIM
- Tantangan ini dianggap sangat penting oleh 88,89% responden.
- BIM menuntut perangkat keras canggih, koneksi internet stabil, dan perangkat lunak berlisensi mahal. Banyak perusahaan, terutama skala menengah dan kecil, belum siap secara infrastruktur.
- Hasil analisis menunjukkan korelasi kuat antara kesiapan teknis dan keberhasilan implementasi BIM, dengan nilai r = 0,8140.
- Perubahan Paradigma Organisasi
- Sebanyak 91,11% responden mengakui adanya resistensi budaya organisasi terhadap sistem kolaboratif seperti BIM.
- Banyak manajer proyek masih nyaman dengan metode tradisional dan tidak mendorong timnya untuk berubah.
- Korelasi antara faktor ini dan adopsi BIM terbilang signifikan (r = 0,5260).
- Kesadaran Lingkungan Kerja terhadap BIM
- Meski lebih dari 93% responden menyatakan sadar akan pentingnya BIM, banyak tim proyek belum mengintegrasikan pengetahuan ini ke dalam rutinitas kerja.
- BIM sering kali dianggap sebagai tanggung jawab tim desain saja, padahal seharusnya menyentuh semua pihak.
- Nilai korelasi yang diperoleh r = 0,4730, menunjukkan hubungan moderat namun penting.
- Kepatuhan Terhadap Regulasi Terkait BIM
- Sebanyak 95,56% responden menyoroti kurangnya pemahaman dan penegakan aturan pemerintah terkait standar BIM.
- Pemerintah sebenarnya sudah mendorong penggunaan BIM pada gedung negara berukuran >2.000 m², namun pelaksanaannya belum merata.
- Korelasi r = 0,5190 mencerminkan bahwa regulasi yang belum jelas adalah penghambat yang nyata.
- Kompetensi dan Keterampilan SDM
- 95,56% menyatakan bahwa kurangnya pelatihan dan pembinaan teknis adalah hambatan besar.
- Banyak tenaga kerja konstruksi belum terpapar teknologi digital modern, apalagi BIM yang kompleks.
- Nilai korelasi r = 0,7420 menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas SDM akan sangat menentukan keberhasilan BIM.
- Kepemimpinan yang Konsisten dan Efektif
- 97,78% responden menyadari pentingnya pemimpin proyek yang mendukung dan konsisten dalam mendorong transformasi digital.
- Sayangnya, banyak pimpinan proyek masih bertindak otoriter dan tidak membuka ruang kolaborasi.
- Nilai korelasi yang tinggi (r = 0,8550) menegaskan pentingnya kepemimpinan dalam ekosistem BIM.
- Kematangan Penggunaan BIM
- Seluruh responden (100%) sepakat bahwa belum ada standardisasi atau indikator yang jelas untuk mengukur seberapa “matang” penggunaan BIM dalam proyek mereka.
- BIM sering kali digunakan hanya untuk visualisasi 3D awal, bukan sebagai alat manajemen proyek komprehensif.
- Nilai korelasi r = 0,7630 mengindikasikan bahwa semakin matang penggunaan BIM, semakin besar peluang keberhasilan proyek secara menyeluruh.
Studi Kualitatif Tambahan: BIM dalam Proyek-Proyek Nasional
Penelitian ini menyoroti implementasi BIM pada beberapa proyek pemerintah yang patut dicermati:
- Renovasi Stadion GBK dan Manahan Solo BIM digunakan untuk mengoordinasikan desain struktural dan MEP (mekanikal, elektrikal, plumbing), serta simulasi waktu pelaksanaan.
- Pembangunan Pasar Atas Bukittinggi dan Arena PON Papua Digunakan untuk clash detection dan optimasi pemanfaatan material bangunan.
- Proyek IKN Kementerian PUPR menggandeng vendor BIM dari Singapura untuk memastikan pembangunan kota baru berjalan sesuai masterplan digital.
Namun sayangnya, keberhasilan proyek-proyek ini tidak sepenuhnya merefleksikan kondisi nasional. Implementasi BIM di sektor swasta dan proyek kecil-menengah masih jauh tertinggal, terutama karena hambatan budaya, biaya, dan SDM.
Rekomendasi Strategis untuk Mendorong Implementasi BIM
Dari hasil analisis dan wawancara, beberapa langkah strategis dapat disimpulkan:
- Pengembangan Standar Nasional
- Pemerintah perlu mempercepat penyusunan SNI atau regulasi resmi terkait BIM yang berlaku nasional.
- Sertifikasi kompetensi dan akreditasi vendor BIM perlu diatur secara ketat.
- Kampanye Kesadaran dan Pelatihan
- Sosialisasi manfaat BIM melalui seminar, workshop, dan pelatihan bersertifikat.
- Libatkan universitas dan politeknik untuk memasukkan BIM dalam kurikulum teknik sipil dan arsitektur.
- Subsidi atau Insentif Teknologi
- Pemerintah bisa memberikan potongan pajak atau subsidi software BIM untuk kontraktor lokal.
- Kemitraan dengan penyedia teknologi juga perlu didorong untuk skema sewa atau cloud-based software yang lebih murah.
- Penguatan Kepemimpinan Proyek
- Latih project manager untuk memiliki mindset digital leadership.
- Tinjau ulang struktur organisasi agar lebih horizontal dan kolaboratif.
Penutup: BIM Bukan Lagi Pilihan, Tapi Keniscayaan
Transformasi digital dalam industri konstruksi bukan sekadar tren global, tetapi kebutuhan yang mendesak. Indonesia punya potensi besar memanfaatkan BIM, namun jalan menuju ke sana masih penuh tantangan.
Penelitian ini menyajikan gambaran komprehensif dan realistis tentang kondisi implementasi BIM di Indonesia. Jika ketujuh tantangan utama yang diidentifikasi dapat diatasi secara bertahap dan terstruktur, bukan tidak mungkin BIM akan menjadi standar baru dalam setiap proyek konstruksi nasional.
Dan lebih dari itu, Indonesia bisa tampil sebagai pelopor transformasi digital di sektor konstruksi kawasan Asia Tenggara.
Sumber asli:
Latupeirissa, J. E., Arrang, H., & Wong, I. L. K. (2024). Challenges of Implementing Building Information Modeling in Indonesia Construction Projects. Engineering and Technology Journal, Volume 9, Issue 04, April 2024, pp. 3863–3871.