Artificial Intelligence dalam Industri Konstruksi Australia: Tren, Tantangan, dan Masa Depan

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza

29 April 2025, 13.41

Freepik.com

Pendahuluan: AI dan Revolusi Digital di Konstruksi

 

Industri konstruksi Australia, meskipun berkontribusi sekitar 9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dengan proyeksi kenaikan hingga 11,5% dalam lima tahun, masih tertinggal dalam penerapan teknologi canggih dibanding sektor lain. Artificial Intelligence (AI) digadang-gadang sebagai solusi untuk meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya, serta meningkatkan keselamatan di proyek konstruksi.

 

Namun, seiring potensinya, adopsi AI di industri ini menghadapi tantangan besar: keterbatasan penelitian, resistensi budaya, kekhawatiran keamanan data, hingga ketakutan terhadap hilangnya pekerjaan. Artikel yang dibahas ini menyelidiki persepsi masyarakat Australia terhadap penggunaan AI di sektor konstruksi dengan menggunakan analisis data media sosial, khususnya Twitter.

 

Metodologi: Analisis Sentimen Media Sosial

 

Penelitian ini menggunakan analisis data Twitter selama dua tahun (Juli 2019–Juli 2021), menghasilkan 7.906 tweet setelah proses penyaringan dari 11.365 tweet. Data diklasifikasikan berdasarkan:

  • Lokasi geografis
  • Sentimen (positif, negatif, netral)
  • Topik AI spesifik (seperti IoT, robotika, machine learning)

Metode ini memberikan gambaran real-time tentang bagaimana publik memandang penggunaan AI di lapangan, berbeda dari survei tradisional yang sering bias.

 

Hasil Utama: Bagaimana Masyarakat Memandang AI di Konstruksi?

 

A. Persepsi Masyarakat

 

  • Positif: 49% tweet menunjukkan sentimen positif terhadap AI, dengan tema dominan seperti efisiensi, inovasi, dan digitalisasi.
  • Negatif: 37% memperlihatkan kekhawatiran, terutama terkait kehilangan pekerjaan, risiko keamanan data, dan kompleksitas implementasi.
  • Netral: 14% tidak mengekspresikan opini jelas, hanya menggunakan hashtag umum.

 

Catatan Menarik:

  • Queensland dan New South Wales mendominasi sentimen positif.
  • Northern Territory menunjukkan resistensi terbesar, dengan 74% tweet bernada negatif.

 

B. Teknologi AI Paling Populer

 

Berdasarkan analisis frekuensi kata, teknologi AI yang paling banyak dibahas meliputi:

  • Robotika (931 mention)
  • IoT (Internet of Things) (562 mention)
  • Machine Learning (522 mention)
  • Big Data (457 mention)

Contoh Nyata: Queensland mencatatkan popularitas tertinggi dalam diskusi tentang robotika, tiga kali lebih tinggi dibandingkan Victoria.

 

C. Peluang Implementasi AI

 

Peluang yang paling sering dikaitkan dengan AI meliputi:

  • Digitalisasi (767 tweet)
  • Inovasi (691 tweet)
  • Efisiensi (109 tweet)
  • Produktivitas (232 tweet)

Misalnya, teknologi IoT sering dipuji karena meningkatkan produktivitas proyek konstruksi dengan konektivitas real-time antar alat berat.

 

D. Hambatan Implementasi AI

 

Kendala utama yang diidentifikasi:

  • Keamanan Data (156 mention)
  • Kompleksitas Implementasi (96 mention)
  • Kurangnya Kemampuan Teknis (110 mention)

Studi Kasus: Banyak tweet mengkhawatirkan bahwa integrasi AI akan meningkatkan ketergantungan pada sistem otomatis tanpa kesiapan sistem keamanan siber yang memadai.

 

Diskusi dan Analisis Tambahan

 

A. Dampak Nyata di Lapangan

Sudah ada proyek di Australia yang menggunakan AI, misalnya

  • Sistem prediksi risiko proyek berbasis machine learning untuk menghindari keterlambatan.
  • Robotika dalam pemasangan struktur baja untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja.

Meskipun demikian, adopsi AI tetap terbatas pada perusahaan besar, sedangkan perusahaan kecil-menengah (SME) masih gagap menghadapi perubahan ini.

 

B. Perbandingan dengan Negara Lain

Jika dibandingkan, negara seperti Singapura dan Amerika Serikat jauh lebih progresif dalam mengadopsi AI di sektor konstruksi. Di Singapura, proyek Smart Construction Sites berbasis AI sudah diterapkan untuk manajemen keselamatan otomatis.

Australia masih berada di tahap awal transformasi digital, dengan adopsi sporadis dan belum menyeluruh.

 

C. Kritik terhadap Penelitian

Meskipun inovatif, penggunaan Twitter sebagai sumber data memiliki keterbatasan:

  • Representasi hanya sebatas pengguna media sosial aktif, bukan seluruh populasi.
  • Sentimen bisa dipengaruhi bias topik trending.

Diperlukan penelitian lanjutan yang lebih komprehensif menggunakan data dari berbagai platform seperti LinkedIn atau survei lapangan.

 

D. Implikasi Praktis

 

Agar AI dapat diadopsi lebih luas, disarankan:

  • Pelatihan SDM: Memberikan pelatihan keterampilan baru tentang penggunaan AI di lapangan.
  • Regulasi Keamanan Data: Membuat kebijakan nasional yang melindungi data proyek.
  • Insentif Finansial: Memberikan subsidi atau insentif pajak bagi perusahaan konstruksi yang mengadopsi AI.

 

E. Masa Depan AI di Konstruksi

 

Dalam 5–10 tahun mendatang, penerapan AI diprediksi akan:

  • Mengubah peran pekerja konstruksi, dari tenaga kasar menjadi operator teknologi.
  • Mempercepat proyek pembangunan, dengan lebih sedikit keterlambatan akibat kesalahan manusia.
  • Mendorong terciptanya ekosistem baru antara manusia dan mesin dalam konstruksi.

 

Kesimpulan

 

AI memiliki potensi revolusioner dalam sektor konstruksi Australia, dengan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Namun, kesuksesan adopsinya bergantung pada kemampuan industri untuk mengatasi hambatan teknis, sosial, dan regulasi.

 

Penelitian berbasis media sosial seperti ini memberi pandangan awal yang berharga tentang persepsi publik, tetapi perlu diimbangi dengan pendekatan lebih luas untuk memahami dinamika transformasi digital sektor ini.

 

 

Referensi

 

Massimo Regona, Tan Yigitcanlar, Bo Xia, Rita Yi Man Li. (2022). Artificial Intelligent Technologies for the Construction Industry: How Are They Perceived and Utilized in Australia?. Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity, 8(1), 16. DOI:10.3390/joitmc8010016