Sistem digital

Menyatukan Sistem Kinerja dan Manajemen Kualitas Berbasis Data

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 24 April 2025


Pendahuluan: Ketika Pabrik Menjadi Cerdas

Revolusi Industri 4.0 bukan hanya soal otomatisasi, tapi tentang bagaimana data, mesin, dan manusia terhubung secara dinamis untuk mencapai efisiensi maksimal. Dalam paper ini, Tambare dan rekan-rekannya mengangkat urgensi untuk merancang sistem pengukuran kinerja (PMS) dan manajemen kualitas (QM) yang sepadan dengan kompleksitas dan peluang Industri 4.0—dari adopsi IoT, cloud computing, hingga AI.

Alih-alih hanya mengulas teknologi, mereka mengurai bagaimana standar internasional seperti ISO 22400 dan ISA-95 diadaptasi oleh industri seperti Scania dan Rolls-Royce untuk meningkatkan kinerja dan kualitas secara berkelanjutan.

 

H2: Evolusi Industri Menuju Era 4.0

Penulis memetakan empat fase revolusi industri, dari era mekanisasi hingga cyber-physical systems (CPS) hari ini. Dalam Industri 4.0, produksi tidak lagi linier dan statis, melainkan bersifat adaptif, terhubung, dan berbasis data real-time. Konsep kunci seperti smart factory dan digital twin menjadi fondasi baru dalam manufaktur modern.

Fakta penting:

Rolls-Royce kini mengandalkan 100 sensor di 14.000 mesin jet yang mengirimkan 65.000 jam data operasional harian. Data ini dianalisis untuk prediksi kegagalan dan peningkatan kualitas.

 

H2: Pengukuran Kinerja di Era Data

H3: ISO 22400 dan KPI Cerdas

ISO 22400 tidak sekadar menyediakan daftar indikator, tetapi kerangka kerja untuk menyusun Key Performance Indicator (KPI) yang relevan dan real-time. Beberapa KPI yang dibahas:

  • Overall Equipment Effectiveness (OEE): Hasil perkalian antara ketersediaan, performa, dan kualitas.
  • First Pass Yield (FPY): Persentase produk yang lolos inspeksi pertama tanpa rework.
  • Throughput Rate & Scrap Ratio: Metrik efisiensi dan pemborosan dalam proses produksi.

Tambare et al. menjelaskan bahwa keberhasilan pengukuran tergantung pada “data acquisition” yang baik. Di Scania, data dari sistem power tools diintegrasikan dengan Enterprise Service Bus untuk ekstraksi KPI secara otomatis.

H3: ISA-95 dan Integrasi TI–OT

Standar ISA-95 berfokus pada integrasi antara sistem operasional (SCADA, PLC) dan sistem perusahaan (ERP, CRM). Studi kasus pada Oracle Manufacturing Operation Center menunjukkan penggunaan 55 KPI pada 14 dashboard berbeda untuk memantau produktivitas dan efisiensi pabrik secara holistik.

 

H2: Quality 4.0: Bukan Sekadar Kontrol, Tapi Kolaborasi Cerdas

Quality 4.0 bukan hanya melanjutkan prinsip Total Quality Management (TQM), tetapi membawa pendekatan digital ke tingkat yang lebih tinggi—memadukan AI, IoT, big data, dan konektivitas lintas departemen.

H3: 11 Pilar Quality 4.0 ala LNS Research

Framework dari LNS mengidentifikasi 11 dimensi transformasi digital dalam manajemen kualitas, seperti:

  • Data: Pusat dari keputusan berbasis bukti.
  • Analytics: Penggunaan machine learning untuk deteksi dini masalah.
  • Connectivity & Collaboration: Integrasi vertikal dan horizontal di seluruh rantai pasok.
  • Scalability & App Development: Kustomisasi sistem berbasis kebutuhan pelanggan.
  • Compliance & Leadership: Otomatisasi pelaporan hingga budaya kualitas yang dipimpin top management.

H3: Studi Kasus Rolls-Royce: Inovasi Kualitas yang Terdefinisi Ulang

Di Rolls-Royce, pendekatan Quality 4.0 bukan hanya teori:

  • Sensor dan nanobot digunakan untuk predictive maintenance.
  • Sistem kualitas terintegrasi dengan AI untuk pemantauan real-time.
  • Platform digital kolaborasi dengan Microsoft Azure dan Tata Consultancy Services memungkinkan prediksi sebelum terjadi kerusakan.

 

H2: Tantangan dan Peluang dalam Implementasi Industri 4.0

Paper ini tidak hanya menyorot sisi positif, tetapi juga realistis dengan menghadirkan tantangan utama yang dihadapi industri:

H3: Tantangan

  • Standardisasi: Banyak organisasi belum memiliki protokol terpadu untuk pertukaran data.
  • Keamanan Siber: Meningkatnya keterhubungan membuka celah bagi serangan siber.
  • Integrasi Sistem: TI dan OT masih sering berjalan sendiri-sendiri.
  • Koneksi Jaringan: Di negara berkembang, infrastruktur internet masih menjadi kendala.

H3: Solusi & Rekomendasi

  • Mengadopsi ISA-95 dan ISO 22400 sebagai standar integrasi.
  • Implementasi framework seperti KPI-ML (KPI Markup Language) untuk pertukaran data metrik.
  • Pengembangan arsitektur referensi interoperabel.
  • Pelatihan intensif untuk SDM dalam cybersecurity dan teknologi produksi digital.

 

H2: Refleksi Kritis dan Perbandingan

Studi Tambare et al. unggul dalam memberikan narasi menyeluruh, tetapi beberapa area bisa ditingkatkan:

  • Penekanan lebih pada people factor—bagaimana transformasi ini berdampak pada pekerjaan dan kompetensi tenaga kerja.
  • Kurangnya pembahasan mendalam soal keberlanjutan dan dampak lingkungan dari digitalisasi manufaktur.

Dibandingkan paper sejenis seperti “Digitalization Platform for Data-Driven Quality Management” oleh Filz et al., Tambare dkk. lebih luas namun kurang spesifik pada praktik aplikasi sistem yang modular dan scalable.

 

H2: Implikasi Praktis untuk Industri

Bagi praktisi industri, tulisan ini menyajikan cetak biru (blueprint) transisi menuju smart manufacturing yang dapat:

  • Membantu menyusun roadmap adopsi KPI berbasis ISO 22400.
  • Mendorong integrasi data real-time untuk keputusan operasional berbasis prediksi.
  • Membangun budaya kualitas berbasis digital, lintas fungsi, dan partisipatif.

Penutup

Dalam dunia manufaktur modern yang bergerak menuju konektivitas total, kemampuan untuk mengukur performa dan mengelola kualitas secara cerdas menjadi syarat mutlak, bukan lagi sekadar keunggulan tambahan. Artikel ini dengan cermat menempatkan sistem pengukuran kinerja dan manajemen mutu dalam satu kerangka terpadu yang sejalan dengan perkembangan Industri 4.0. Tak hanya menyajikan kerangka teoritis, tulisan ini juga menghadirkan studi kasus nyata dan rekomendasi strategis yang bisa dijadikan referensi implementasi di dunia industri.

Baik perusahaan besar maupun menengah yang ingin menavigasi kompleksitas manufaktur digital akan menemukan panduan yang jelas dan praktis dalam tulisan ini. Kuncinya terletak pada kemampuan beradaptasi—bukan hanya teknologi, tapi juga proses, struktur organisasi, dan pola pikir.

 

Sumber

Tambare, P., Meshram, C., Lee, C.-C., Ramteke, R. J., & Imoize, A. L. (2022). Performance Measurement System and Quality Management in Data-Driven Industry 4.0: A Review. Sensors, 22(1), 224.

 

Selengkapnya
Menyatukan Sistem Kinerja dan Manajemen Kualitas Berbasis Data
page 1 of 1