Deteksi dimensi

Otomatisasi Cerdas dengan OpenCV dan Arduino

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 16 April 2025


Mengapa Industri Kecil Butuh Teknologi Inspeksi yang Efisien dan Terjangkau?

Di tengah pesatnya perkembangan manufaktur cerdas dan otomatisasi industri, masih banyak pelaku usaha skala kecil dan menengah (UKM) yang bergulat dengan proses inspeksi manual yang tidak efisien. Salah satu titik kritis dalam kontrol kualitas adalah inspeksi komponen yang masuk (inward inspection)—sebuah proses vital untuk memastikan bahwa suku cadang yang diterima dari vendor memenuhi standar sebelum digunakan dalam produksi.

Namun, perangkat inspeksi otomatis yang tersedia di pasaran sering kali terlalu mahal dan kompleks untuk UKM. Inilah celah yang ingin dijawab oleh tim peneliti dari Vishwakarma Institute of Technology, Pune, melalui implementasi model berbasis OpenCV dan Arduino, yang menjanjikan solusi inspeksi otomatis berbiaya rendah dan mudah diterapkan.

 

H2: Apa yang Membuat Pendekatan Ini Spesial?

Fokus pada Efisiensi, Bukan Kemewahan

Penelitian ini menargetkan implementasi sistem inspeksi real-time berbasis visi komputer yang mampu menjalankan tugas 24 jam non-stop, tanpa kompromi terhadap akurasi. Menariknya, sistem ini dibangun menggunakan komponen-komponen terjangkau dan mudah ditemukan, seperti kamera biasa, mikrokontroler Arduino Uno, dan motor DC untuk aktuasi.

Alih-alih membangun sistem canggih yang sulit direplikasi, mereka justru memprioritaskan kesederhanaan, biaya rendah, dan efektivitas praktis. Tujuan utamanya adalah agar solusi ini dapat digunakan oleh industri dari berbagai skala, terutama yang belum mampu membeli mesin inspeksi konvensional seharga puluhan juta rupiah.

 

H2: Cara Kerja Sistem Inspeksi Otomatis Berbasis OpenCV

1. Kombinasi Dua Dunia: Computer Vision & Mekatronika

Sistem ini terdiri dari dua komponen besar:

  • Visi Komputer (Computer Vision): Bertugas mendeteksi, mengukur, dan mengevaluasi dimensi fisik objek berdasarkan citra kamera.
  • Mekatronika: Bertanggung jawab untuk merespon hasil analisis vision system dengan menggerakkan aktuator, misalnya untuk memisahkan komponen cacat dari jalur produksi.

Kedua sistem ini terhubung erat melalui komunikasi serial antara Python dan Arduino.

2. Alur Sistem: Dari Kamera ke Keputusan

Secara garis besar, alur sistem melibatkan:

  • Kamera memindai objek di atas conveyor belt.
  • OpenCV menganalisis citra untuk mengukur dimensi objek (panjang, lebar, luas).
  • Jika ukuran tidak sesuai standar (misal: lebih kecil atau besar dari toleransi), sinyal dikirim ke Arduino.
  • Arduino mengaktifkan aktuator linier untuk menyisihkan objek cacat.
  • LCD display menampilkan status, dan buzzer menyala saat terjadi penolakan.

Sistem ini bahkan dirancang sedemikian rupa agar bisa diterapkan di real factory setup, tidak hanya dalam simulasi.

 

H2: Studi Kasus: Deteksi Ukuran Paku (Nail Inspection)

Eksperimen Deteksi dan Validasi

Untuk validasi awal, sistem diuji dalam mendeteksi ukuran paku yang bergerak di atas conveyor. Dua skenario ditunjukkan:

  • Kasus 1 (Ukuran Sesuai): OpenCV menampilkan kotak hijau di sekitar paku dan menunjukkan bahwa dimensinya berada dalam batas toleransi (±1,5mm hingga 2mm).
  • Kasus 2 (Ukuran Tidak Sesuai): Paku ditandai dengan kotak merah, sistem mengirimkan sinyal ke Arduino untuk mengeluarkannya dari jalur.

Akurasi Deteksi

Dari pengujian ini, sistem mencatat tingkat akurasi sebesar 97% dalam mengidentifikasi dimensi objek dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengaturan yang tepat, bahkan sistem sederhana ini bisa memberikan hasil yang sangat kompetitif.

 

H2: Teknologi dan Komponen Utama dalam Sistem

1. Arduino Uno

Sebagai otak kontrol mekatronika, Arduino Uno menerima sinyal dari komputer (melalui Python) dan mengaktifkan motor atau aktuator berdasarkan logika yang telah diprogram.

2. L298N Motor Driver

Modul ini bertugas mengatur arah dan kecepatan motor DC, baik untuk conveyor maupun aktuator. Ia mendukung hingga 36V dan 2A, cukup untuk kebutuhan inspeksi ringan-menengah.

3. Kamera Web dan OpenCV

Perangkat keras sederhana seperti kamera USB standar sudah cukup digunakan, selama pencahayaan stabil. OpenCV digunakan untuk mendeteksi objek, mengukur dimensi dalam piksel, lalu dikonversi ke ukuran fisik berdasarkan kalibrasi.

4. Conveyor Belt dan Linear Actuator

Komponen ini menangani pergerakan fisik objek dan memisahkan bagian yang tidak sesuai. Sistem ini dapat disesuaikan dengan pneumatic arm untuk versi yang lebih cepat dan kuat.

 

H2: Simulasi Virtual dengan Factory I/O

Visualisasi Sistem Industri

Untuk memberikan gambaran nyata bagaimana sistem ini bekerja dalam lingkungan pabrik, tim menggunakan Factory I/O—software simulasi pabrik 3D yang memungkinkan pengujian virtual dari sistem otomasi.

Dalam simulasi ini, conveyor bergerak dan objek yang terdeteksi cacat langsung dikeluarkan oleh aktuator berdasarkan input dari sensor visi. Simulasi menggunakan Control IO untuk logika sederhana, seperti penggunaan NOT gate dalam pengambilan keputusan.

Manfaat Simulasi

  • Menyediakan validasi sebelum implementasi nyata.
  • Menyediakan platform untuk menguji berbagai skenario inspeksi tanpa risiko kerusakan alat.

 

H2: Dampak Praktis dan Potensi Implementasi di Industri

1. Solusi Ideal untuk Industri Kecil dan Menengah

Industri kecil umumnya mengandalkan proses manual untuk inspeksi barang dari vendor. Sistem ini memungkinkan otomatisasi inspeksi dasar seperti pengukuran dimensi, tanpa perlu membeli sistem kamera industri mahal.

Contohnya, industri suku cadang logam kecil dapat dengan mudah mengadopsi sistem ini untuk memverifikasi diameter gear, panjang baut, atau dimensi cincin logam sebelum digunakan dalam produksi.

2. Meningkatkan Konsistensi dan Efisiensi

Manusia cenderung membuat kesalahan karena kelelahan atau kurangnya konsentrasi. Sistem ini, dengan akurasi mendekati 97%, mampu bekerja tanpa lelah selama 24/7. Ini meningkatkan konsistensi kualitas produk dan mengurangi biaya cacat.

3. Dapat Ditingkatkan Sesuai Kebutuhan

Meskipun saat ini berbasis pengukuran dimensi, sistem bisa dikembangkan lebih lanjut untuk:

  • Deteksi cacat permukaan (misal goresan, retakan).
  • Klasifikasi objek berdasarkan bentuk.
  • Integrasi dengan sistem database untuk pelacakan produk.

 

H2: Kritik dan Saran Pengembangan

Kelebihan

  • Biaya rendah: Semua komponen relatif murah dan tersedia di pasaran.
  • Mudah direplikasi: Cocok untuk pendidikan, startup manufaktur, dan UKM.
  • Open source: OpenCV dan Arduino dapat dikustomisasi tanpa lisensi mahal.

Keterbatasan

  • Bergantung pada pencahayaan stabil: Sistem ini bisa gagal jika pencahayaan berubah drastis.
  • Resolusi kamera terbatas: Untuk pengukuran mikro, kamera industri tetap dibutuhkan.
  • Deteksi terbatas pada ukuran fisik: Cacat seperti goresan atau karat belum ditangani.

Arah Pengembangan

  • Gunakan kamera beresolusi tinggi untuk pengukuran presisi.
  • Tambahkan deteksi tekstur atau warna untuk deteksi cacat permukaan.
  • Integrasikan dengan AI/ML untuk klasifikasi lebih canggih dan adaptif.

 

Kesimpulan: Inovasi yang Menjembatani Kebutuhan dan Teknologi

Penelitian ini bukan sekadar eksperimen akademik, tetapi merupakan solusi nyata untuk industri yang selama ini tidak terjangkau oleh otomatisasi inspeksi karena biaya tinggi. Dengan kombinasi OpenCV, Arduino, dan prinsip mekatronika sederhana, tim berhasil menunjukkan bahwa inspeksi otomatis tidak harus mahal atau rumit.

Sistem ini membuka peluang luas bagi industri skala kecil untuk naik kelas dan memasuki era Industri 4.0 tanpa investasi besar. Jika dikembangkan dan disesuaikan lebih lanjut, pendekatan ini bisa menjadi standar baru dalam inspeksi masuk (incoming quality control) berbasis teknologi terbuka.

 

Sumber Artikel

Satkar, A., Jejurkar, S., Shinde, Y., & Mangate, L. D. (2022). Implementation of OpenCV Model for Inward Inspection Technique. International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT), Vol. 11, Issue 7.

Selengkapnya
Otomatisasi Cerdas dengan OpenCV dan Arduino
page 1 of 1