Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Pendahuluan
Industri perhotelan berperan penting dalam ekonomi dan pariwisata, tetapi juga menjadi salah satu kontributor utama pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, banyak hotel mulai mengadopsi praktik green purchasing sebagai bagian dari strategi mereka untuk mengurangi dampak lingkungan.
Studi ini, yang dilakukan oleh Novia Chandra Tanuwijaya, Zeplin Jiwa Husada Tarigan, dan Hotlan Siagian, menganalisis bagaimana komitmen manajemen puncak memengaruhi kinerja perusahaan melalui green purchasing dan Supplier Relationship Management (SRM) pada hotel bintang tiga di Surabaya.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei terhadap 71 hotel bintang tiga di Surabaya, dengan tingkat respons 86% (61 hotel mengembalikan kuesioner secara valid). Data dianalisis menggunakan Partial Least Square (PLS) untuk mengevaluasi hubungan antara komitmen manajemen, green purchasing, SRM, dan kinerja perusahaan.
Temuan Utama
1. Komitmen Manajemen Puncak Meningkatkan SRM dan Kinerja Perusahaan
2. SRM Berperan Kunci dalam Green Purchasing dan Kinerja Perusahaan
3. Green Purchasing Berkontribusi pada Kinerja Perusahaan
Implikasi dan Strategi Optimal
Berdasarkan temuan penelitian, beberapa strategi utama yang dapat diterapkan oleh hotel dalam meningkatkan kinerja mereka melalui green purchasing dan SRM adalah:
1. Meningkatkan Komitmen Manajemen terhadap Green Purchasing
2. Mengembangkan Hubungan yang Lebih Kuat dengan Pemasok
3. Menggunakan Teknologi untuk Meningkatkan Efisiensi Green Purchasing
4. Menghubungkan Green Purchasing dengan Strategi Bisnis Hotel
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen manajemen puncak berperan penting dalam meningkatkan hubungan dengan pemasok (SRM) dan kinerja perusahaan. Namun, SRM-lah yang menjadi faktor kunci dalam mendorong green purchasing dan akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan.
Hotel yang ingin meningkatkan daya saing mereka sebaiknya tidak hanya fokus pada efisiensi operasional, tetapi juga memperkuat hubungan dengan pemasok dan mengintegrasikan praktik green purchasing sebagai bagian dari strategi bisnis mereka.
Sumber Asli:
Novia Chandra Tanuwijaya, Zeplin Jiwa Husada Tarigan, Hotlan Siagian (2021). The Effect of Top Management Commitment on Firm Performance through Green Purchasing and Supplier Relationship Management in 3-Star Hotel Industry in Surabaya. Petra Christian University.
Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Pendahuluan
Perkembangan teknologi telah mengubah cara perusahaan mengelola rantai pasokan mereka. Digital procurement, atau penggunaan teknologi digital dalam proses pengadaan, semakin banyak diadopsi oleh perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan hubungan dengan pemasok.
Namun, sejauh mana digital procurement berdampak pada kepuasan pemasok (supplier satisfaction) dan keunggulan operasional (operative excellence) masih menjadi perdebatan. Studi ini, berdasarkan penelitian oleh Tommaso Liberale (2023), mengeksplorasi dampak digital procurement dalam industri kimia dan menguji apakah praktik digital procurement benar-benar meningkatkan kepuasan pemasok atau hanya memperbaiki efisiensi operasional perusahaan.
Metodologi Penelitian
Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif berbasis survei terhadap 119 pemasok di industri kimia. Data dianalisis menggunakan Partial Least Square Structural Equation Modelling (PLS-SEM) untuk mengevaluasi hubungan antara digital procurement, supplier satisfaction, dan operative excellence.
Temuan Utama
1. Digital Procurement Meningkatkan Operative Excellence tetapi Tidak Mempengaruhi Supplier Satisfaction
2. Preferred Customer Status (PCS) Bergantung pada Supplier Satisfaction
3. Profitabilitas dan Operative Excellence Tidak Secara Langsung Meningkatkan Supplier Satisfaction
4. Digital Capability Asymmetry Tidak Mempengaruhi Supplier Satisfaction
Implikasi dan Rekomendasi Strategis
Hasil penelitian ini memberikan beberapa wawasan penting bagi perusahaan yang ingin mengoptimalkan digital procurement dalam rantai pasokan mereka:
1. Fokus pada Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok
2. Gunakan Digital Procurement untuk Efisiensi, tetapi Jangan Lupakan Human Interaction
3. Digitalisasi Harus Disertai dengan Pengembangan Pemasok
4. Prioritaskan Keunggulan Operasional, tetapi Jangan Lupakan Faktor Non-Teknologi
Kesimpulan
Digital procurement memberikan manfaat besar dalam meningkatkan keunggulan operasional perusahaan, tetapi tidak secara langsung meningkatkan kepuasan pemasok. Faktor hubungan bisnis dan peluang pertumbuhan pemasok lebih berperan dalam meningkatkan supplier satisfaction, yang pada akhirnya menentukan apakah perusahaan dapat memperoleh status Preferred Customer.
Untuk mencapai manfaat maksimal dari digital procurement, perusahaan harus menggabungkan teknologi dengan strategi manajemen hubungan pemasok yang efektif. Dengan cara ini, mereka tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga membangun rantai pasokan yang lebih stabil, kolaboratif, dan kompetitif di masa depan.
Sumber Asli:
Tommaso Liberale (2023). Digital Procurement in Buyer-Supplier Relationships: The Impact on Operative Excellence and Supplier Satisfaction. University of Twente.
Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Pendahuluan
Dalam lanskap bisnis yang semakin kompetitif, manajemen hubungan pemasok (Supplier Relationship Management/SRM) berperan penting dalam menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. SRM bukan hanya soal efisiensi biaya, tetapi juga mendorong inovasi, kolaborasi strategis, dan peningkatan daya saing.
Penelitian yang dilakukan oleh Maria Ruuskanen di Lappeenranta-Lahti University of Technology LUT mengeksplorasi bagaimana SRM yang efektif dapat menciptakan nilai di berbagai tingkatan organisasi. Studi ini menyoroti manfaat, tantangan, serta praktik terbaik dalam SRM, dengan fokus pada interaksi antara pembeli dan pemasok.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada wawancara dengan 10 profesional dari 9 industri berbeda, dengan tujuan memahami bagaimana penciptaan nilai terjadi melalui SRM. Hasil studi ini menegaskan bahwa hubungan pembeli-pemasok yang kuat berlandaskan pada kepercayaan, transparansi, dan berbagi informasi.
Temuan Utama
1. Segmentasi Pemasok dan Pengelolaan Hubungan yang Lebih Baik
2. Kolaborasi dengan Pemasok sebagai Kunci Inovasi
3. Transparansi dan Berbagi Informasi untuk Pengambilan Keputusan Lebih Baik
4. Pengembangan Pemasok sebagai Strategi Keunggulan Kompetitif
Strategi Optimal untuk Implementasi SRM yang Efektif
1. Mengoptimalkan Segmentasi dan Evaluasi Pemasok
2. Meningkatkan Kolaborasi Jangka Panjang
3. Menerapkan Teknologi Digital untuk Efisiensi Rantai Pasok
4. Mendorong Pengembangan Pemasok Secara Berkelanjutan
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa SRM bukan hanya alat manajemen rantai pasok, tetapi juga strategi bisnis yang dapat menciptakan nilai signifikan bagi perusahaan. Kepercayaan, transparansi, dan keterlibatan pemasok dalam strategi bisnis perusahaan adalah faktor utama dalam kesuksesan SRM.
Perusahaan yang ingin meningkatkan daya saing harus menerapkan SRM secara menyeluruh, mulai dari segmentasi pemasok, kolaborasi strategis, pemanfaatan teknologi, hingga pengembangan pemasok yang berkelanjutan.
Sumber : Maria Ruuskanen (2021). The Role of Effective Supplier Relationship Management in Value Creation. Lappeenranta-Lahti University of Technology LUT.
Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Pendahuluan
Dalam industri manufaktur makanan dan minuman, pengelolaan hubungan dengan pemasok (Supplier Relationship Management/SRM) menjadi faktor kunci dalam meningkatkan kinerja perusahaan. SRM yang buruk dapat menyebabkan biaya akuisisi tinggi, waktu tunggu panjang, kualitas bahan baku rendah, reputasi buruk, serta pangsa pasar dan profitabilitas yang rendah.
Penelitian oleh Fiona Wanjiku Mwangi dan Samuel Muli menyoroti pengaruh SRM terhadap kinerja organisasi di sektor manufaktur makanan dan minuman di Kiambu County, Kenya. Studi ini mengkaji empat elemen utama dalam SRM: segmentasi pemasok, kolaborasi pemasok, aliran informasi, dan pengembangan pemasok, serta dampaknya terhadap profitabilitas dan efisiensi rantai pasok.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan survei terhadap 63 perusahaan manufaktur makanan dan minuman di Kiambu County, dengan 189 responden dari departemen pengadaan, pergudangan, dan logistik. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan korelasi serta regresi linear untuk melihat hubungan antara elemen SRM dan kinerja perusahaan.
Temuan Utama
1. Segmentasi Pemasok Memengaruhi Efisiensi Operasional
2. Kolaborasi dengan Pemasok Meningkatkan Efektivitas Rantai Pasok
3. Aliran Informasi yang Efektif Meningkatkan Pengambilan Keputusan
4. Pengembangan Pemasok Berkontribusi terhadap Keunggulan Kompetitif
Implikasi dan Strategi Optimal
Berdasarkan temuan penelitian, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk memaksimalkan manfaat SRM dalam industri manufaktur makanan dan minuman:
1. Optimalisasi Segmentasi Pemasok
2. Meningkatkan Kolaborasi dengan Pemasok
3. Memanfaatkan Teknologi untuk Aliran Informasi yang Lebih Baik
4. Investasi dalam Pengembangan Pemasok
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa SRM yang baik—melalui segmentasi pemasok, kolaborasi, aliran informasi yang efektif, dan pengembangan pemasok—berkontribusi langsung terhadap peningkatan kinerja perusahaan di sektor manufaktur makanan dan minuman.
Perusahaan yang ingin meningkatkan daya saingnya harus mengintegrasikan SRM ke dalam strategi bisnis mereka, memanfaatkan teknologi untuk efisiensi komunikasi, serta membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok yang terpercaya.
Sumber : Fiona Wanjiku Mwangi, Samuel Muli (2022). Influence of Supplier Relationship Management on the Performance of Food and Beverage Manufacturing Firms in Kenya: A Survey of Kiambu County. International Journal of Business and Social Research, Volume 12, Issue 03, pp. 13-30.
Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Pendahuluan
Dalam industri rantai pasok agrikultur, efisiensi dan pengukuran kinerja menjadi faktor kunci dalam meningkatkan profitabilitas dan daya saing pasar. Shengda Market, salah satu rantai supermarket terbesar di Dongying, China, menerapkan strategi rantai pasok terintegrasi dengan Lijin Agricultural Base untuk meningkatkan kualitas produk dan menekan biaya operasional.
Penelitian yang dilakukan oleh Huanhuan Ouyang dalam tesisnya di HAMK Forssa tahun 2012 meneliti model pengukuran kinerja rantai pasok agrikultur di China, khususnya pada kemitraan Shengda Market dan Lijin Agricultural Base. Studi ini mengevaluasi efektivitas model integrasi “Intermediary organization + agricultural cooperative organizations” dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, termasuk wawancara langsung dan kuesioner. Sebanyak 46 kuesioner efektif dikumpulkan untuk mengukur kinerja rantai pasok Shengda Market. Selain itu, analisis dilakukan menggunakan fuzzy comprehensive evaluation untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sistem yang diterapkan.
Temuan Utama
1. Model Integrasi “Intermediary Organization + Agricultural Cooperative Organizations”
2. Efisiensi Logistik dan Pengurangan Biaya
3. Pengaruh terhadap Produksi Pertanian Lokal
Strategi Optimal untuk Meningkatkan Kinerja Rantai Pasok
1. Peningkatan Teknologi dalam Manajemen Rantai Pasok
2. Optimalisasi Model Kemitraan
3. Penerapan Sistem Pengukuran Kinerja Berbasis Data
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa pengukuran kinerja rantai pasok sangat penting dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing pasar. Model integrasi “Intermediary Organization + Agricultural Cooperative Organizations” terbukti mampu mengurangi biaya distribusi, meningkatkan efisiensi logistik, dan memberikan manfaat bagi semua pihak dalam ekosistem rantai pasok.
Dengan menerapkan strategi rantai pasok berbasis data dan teknologi, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas, mempercepat distribusi, serta mengurangi biaya dan risiko operasional. Model ini menjadi contoh sukses bagaimana integrasi pemasok dan pengecer dapat menciptakan rantai pasok yang lebih berkelanjutan.
Sumber Asli:
Huanhuan Ouyang (2012). Supply Chain Performance Measurement: The Integrated Project of Shengda Market Chain and Lijin Agricultural Base. HAMK Forssa.
Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025
Pendahuluan
Dalam persaingan bisnis global, manajemen hubungan pemasok atau Supplier Relationship Management (SRM) menjadi faktor kunci dalam meningkatkan efisiensi operasional dan keunggulan kompetitif. SRM memungkinkan perusahaan untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok, mengoptimalkan biaya, serta meningkatkan transparansi dalam rantai pasokan.
Penelitian ini, yang dilakukan oleh Oghazi et al. (2016), mengeksplorasi bagaimana integrasi SRM antara produsen dan pemasok tingkat pertama dapat meningkatkan performa bisnis. Studi ini juga membahas hambatan utama dalam proses integrasi SRM serta strategi untuk mengatasinya.
Metodologi Penelitian
Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan meninjau berbagai penelitian terdahulu serta wawancara mendalam dengan 5 perusahaan industri alat berat di Swedia. Fokus penelitian adalah bagaimana integrasi SRM diterapkan dan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan.
Temuan Utama
1. Integrasi SRM dan Dampaknya pada Kinerja Bisnis
2. Hambatan dalam Implementasi SRM
Meskipun integrasi SRM memberikan banyak manfaat, studi ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama:
3. Strategi Optimal untuk Meningkatkan Integrasi SRM
Penelitian ini mengusulkan beberapa strategi untuk mengatasi hambatan dalam integrasi SRM:
Analisis dan Implikasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi SRM memiliki dampak signifikan terhadap efisiensi rantai pasokan. Perusahaan yang menerapkan SRM dengan baik mampu:
Namun, agar integrasi SRM berhasil, perusahaan harus berinvestasi dalam teknologi digital, memperkuat komunikasi dengan pemasok, serta mengadopsi pendekatan berbasis data untuk evaluasi pemasok.
Kesimpulan
Integrasi Supplier Relationship Management (SRM) adalah langkah strategis yang dapat meningkatkan efisiensi rantai pasokan, mengoptimalkan biaya, dan memperkuat daya saing bisnis. Studi ini menegaskan bahwa penggunaan teknologi, transparansi data, serta pengelolaan hubungan jangka panjang dengan pemasok merupakan faktor kunci dalam keberhasilan SRM.
Dengan menerapkan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengatasi tantangan dalam integrasi SRM dan menciptakan rantai pasokan yang lebih tangguh dan efisien.
Sumber Asli:
Oghazi, P., Fakhrei Rad, F., Zaefarian, G., Mortazavi, S., & Lindh, C. (2016). Unity is Strength: A Study of Supplier Relationship Management Integration. Journal of Business Research, 69(11), 4804-4810.