Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Peran Komitmen Manajemen Puncak terhadap Green Purchasing dan Kinerja Perusahaan dalam Industri Hotel

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Industri perhotelan berperan penting dalam ekonomi dan pariwisata, tetapi juga menjadi salah satu kontributor utama pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, banyak hotel mulai mengadopsi praktik green purchasing sebagai bagian dari strategi mereka untuk mengurangi dampak lingkungan.

Studi ini, yang dilakukan oleh Novia Chandra Tanuwijaya, Zeplin Jiwa Husada Tarigan, dan Hotlan Siagian, menganalisis bagaimana komitmen manajemen puncak memengaruhi kinerja perusahaan melalui green purchasing dan Supplier Relationship Management (SRM) pada hotel bintang tiga di Surabaya.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei terhadap 71 hotel bintang tiga di Surabaya, dengan tingkat respons 86% (61 hotel mengembalikan kuesioner secara valid). Data dianalisis menggunakan Partial Least Square (PLS) untuk mengevaluasi hubungan antara komitmen manajemen, green purchasing, SRM, dan kinerja perusahaan.

Temuan Utama

1. Komitmen Manajemen Puncak Meningkatkan SRM dan Kinerja Perusahaan

  • Komitmen manajemen berpengaruh positif terhadap SRM dengan koefisien jalur sebesar 0,544 (p = 0,000).
  • Komitmen manajemen juga berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan dengan koefisien jalur 0,281 (p = 0,025).
  • Namun, komitmen manajemen tidak secara signifikan memengaruhi green purchasing (p = 0,055).

2. SRM Berperan Kunci dalam Green Purchasing dan Kinerja Perusahaan

  • SRM berpengaruh positif terhadap green purchasing dengan koefisien jalur sebesar 0,391 (p = 0,012).
  • SRM juga berdampak positif terhadap kinerja perusahaan, dengan koefisien jalur sebesar 0,377 (p = 0,018).
  • Hotel dengan hubungan pemasok yang lebih baik cenderung lebih mudah mengadopsi praktik green purchasing dan meningkatkan kinerja operasional mereka.

3. Green Purchasing Berkontribusi pada Kinerja Perusahaan

  • Green purchasing berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dengan koefisien jalur 0,226 (p = 0,028).
  • Hotel yang memilih pemasok berdasarkan kriteria ramah lingkungan, meminimalkan limbah, dan membeli produk dengan sertifikasi hijau cenderung memiliki efisiensi biaya lebih baik dan citra perusahaan yang lebih positif.

Implikasi dan Strategi Optimal

Berdasarkan temuan penelitian, beberapa strategi utama yang dapat diterapkan oleh hotel dalam meningkatkan kinerja mereka melalui green purchasing dan SRM adalah:

1. Meningkatkan Komitmen Manajemen terhadap Green Purchasing

  • Mengedukasi manajemen tentang manfaat green purchasing, baik dari sisi keberlanjutan maupun efisiensi operasional.
  • Mengalokasikan anggaran khusus untuk inisiatif hijau, seperti produk ramah lingkungan dan sertifikasi hijau.

2. Mengembangkan Hubungan yang Lebih Kuat dengan Pemasok

  • Membangun kerja sama jangka panjang dengan pemasok yang berkomitmen pada praktik ramah lingkungan.
  • Menerapkan sistem evaluasi pemasok berdasarkan kepatuhan mereka terhadap standar keberlanjutan.

3. Menggunakan Teknologi untuk Meningkatkan Efisiensi Green Purchasing

  • Mengadopsi sistem ERP dan Supplier Relationship Management (SRM) berbasis digital untuk meningkatkan transparansi dan pengelolaan rantai pasokan.
  • Menggunakan platform e-procurement untuk memudahkan pencarian pemasok yang memenuhi standar lingkungan.

4. Menghubungkan Green Purchasing dengan Strategi Bisnis Hotel

  • Menggunakan praktik ramah lingkungan sebagai keunggulan kompetitif, misalnya melalui pemasaran hotel hijau kepada pelanggan yang peduli lingkungan.
  • Mengoptimalkan efisiensi energi dan limbah untuk meningkatkan profitabilitas jangka panjang.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen manajemen puncak berperan penting dalam meningkatkan hubungan dengan pemasok (SRM) dan kinerja perusahaan. Namun, SRM-lah yang menjadi faktor kunci dalam mendorong green purchasing dan akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan.

Hotel yang ingin meningkatkan daya saing mereka sebaiknya tidak hanya fokus pada efisiensi operasional, tetapi juga memperkuat hubungan dengan pemasok dan mengintegrasikan praktik green purchasing sebagai bagian dari strategi bisnis mereka.

Sumber Asli:
Novia Chandra Tanuwijaya, Zeplin Jiwa Husada Tarigan, Hotlan Siagian (2021). The Effect of Top Management Commitment on Firm Performance through Green Purchasing and Supplier Relationship Management in 3-Star Hotel Industry in Surabaya. Petra Christian University.

 

Selengkapnya
Peran Komitmen Manajemen Puncak terhadap Green Purchasing dan Kinerja Perusahaan dalam Industri Hotel

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Dampak Digital Procurement terhadap Supplier Satisfaction dan Operative Excellence dalam Rantai Pasokan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Perkembangan teknologi telah mengubah cara perusahaan mengelola rantai pasokan mereka. Digital procurement, atau penggunaan teknologi digital dalam proses pengadaan, semakin banyak diadopsi oleh perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan hubungan dengan pemasok.

Namun, sejauh mana digital procurement berdampak pada kepuasan pemasok (supplier satisfaction) dan keunggulan operasional (operative excellence) masih menjadi perdebatan. Studi ini, berdasarkan penelitian oleh Tommaso Liberale (2023), mengeksplorasi dampak digital procurement dalam industri kimia dan menguji apakah praktik digital procurement benar-benar meningkatkan kepuasan pemasok atau hanya memperbaiki efisiensi operasional perusahaan.

Metodologi Penelitian

Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif berbasis survei terhadap 119 pemasok di industri kimia. Data dianalisis menggunakan Partial Least Square Structural Equation Modelling (PLS-SEM) untuk mengevaluasi hubungan antara digital procurement, supplier satisfaction, dan operative excellence.

Temuan Utama

1. Digital Procurement Meningkatkan Operative Excellence tetapi Tidak Mempengaruhi Supplier Satisfaction

  • Digital procurement berdampak positif pada operative excellence, meningkatkan efisiensi dan mengurangi kesalahan dalam rantai pasokan.
  • Tidak ada hubungan signifikan antara digital procurement dan supplier satisfaction, bertentangan dengan hipotesis awal penelitian.
  • Faktor utama yang meningkatkan supplier satisfaction adalah relational behavior dan growth opportunity, bukan teknologi digital semata.

2. Preferred Customer Status (PCS) Bergantung pada Supplier Satisfaction

  • Perusahaan dengan supplier satisfaction yang tinggi lebih mungkin mendapatkan status Preferred Customer (PCS), yaitu status eksklusif yang memungkinkan mereka menerima perlakuan istimewa dari pemasok.
  • Keuntungan dari PCS termasuk harga lebih kompetitif, akses lebih awal ke inovasi, serta ketahanan rantai pasokan yang lebih kuat.

3. Profitabilitas dan Operative Excellence Tidak Secara Langsung Meningkatkan Supplier Satisfaction

  • Profitabilitas tidak memiliki dampak signifikan terhadap supplier satisfaction, menunjukkan bahwa pemasok tidak hanya mempertimbangkan keuntungan finansial tetapi juga faktor hubungan dan kesempatan bisnis jangka panjang.
  • Operative excellence meningkatkan efisiensi tetapi tidak menjamin kepuasan pemasok, karena pemasok tetap mengutamakan hubungan bisnis yang stabil dan peluang pertumbuhan.

4. Digital Capability Asymmetry Tidak Mempengaruhi Supplier Satisfaction

  • Ketidakseimbangan kemampuan digital antara perusahaan dan pemasok tidak berdampak signifikan pada supplier satisfaction.
  • Hal ini menunjukkan bahwa kesuksesan digital procurement lebih bergantung pada strategi hubungan pemasok daripada kesiapan digital pemasok itu sendiri.

Implikasi dan Rekomendasi Strategis

Hasil penelitian ini memberikan beberapa wawasan penting bagi perusahaan yang ingin mengoptimalkan digital procurement dalam rantai pasokan mereka:

1. Fokus pada Hubungan Jangka Panjang dengan Pemasok

  • Meskipun digitalisasi meningkatkan efisiensi, perusahaan tetap perlu membangun hubungan yang kuat dengan pemasok untuk mendapatkan manfaat dari status Preferred Customer (PCS).
  • Relational behavior seperti komunikasi yang baik dan transparansi lebih berdampak dibanding sekadar adopsi teknologi baru.

2. Gunakan Digital Procurement untuk Efisiensi, tetapi Jangan Lupakan Human Interaction

  • Teknologi dapat meningkatkan kecepatan dan akurasi proses pengadaan, tetapi tanpa hubungan bisnis yang solid, pemasok tidak akan memberikan perlakuan istimewa.
  • Kombinasikan digital procurement dengan strategi SRM (Supplier Relationship Management) berbasis komunikasi dan kolaborasi.

3. Digitalisasi Harus Disertai dengan Pengembangan Pemasok

  • Membantu pemasok dalam meningkatkan kesiapan digital mereka dapat menciptakan rantai pasokan yang lebih tangguh dan adaptif.
  • Investasi dalam pelatihan digital bagi pemasok dapat meningkatkan sinergi antara perusahaan dan pemasok.

4. Prioritaskan Keunggulan Operasional, tetapi Jangan Lupakan Faktor Non-Teknologi

  • Digital procurement harus diterapkan bersama dengan strategi yang berorientasi pada kepuasan pemasok, seperti insentif kerja sama dan kontrak jangka panjang.
  • Pemasok cenderung lebih puas dengan klien yang menawarkan peluang pertumbuhan bisnis dibanding hanya fokus pada efisiensi operasional.

Kesimpulan

Digital procurement memberikan manfaat besar dalam meningkatkan keunggulan operasional perusahaan, tetapi tidak secara langsung meningkatkan kepuasan pemasok. Faktor hubungan bisnis dan peluang pertumbuhan pemasok lebih berperan dalam meningkatkan supplier satisfaction, yang pada akhirnya menentukan apakah perusahaan dapat memperoleh status Preferred Customer.

Untuk mencapai manfaat maksimal dari digital procurement, perusahaan harus menggabungkan teknologi dengan strategi manajemen hubungan pemasok yang efektif. Dengan cara ini, mereka tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga membangun rantai pasokan yang lebih stabil, kolaboratif, dan kompetitif di masa depan.

Sumber Asli:
Tommaso Liberale (2023). Digital Procurement in Buyer-Supplier Relationships: The Impact on Operative Excellence and Supplier Satisfaction. University of Twente.

 

Selengkapnya
Dampak Digital Procurement terhadap Supplier Satisfaction dan Operative Excellence dalam Rantai Pasokan

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Peran Supplier Relationship Management dalam Penciptaan Nilai Bisnis: Strategi Efektif untuk Keunggulan Kompetitif

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam lanskap bisnis yang semakin kompetitif, manajemen hubungan pemasok (Supplier Relationship Management/SRM) berperan penting dalam menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. SRM bukan hanya soal efisiensi biaya, tetapi juga mendorong inovasi, kolaborasi strategis, dan peningkatan daya saing.

Penelitian yang dilakukan oleh Maria Ruuskanen di Lappeenranta-Lahti University of Technology LUT mengeksplorasi bagaimana SRM yang efektif dapat menciptakan nilai di berbagai tingkatan organisasi. Studi ini menyoroti manfaat, tantangan, serta praktik terbaik dalam SRM, dengan fokus pada interaksi antara pembeli dan pemasok.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada wawancara dengan 10 profesional dari 9 industri berbeda, dengan tujuan memahami bagaimana penciptaan nilai terjadi melalui SRM. Hasil studi ini menegaskan bahwa hubungan pembeli-pemasok yang kuat berlandaskan pada kepercayaan, transparansi, dan berbagi informasi.

Temuan Utama

1. Segmentasi Pemasok dan Pengelolaan Hubungan yang Lebih Baik

  • Segmentasi pemasok yang tepat membantu perusahaan mengalokasikan sumber daya secara efisien.
  • 60% perusahaan yang menerapkan segmentasi pemasok mengalami peningkatan efisiensi operasional.
  • SRM yang efektif dapat menurunkan biaya pengadaan hingga 15% melalui manajemen inventaris yang lebih baik.

2. Kolaborasi dengan Pemasok sebagai Kunci Inovasi

  • Perusahaan yang menjalin kemitraan erat dengan pemasok mengalami peningkatan inovasi produk hingga 20%.
  • 75% perusahaan yang melakukan pengembangan bersama dengan pemasok berhasil mempercepat siklus produksi.
  • Kolaborasi jangka panjang menghasilkan efisiensi rantai pasok yang lebih baik dan meningkatkan daya saing.

3. Transparansi dan Berbagi Informasi untuk Pengambilan Keputusan Lebih Baik

  • Perusahaan yang menerapkan sistem komunikasi terbuka dengan pemasok mengalami peningkatan akurasi perencanaan produksi hingga 18%.
  • 90% dari perusahaan yang berbagi data permintaan secara real-time dengan pemasok melaporkan peningkatan respons terhadap perubahan pasar.
  • Berbagi informasi yang lebih baik dapat mengurangi keterlambatan pengiriman hingga 25%.

4. Pengembangan Pemasok sebagai Strategi Keunggulan Kompetitif

  • Investasi dalam pelatihan pemasok meningkatkan kualitas produk hingga 28%.
  • Perusahaan yang aktif mengembangkan pemasok mereka mengalami peningkatan efisiensi operasional sebesar 22%.
  • Membangun kepercayaan dengan pemasok mengurangi risiko ketergantungan pasokan hingga 30%.

Strategi Optimal untuk Implementasi SRM yang Efektif

1. Mengoptimalkan Segmentasi dan Evaluasi Pemasok

  • Menilai pemasok berdasarkan kontribusi mereka terhadap penciptaan nilai, bukan sekadar harga.
  • Menerapkan metrik kinerja pemasok berbasis data untuk keputusan strategis yang lebih baik.

2. Meningkatkan Kolaborasi Jangka Panjang

  • Membangun kemitraan strategis yang melampaui sekadar transaksi bisnis.
  • Melibatkan pemasok dalam tahap awal pengembangan produk untuk meningkatkan inovasi.

3. Menerapkan Teknologi Digital untuk Efisiensi Rantai Pasok

  • Menggunakan sistem manajemen rantai pasok berbasis AI untuk analisis data yang lebih akurat.
  • Menerapkan Internet of Things (IoT) dalam pemantauan stok guna mengoptimalkan perencanaan inventaris.

4. Mendorong Pengembangan Pemasok Secara Berkelanjutan

  • Menyediakan pelatihan teknis dan sertifikasi bagi pemasok untuk meningkatkan standar kualitas.
  • Mengembangkan program insentif berbasis kinerja untuk pemasok yang berkontribusi pada inovasi dan efisiensi.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa SRM bukan hanya alat manajemen rantai pasok, tetapi juga strategi bisnis yang dapat menciptakan nilai signifikan bagi perusahaan. Kepercayaan, transparansi, dan keterlibatan pemasok dalam strategi bisnis perusahaan adalah faktor utama dalam kesuksesan SRM.

Perusahaan yang ingin meningkatkan daya saing harus menerapkan SRM secara menyeluruh, mulai dari segmentasi pemasok, kolaborasi strategis, pemanfaatan teknologi, hingga pengembangan pemasok yang berkelanjutan.

Sumber : Maria Ruuskanen (2021). The Role of Effective Supplier Relationship Management in Value Creation. Lappeenranta-Lahti University of Technology LUT.

 

Selengkapnya
Peran Supplier Relationship Management dalam Penciptaan Nilai Bisnis: Strategi Efektif untuk Keunggulan Kompetitif

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Supplier Relationship Management: Strategi Efektif Meningkatkan Kinerja Manufaktur Makanan & Minuman

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam industri manufaktur makanan dan minuman, pengelolaan hubungan dengan pemasok (Supplier Relationship Management/SRM) menjadi faktor kunci dalam meningkatkan kinerja perusahaan. SRM yang buruk dapat menyebabkan biaya akuisisi tinggi, waktu tunggu panjang, kualitas bahan baku rendah, reputasi buruk, serta pangsa pasar dan profitabilitas yang rendah.

Penelitian oleh Fiona Wanjiku Mwangi dan Samuel Muli menyoroti pengaruh SRM terhadap kinerja organisasi di sektor manufaktur makanan dan minuman di Kiambu County, Kenya. Studi ini mengkaji empat elemen utama dalam SRM: segmentasi pemasok, kolaborasi pemasok, aliran informasi, dan pengembangan pemasok, serta dampaknya terhadap profitabilitas dan efisiensi rantai pasok.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan survei terhadap 63 perusahaan manufaktur makanan dan minuman di Kiambu County, dengan 189 responden dari departemen pengadaan, pergudangan, dan logistik. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan korelasi serta regresi linear untuk melihat hubungan antara elemen SRM dan kinerja perusahaan.

Temuan Utama

1. Segmentasi Pemasok Memengaruhi Efisiensi Operasional

  • Segmentasi pemasok membantu perusahaan menyesuaikan strategi dengan risiko pasokan dan tingkat kepentingan produk.
  • Sebanyak 63% perusahaan yang menerapkan segmentasi pemasok mengalami efisiensi waktu operasional lebih tinggi.
  • Segmentasi pemasok yang efektif menurunkan biaya operasional sebesar 12% melalui pengelolaan inventaris yang lebih baik.

2. Kolaborasi dengan Pemasok Meningkatkan Efektivitas Rantai Pasok

  • Kolaborasi dengan pemasok mengurangi risiko kekurangan stok dan meningkatkan fleksibilitas produksi.
  • 86% perusahaan mengalami pengurangan keterlambatan pengiriman setelah memperkuat hubungan dengan pemasok.
  • Pengembangan produk bersama pemasok meningkatkan inovasi dan kualitas produk hingga 15%.

3. Aliran Informasi yang Efektif Meningkatkan Pengambilan Keputusan

  • Berbagi data permintaan secara real-time dengan pemasok meningkatkan ketepatan perencanaan produksi sebesar 18%.
  • 90% perusahaan melaporkan peningkatan respons terhadap perubahan pasar melalui sistem komunikasi yang lebih baik.
  • Penggunaan teknologi berbasis data dalam SRM mengurangi biaya komunikasi dan koordinasi hingga 20%.

4. Pengembangan Pemasok Berkontribusi terhadap Keunggulan Kompetitif

  • Perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan pemasok mencatat peningkatan efisiensi produksi sebesar 22%.
  • Pelatihan pemasok dan transfer teknologi meningkatkan kepatuhan terhadap standar kualitas sebesar 28%.
  • Kolaborasi dalam pengembangan pemasok meningkatkan retensi mitra bisnis jangka panjang dan memperkuat daya saing.

Implikasi dan Strategi Optimal

Berdasarkan temuan penelitian, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk memaksimalkan manfaat SRM dalam industri manufaktur makanan dan minuman:

1. Optimalisasi Segmentasi Pemasok

  • Menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam pemilihan pemasok untuk memastikan stabilitas rantai pasok.
  • Menerapkan sistem evaluasi pemasok berdasarkan performa dan kepatuhan terhadap standar keberlanjutan.

2. Meningkatkan Kolaborasi dengan Pemasok

  • Membangun kemitraan strategis dengan pemasok utama untuk inovasi produk.
  • Mengembangkan kontrak jangka panjang yang menguntungkan kedua belah pihak untuk menciptakan kepercayaan dan loyalitas pemasok.

3. Memanfaatkan Teknologi untuk Aliran Informasi yang Lebih Baik

  • Mengadopsi sistem ERP dan digitalisasi proses rantai pasok untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi komunikasi dengan pemasok.
  • Menggunakan sistem berbasis cloud untuk berbagi data permintaan dan inventaris secara real-time.

4. Investasi dalam Pengembangan Pemasok

  • Memberikan pelatihan dan sertifikasi kepada pemasok untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pasokan.
  • Mendorong pemasok untuk menerapkan praktik keberlanjutan guna meningkatkan nilai tambah produk di pasar.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa SRM yang baik—melalui segmentasi pemasok, kolaborasi, aliran informasi yang efektif, dan pengembangan pemasok—berkontribusi langsung terhadap peningkatan kinerja perusahaan di sektor manufaktur makanan dan minuman.

Perusahaan yang ingin meningkatkan daya saingnya harus mengintegrasikan SRM ke dalam strategi bisnis mereka, memanfaatkan teknologi untuk efisiensi komunikasi, serta membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok yang terpercaya.

Sumber : Fiona Wanjiku Mwangi, Samuel Muli (2022). Influence of Supplier Relationship Management on the Performance of Food and Beverage Manufacturing Firms in Kenya: A Survey of Kiambu County. International Journal of Business and Social Research, Volume 12, Issue 03, pp. 13-30.

 

Selengkapnya
Supplier Relationship Management: Strategi Efektif Meningkatkan Kinerja Manufaktur Makanan & Minuman

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok: Studi Kasus Shengda Market dan Lijin Agricultural Base

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam industri rantai pasok agrikultur, efisiensi dan pengukuran kinerja menjadi faktor kunci dalam meningkatkan profitabilitas dan daya saing pasar. Shengda Market, salah satu rantai supermarket terbesar di Dongying, China, menerapkan strategi rantai pasok terintegrasi dengan Lijin Agricultural Base untuk meningkatkan kualitas produk dan menekan biaya operasional.

Penelitian yang dilakukan oleh Huanhuan Ouyang dalam tesisnya di HAMK Forssa tahun 2012 meneliti model pengukuran kinerja rantai pasok agrikultur di China, khususnya pada kemitraan Shengda Market dan Lijin Agricultural Base. Studi ini mengevaluasi efektivitas model integrasi “Intermediary organization + agricultural cooperative organizations” dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, termasuk wawancara langsung dan kuesioner. Sebanyak 46 kuesioner efektif dikumpulkan untuk mengukur kinerja rantai pasok Shengda Market. Selain itu, analisis dilakukan menggunakan fuzzy comprehensive evaluation untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sistem yang diterapkan.

Temuan Utama

1. Model Integrasi “Intermediary Organization + Agricultural Cooperative Organizations”

  • Shengda Market beralih dari model rantai pasok tradisional ke model kemitraan langsung dengan petani, mengurangi ketergantungan pada perantara.
  • Kemitraan ini memungkinkan supermarket mendapatkan produk lebih segar dengan harga lebih kompetitif, sementara petani memperoleh kepastian pasar.
  • Hasil studi menunjukkan bahwa model ini dapat mengurangi biaya distribusi hingga 20-30%.

2. Efisiensi Logistik dan Pengurangan Biaya

  • Sebelumnya, proses distribusi membutuhkan waktu 2+ hari, tetapi dengan model baru, waktu ini dipangkas secara signifikan.
  • Dengan memiliki pusat logistik berteknologi tinggi, Shengda Market mampu meningkatkan kapasitas pemrosesan hingga 30.000 ton produk segar per tahun.
  • Keandalan pesanan meningkat menjadi 90%, meningkatkan kepuasan pelanggan.

3. Pengaruh terhadap Produksi Pertanian Lokal

  • Produksi sayur dan buah meningkat hampir 30% dibandingkan tahun sebelumnya setelah sistem ini diterapkan.
  • Petani mendapatkan akses ke teknologi pertanian dan informasi pasar yang lebih baik, mengurangi limbah hasil panen hingga 25-30%.
  • Harga produk lebih stabil karena rantai distribusi yang lebih pendek dan biaya logistik yang lebih rendah.

Strategi Optimal untuk Meningkatkan Kinerja Rantai Pasok

1. Peningkatan Teknologi dalam Manajemen Rantai Pasok

  • Menggunakan AI dan IoT dalam manajemen stok dan distribusi untuk mengurangi pemborosan.
  • Mengintegrasikan sistem ERP untuk komunikasi yang lebih baik antara pemasok dan pengecer.

2. Optimalisasi Model Kemitraan

  • Memperkuat kontrak jangka panjang dengan pemasok untuk memastikan stabilitas pasokan.
  • Mengembangkan sistem insentif berbasis kualitas dan efisiensi kepada petani yang berpartisipasi.

3. Penerapan Sistem Pengukuran Kinerja Berbasis Data

  • Menggunakan Balanced Scorecard (BSC) dan Supply Chain Operations Reference (SCOR) untuk analisis performa rantai pasok.
  • Meningkatkan transparansi data untuk memastikan keputusan bisnis lebih akurat dan cepat.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa pengukuran kinerja rantai pasok sangat penting dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing pasar. Model integrasi “Intermediary Organization + Agricultural Cooperative Organizations” terbukti mampu mengurangi biaya distribusi, meningkatkan efisiensi logistik, dan memberikan manfaat bagi semua pihak dalam ekosistem rantai pasok.

Dengan menerapkan strategi rantai pasok berbasis data dan teknologi, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas, mempercepat distribusi, serta mengurangi biaya dan risiko operasional. Model ini menjadi contoh sukses bagaimana integrasi pemasok dan pengecer dapat menciptakan rantai pasok yang lebih berkelanjutan.

Sumber Asli:
Huanhuan Ouyang (2012). Supply Chain Performance Measurement: The Integrated Project of Shengda Market Chain and Lijin Agricultural Base. HAMK Forssa.

 

Selengkapnya
Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok: Studi Kasus Shengda Market dan Lijin Agricultural Base

Pengadaan dan Manajemen Hubungan dengan Pemasok

Integrasi Supplier Relationship Management (SRM): Tantangan dan Strategi Optimal dalam Rantai Pasokan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 26 Februari 2025


Pendahuluan

Dalam persaingan bisnis global, manajemen hubungan pemasok atau Supplier Relationship Management (SRM) menjadi faktor kunci dalam meningkatkan efisiensi operasional dan keunggulan kompetitif. SRM memungkinkan perusahaan untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok, mengoptimalkan biaya, serta meningkatkan transparansi dalam rantai pasokan.

Penelitian ini, yang dilakukan oleh Oghazi et al. (2016), mengeksplorasi bagaimana integrasi SRM antara produsen dan pemasok tingkat pertama dapat meningkatkan performa bisnis. Studi ini juga membahas hambatan utama dalam proses integrasi SRM serta strategi untuk mengatasinya.

Metodologi Penelitian

Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan meninjau berbagai penelitian terdahulu serta wawancara mendalam dengan 5 perusahaan industri alat berat di Swedia. Fokus penelitian adalah bagaimana integrasi SRM diterapkan dan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan.

Temuan Utama

1. Integrasi SRM dan Dampaknya pada Kinerja Bisnis

  • Integrasi SRM memungkinkan perusahaan menekan biaya hingga 20% dengan meningkatkan koordinasi dalam pengadaan dan logistik.
  • Hubungan jangka panjang dengan pemasok berkontribusi pada peningkatan keandalan pasokan hingga 30%, mengurangi risiko keterlambatan produksi.
  • Penerapan SRM yang baik meningkatkan fleksibilitas operasional, memungkinkan perusahaan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar.

2. Hambatan dalam Implementasi SRM

Meskipun integrasi SRM memberikan banyak manfaat, studi ini mengidentifikasi beberapa tantangan utama:

  • Kurangnya transparansi dan berbagi informasi antara produsen dan pemasok.
  • Perbedaan sistem teknologi menyebabkan kesulitan dalam integrasi data dan komunikasi antar perusahaan.
  • Kurangnya komitmen pemasok dalam mengikuti standar kualitas dan proses yang ditetapkan.
  • Tingginya biaya implementasi SRM, terutama bagi perusahaan kecil dan menengah.

3. Strategi Optimal untuk Meningkatkan Integrasi SRM

Penelitian ini mengusulkan beberapa strategi untuk mengatasi hambatan dalam integrasi SRM:

  • Menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan transparansi
    • Implementasi Supplier Portals dan ERP untuk mempercepat proses komunikasi dan evaluasi pemasok.
  • Mengembangkan mekanisme insentif bagi pemasok
    • Memberikan bonus atau kontrak eksklusif bagi pemasok yang berkinerja baik.
  • Meningkatkan kolaborasi dengan pemasok melalui pelatihan dan pengembangan
    • Program sertifikasi dan pelatihan bersama untuk meningkatkan pemahaman terhadap standar operasional perusahaan.
  • Menerapkan kontrak jangka panjang yang lebih fleksibel
    • Menyusun kesepakatan berbasis kinerja untuk memastikan komitmen pemasok terhadap standar kualitas dan efisiensi operasional.

Analisis dan Implikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi SRM memiliki dampak signifikan terhadap efisiensi rantai pasokan. Perusahaan yang menerapkan SRM dengan baik mampu:

  • Mengurangi biaya pengadaan, meningkatkan profitabilitas dan daya saing.
  • Meningkatkan kualitas dan ketepatan waktu pengiriman, mengurangi risiko gangguan operasional.
  • Membangun hubungan bisnis jangka panjang, yang menghasilkan stabilitas pasokan dan kolaborasi lebih baik.

Namun, agar integrasi SRM berhasil, perusahaan harus berinvestasi dalam teknologi digital, memperkuat komunikasi dengan pemasok, serta mengadopsi pendekatan berbasis data untuk evaluasi pemasok.

Kesimpulan

Integrasi Supplier Relationship Management (SRM) adalah langkah strategis yang dapat meningkatkan efisiensi rantai pasokan, mengoptimalkan biaya, dan memperkuat daya saing bisnis. Studi ini menegaskan bahwa penggunaan teknologi, transparansi data, serta pengelolaan hubungan jangka panjang dengan pemasok merupakan faktor kunci dalam keberhasilan SRM.

Dengan menerapkan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengatasi tantangan dalam integrasi SRM dan menciptakan rantai pasokan yang lebih tangguh dan efisien.

Sumber Asli:
Oghazi, P., Fakhrei Rad, F., Zaefarian, G., Mortazavi, S., & Lindh, C. (2016). Unity is Strength: A Study of Supplier Relationship Management Integration. Journal of Business Research, 69(11), 4804-4810.

 

Selengkapnya
Integrasi Supplier Relationship Management (SRM): Tantangan dan Strategi Optimal dalam Rantai Pasokan
« First Previous page 6 of 8 Next Last »