“Congrats Fithra. Good, I learned a lot. Your title implies insufficient demand for digital skills.” Begitulah pesan yang saya terima dari Prof. Mayling Oey-Gardiner setelah menuntaskan paparan saya dalam sebuah sesi webinar internasional yang diadakan Habibie Center beberapa waktu yang lalu sembari menjelaskan topik presentasi beliau di forum yang lain.
Prof. Mayling ialah wanita pertama yang dianugerahi guru besar dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, saking fenomenalnya, saya ingat Prof. Sri Edi Swasono dalam sebuah sesi kelasnya melemparkan pujian setinggi langit untuk Prof. Mayling. Sesempit yang saya tahu, Prof. Sri Edi bukanlah sosok yang gemar memuji sehingga ketika pujian itu keluar, pasti bukan sembarangan. Jika ada gelar kiai haji dalam ilmu demografi ekonomi, Prof. Mayling bersama Prof. Sri Moertiningsih dari FEB UI, ialah dua wanita profesor yang pantas digelari demikian.
Kembali kepada pesan daring Prof. Mayling, konteksnya ialah ketika sumber daya manusia yang melimpah tidak mampu ditopang oleh ekosistem yang memadai. Hal ini menjadi sebuah ironi, mengingat gemuruh perubahan terlalu cepat melilit yang diam. Secara tekstual, kenyataan yang kita hadapi ialah proses pembangunan Indonesia seakan berjalan dalam ruang pekat sehingga mudah terantuk papan halang yang terbentang tak beraturan.
Yuval Harari dalam Sapiens bercerita mengenai kekuatan narasi, yang jika kita pelajari benar secara antarwaktu, maka akan mampu menuntun kita dalam ruang yang terselubung pekat. Perlu kaidah ajeg untuk membuka Terra Incognita. Apa dan bagaimana Indonesia di tahun 2045? Warisan apa yang menuntun kita sampai pada titik itu?
Peta Jalan
Tak terasa, hampir genap setahun, Ketua Umum Iluni UI Andre Rahadian meminta kami untuk menjalankan sebuah riset peta jalan Indonesia 2045. Sesempit pengalaman saya ketika membantu penelitian ASEAN 2030 di Asian Development Bank Institute (ADBI) Tokyo, pengerjaan ini bukan suatu hal yang mudah.
Perubahan yang perpetual menghadirkan kompleksitas tersendiri, yang membuat pelbagai skenario yang dibuat menjadi semakin kehilangan relevansinya, seiring merayapnya waktu.Untungnya, Iluni UI dilimpahi sumber daya ahli dan jaringan melimpah sehingga sedikit banyak membantu proses pembuatan peta jalan yang dirajut dengan pendekatan multidisiplin.
Pada awal tahun 2021 ini, sebenarnya kami sudah cukup ajeg dengan temuan-temuan kami. Apalagi, dari hasil data kualitatif yang cukup solid yang kami peroleh dari para ahli di UI dari rumpun sosial humaniora, kesehatan, dan sainstek. Namun, gejolak varian delta membuat baseline kami dalam scenario planning menjadi tidak terlalu bisa diandalkan.
Akhirnya, kami membuat semacam penyesuaian baseline, dengan proses triangulasi, dan validasi, yang kami buat lebih relevan. Berangkat dari kaidah tersebut, maka muncul empat skenario masa depan Indonesia. Apakah Indonesia akan terperosok pada jurang dalam, menyemai benih di tanah tandus, hidup tanah tak bertuan, atau menemukan tanah harapan? Semua sangat tergantung pada dua hal, efektivitas kebijakan dan risiliensi masyarakat.
Kami membuat landasan skenario tersebut, berdasarkan perkembangan dari pandemi Covid-19, yang secara langsung atau tidak langsung mengacaukan sistem kesehatan, melumpuhkan ekonomi, dan mengubah perilaku manusia. Sejatinya, pandemi ini mempercepat transformasi, khususnya di sektor teknologi digital, yang telah terjadi bahkan sebelum wabah ini merebak.
Perkembangan lebih lanjut dari Covid-19, telah mampu mengubah norma yang secara esensial akan menjadi masa depan megatren. Megatren ialah proses transformasi jangka panjang dengan jangkauan global, cakupan yang luas, dan berdampak mendasar, serta dramatis. Megatren mencakup tiga dimensi, yaitu waktu (time), jangkauan (reach), dan dampak (impact) (Vielmetter dan Sell, 2014).
Megatren dalam dimensi waktu dapat diobservasi selama beberapa dekade yang mana megatren dapat diproyeksikan dengan tingkat kemungkinan yang tinggi, setidaknya 15 tahun ke depan. Megatren dalam dimensi jangkauan dapat menyasar semua wilayah dan pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, individu, dan bisnis. Megatren dalam dimensi dampak secara fundamental mentransformasi kebijakan, masyarakat, dan ekonomi. Pembahasan megatren sangat berpengaruh dalam pengembangan perencanaan skenario untuk menciptakan peta jalan. Megatren dan skenario masa depan yang berterima, masuk ke dalam pendekatan strategi penerawangan.
Cerita masa kini, bersama dengan respons yang ada, akan membentuk masa depan kita, ini ialah ide yang disampaikan oleh Yuval Harari dalam dua seri bukunya Sapiens dan Homodeus. Narasi, membawa manusia sebagai sentral ekosistem atau objek derita, tergantung pada cara kita memaknai masa kini dan masa depan. Ide ini juga, yang secara sejalan kami gunakan dalam menyusun peta jalan Indonesia, cerita mengenai Covid-19, yang menjadi lokus perubahan terkini yang akan memicu realitas alternatif di masa depan.
Integrasi skenario dan peta jalan bermanfaat dalam proses pembuatan kebijakan dan strategi. Dalam hal ini, penggunaan skenario dalam proses pemetaan jalan membantu mengatasi beberapa masalah yang ditujukan terhadap peta jalan sebagai metode tinjauan ke depan. Dengan pengenalan skenario, proses peta jalan tidak hanya normatif, tetapi juga menjadi eksploratif, dengan mempertimbangkan sekumpulan kemungkinan masa depan.
Sumber Artikel: mediaindonesia.com