Agroteknologi & Teknologi Bioproduk

Mesin Traktor, Apa Saja Fungsinya?

Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman pada 29 April 2024


Traktor, sebuah ikon dalam mekanisasi pertanian, adalah kendaraan yang dirancang untuk menarik alat atau trailer dalam kegiatan konstruksi atau pertanian atau untuk melakukan traksi tinggi pada kecepatan rendah. Istilah ini digunakan secara luas untuk menggambarkan berbagai jenis kendaraan yang melayani fungsi ini. Traktor merupakan tulang punggung dalam mekanisasi pertanian, membantu menggerakkan instrumen pertanian, baik dengan menarik maupun mendorong, dan menjadi komponen utama dalam proses pertanian modern.

Asal-usul kata "traktor" dapat ditelusuri hingga ke kata Latin "trahere", yang berarti "menarik". Di samping itu, ada teori yang menyatakan bahwa kata "traktor" berasal dari frasa "traksi motor", yang merujuk pada "motor yang menarik". Istilah ini awalnya diciptakan untuk memperpendek definisi "mesin atau kendaraan yang menarik gerbong atau bajak" menjadi kata tunggal yang mudah dipahami.

Penggunaan kata "traktor" cenderung merujuk pada "traktor pertanian" di berbagai negara seperti Inggris, Irlandia, Australia, India, Spanyol, Argentina, dan Jerman. Namun, di Amerika Serikat dan Kanada, istilah ini lebih jarang digunakan untuk merujuk pada jenis kendaraan lainnya.

Penggunaan mesin uap untuk mengontrol instrumen mekanis pertanian adalah awal dari era mekanisasi pertanian pada abad ke-19. Sekitar tahun 1850, mesin penarik pertama dikembangkan dari teknologi ini dan segera menjadi komponen penting di bidang pertanian. Mesin bajak bermesin uap adalah contoh awal dari traktor pertama.

Traktor, kecuali traktor jalur, umumnya memiliki empat roda, dengan dua roda yang lebih besar di bagian belakang atau keempat roda berukuran sama. Traktor jalur memiliki penggerak mirip tank yang memungkinkannya bergerak di berbagai medan. Pada tahun 1930-an, traktor jalur mulai populer, terutama di California, karena kemampuannya menangani medan yang berat.

Awalnya, traktor dijalankan dengan mesin uap. Namun, pada awal abad ke-20, mesin pembakaran dalam mulai menjadi sumber tenaga utama untuk traktor. Dari sekitar tahun 1900 hingga 1960, bensin menjadi bahan bakar utama, meskipun etanol dan minyak tanah juga digunakan sebagai alternatif. Traktor pertanian modern umumnya menggunakan mesin diesel, dengan kekuatan bervariasi antara 18 hingga 575 tenaga kuda (15 hingga 480 kW), dan dieselisasi mencapai puncaknya pada tahun 1960-an.

Traktor telah menjadi tonggak penting dalam revolusi pertanian modern, meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan skala operasi di bidang pertanian. Dengan terus berkembangnya teknologi dan desain, traktor terus menjadi bagian integral dari evolusi pertanian global, membantu petani di seluruh dunia menghadapi tantangan dan tuntutan produksi pangan yang terus berkembang.

Sumber:

https://id.wikipedia.org
 

Selengkapnya
Mesin Traktor, Apa Saja Fungsinya?

Agroteknologi & Teknologi Bioproduk

Sejarah Teknologi Pertanian

Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman pada 22 April 2024


Teknologi pertanian adalah aplikasi ilmu pengetahuan alam dan matematika untuk mendayagunakan secara ekonomis sumber daya pertanian dan alam untuk kesejahteraan manusia. Fasafah teknologi pertanian adalah praktik empirik pragmatik finalistik yang didasarkan pada paham mekanistik-vitalistik, dengan penekanan pada objek formal kerekayasaan dalam pembuatan dan penerapan sistem produksi, bangunan, peralatan, lingkungan, dan pengolahan dan pengamanan hasil produksi. Dalam ilmu pertanian budidaya reproduksi, budidaya, pemeliharaan, dan pemungutan hasil flora dan fauna, peningkatan kualitas hasil panen, penanganan, pengolahan, dan pengamanan dan pemasaran hasil adalah fokus utama. Oleh karena itu, teknologi pertanian secara luas mencakup berbagai aplikasi ilmu teknik pada domain formal, mulai dari budidaya hingga pemasaran.

Bidang teknologi pertanian adalah bidang keilmuan yang menggabungkan ilmu pertanian dan teknik.[memerlukan rujukan] Kebutuhan untuk menyelesaikan pembukaan dan pengerjaan lahan pertanian yang luas di Amerika Serikat dan Eropa pada pertengahan abad ke-18 memicu sejarah lahirnya ilmu-ilmu dalam lingkup teknologi pertanian. Pendidikan tinggi teknik dan pertanian di Indonesia mulai berkembang pada awal tahun 60-an, terlepas dari perkembangan pendidikan tinggi teknik dan pertanian sejak zaman pendudukan Belanda. Selama Perang Dunia I, Eropa mengalami kerusakan pada hubungan internasional, antara lain karena armada sulit untuk masuk ke Samudra Hindia, yang menghalangi tenaga ahli yang sebelumnya dibawa dari Eropa.[memerlukan rujukan] Pada waktu pendudukan di Indonesia, pemerintah Hindia Belanda membutuhkan tenaga ahli teknik di tingkat menengah dan tinggi untuk bidang pertanian dan teknik.[memerlukan rujukan] Pada awal abad ke-19, Pemerintah Hindia Belanda secara intensif melakukan program cultur stelseels di Jawa dan Sumatra untuk mencukupi kebutuhan tenaga kerja terampil di bidang pertanian, peternakan, dan perkebunan.[memerlukan rujukan] Untuk memenuhi kebutuhan ini, di Bogor (Buitenzorg) didirikan beberapa sekolah menengah untuk pertanian dan kedokteran hewan. Ini termasuk sekolah menengah pertanian, sekolah menengah perkebunan, dan sekolah Nederlandssch Indische Veerleeen.

Sejarah pendidikan

Bidang teknologi pertanian adalah bidang keilmuan yang menggabungkan ilmu pertanian dan teknik.[memerlukan rujukan] Kebutuhan untuk menyelesaikan pembukaan dan pengerjaan lahan pertanian yang luas di Amerika Serikat dan Eropa pada pertengahan abad ke-18 memicu sejarah lahirnya ilmu-ilmu dalam lingkup teknologi pertanian.[memerlukan rujukan] Pendidikan tinggi teknik dan pertanian di Indonesia mulai berkembang pada awal tahun 60-an, terlepas dari perkembangan pendidikan tinggi teknik dan pertanian sejak zaman pendudukan Belanda.[memerlukan rujukan] Selama Perang Dunia I, Eropa mengalami kerusakan pada hubungan internasional, antara lain karena armada sulit untuk masuk ke Samudra Hindia, yang menghalangi tenaga ahli yang sebelumnya dibawa dari Eropa.[memerlukan rujukan] Pada waktu pendudukan di Indonesia, pemerintah Hindia Belanda membutuhkan tenaga ahli teknik di tingkat menengah dan tinggi untuk bidang pertanian dan teknik.[memerlukan rujukan] Pada awal abad ke-19, Pemerintah Hindia Belanda secara intensif melakukan program cultur stelseels di Jawa dan Sumatra untuk mencukupi kebutuhan tenaga kerja terampil di bidang pertanian, peternakan, dan perkebunan.[memerlukan rujukan] Untuk memenuhi kebutuhan ini, di Bogor (Buitenzorg) didirikan beberapa sekolah menengah untuk pertanian dan kedokteran hewan. Ini termasuk sekolah menengah pertanian, sekolah menengah perkebunan, dan sekolah Nederlandssch Indische Veerleeen.

Lingkup Teknologi Pertanian

  • Teknik pertanian

Teknik pertanian adalah pendekatan teknik (engineering) secara luas dalam bidang pertanian yang sangat penting untuk mengubah sumber daya alam secara efektif dan efisien untuk pemanfaatan manusia.[memerlukan rujukan] Oleh karena itu, dalam sistem keilmuan, bidang teknik pertanian terus bergantung pada ilmu teknik untuk menyelesaikan berbagai masalah pertanian.[4] Pada paruh 1990-an, istilah "teknik pertanian" digunakan di Indonesia sebagai penggabungan dari "teknik pertanian". [butuh rujukan] Sebelum ini, istilah yang digunakan lebih luas, yaitu mekanisasi pertanian. Ini digunakan sejak awal 1990-an, bersama dengan pengenalan dan penggunaan traktor dalam program intensifikasi pertanian.

Bidang cakupan teknik pertanian meliputi hal-hal seperti berikut: [butuh rujukan] mesin dan alat budidaya pertanian; pengetahuan tentang penggunaan, pemeliharaan, dan pengembangan mesin dan alat budidaya pertanian. Teknik tanah dan air menyelidiki masalah irigasi, konservasi, dan pelestarian sumber daya tanah dan air. Energi dan Elektrifikasi Pertanian mencakup dasar teknologi energi dan daya serta bagaimana mereka dapat diterapkan dalam kegiatan pertanian. Lingkugan dan bangunan pertanian mencakup masalah yang berkaitan dengan perencanaan dan pembangunan bangunan khusus untuk keperluan pertanian, seperti pusat pengolahan, sistem pengendalian iklim, dan unit penyimpanan tanaman dan peralatan, serta sesuai keadaan lingkungan. Teknik pengolahan hasil pertanian dan makanan, penggunaan mesin untuk menyiapkan hasil pertanian, baik untuk disimpan atau digunakan sebagai bahan makanan atau tujuan lain.

Bidang teknik pertanian dipengaruhi oleh kemajuan ilmu sistem pada tahun 1980-an, yang menghasilkan bidang sistem dan manajemen mekanisasi pertanian, yang mencakup penerapan manajemen sistem dan analisis sistem untuk menerapkan mekanisasi pertanian.[memerlukan rujukan] Perkembangan berikutnya pada abad ke-20 dan ke-21 termasuk ilmu komputasi, teknologi pembantu otak dan otot melalui sistem kontrol, sistem pakar, dan kecerdasan buatan, yang membawa robot ke dalam sistem pertanian. Ini membuat teknik pertanian menjadi sistem teknik pertanian.[memerlukan rujukan] Dalam pendekatan ini, objek formal untuk kegiatan reproduksi flora dan fauna serta biota akuatik dilihat lebih luas lagi sebagai sistem hayati atau biologis, dengan fokus pada pemecahan masalah pertanian secara keseluruhan. Dalam pendekatan ini, sumber daya hayati seperti mikrob dan mikroorganisme juga dianggap sebagai objek formal untuk produksi dan peningkatan biomassa.[memerlukan rujukan] Di beberapa perguruan tinggi di Amerika dan Jepang, program studi atau departemen yang sebelumnya bernama Teknik Pertanian sekarang disebut Teknik Sistem Biologis.

  • Teknologi hasil pertanian

Bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan primer manusia, sangat intensif dijadikan kajian sebagai objek ilmu formal terapan dan ditopang dengan kebutuhan industri, terutama di negara maju. Kondisi ini melahirkan cabang bidang ilmu teknologi pangan yang merupakan penerapan ilmu-ilmu dasar (kimia, fisika dan mikrobiologi) serta prinsip-prinsip teknik (engineering), ekonomi dan manajemen pada seluruh mata rantai penggarapan bahan pangan dari sejak pemanenan sampai menjadi hidangan. Teknologi pangan merupakan penerapan ilmu dan teknik pada penelitian, produksi, pengolahan, distribusi, dan penyimpanan pangan berikut pemanfaatannya. Ilmu terapan yang menjadi landasan pengembangan teknologi pangan meliputi ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan, dan teknik proses.[butuh referensi] Ilmu pangan merupakan dasar-dasar biologi, kimia, fisika, dan teknik dalam mempelajari sifat-sifat bahan pangan, penyebab kerusakan pangan dan prinsip-prinsip yang mendasari pegolahan pangan.

  • Teknologi industri pertanian

Teknik industri pertanian adalah bidang ilmu terapan yang berfokus pada perencanaan, perancangan, pengembangan, dan evaluasi sistem terpadu (meliputi manusia, bahan, informasi, peralatan, dan energi) untuk kegiatan agroindustri dengan tujuan mencapai kinerja (efisiensi dan efektivitas) yang optimal. Untuk menganalisis dan merancang sistem agroindustri terpadu, siswa belajar matematika, fisika, kimia/biokimia, ilmu sosial ekonomi, prinsip-prinsip, dan metodologi. Sebagai kombinasi dari dua bidang, teknik proses dan teknik industri, tujuan resminya adalah pendayagunaan hasil pertanian.

Disadur dari:

https://id.wikipedia.org

Selengkapnya
Sejarah Teknologi Pertanian

Agroteknologi & Teknologi Bioproduk

Teknologi Nano Bisa Jadi Solusi Optimalisasi Sumber Daya Alam

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 25 Juli 2022


BANDUNG, itb.ac.id – Prodi Teknologi Pascapanen SITH ITB menyelenggarakan kuliah tamu berjudul “Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Hayati di Abad Teknologi Nano” dengan Prof. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si., sebagai pembicara, Kamis (18/11/2021). Pada acara tersebut, Dr. Anne Hadiyane selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Kilang Hayati menjadi moderator.

Prof. Adi selaku Dosen dari Pusat Standardisasi Instrumen Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu menjelaskan, nanosains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena atau sifat-sifat suatu objek atau material dalam skala nanometer. Teknologi nano adalah teknologi yang memanfaatkan bahan-bahan berdimensi sangat kecil dengan toleransi 0.1 nm – 100 nm.

Nanosains berupa rekayasa pada tingkatan molekuler dengan tujuan mendesain dan membuat komponen dan sistem yang sangat kecil, yang dibangun di atas hukum mekanika kuantum, bukan berdasarkan hukum fisika dan kimia klasik sebagaimana rekayasa objek pada skala besar.

“Sifat unik dari bahan nano akan diwariskan ke seluruh objek komposit dari suatu bahan apabila bahan nano ditambahkan. Bahan dalam ukuran nano dengan sifat yang unik menghasilkan mesin dan perangkat yang berkemampuan ekstrim dan luar biasa,” ujar Prof. Adi.

Ia mengatakan, Indonesia memiliki berbagai kekayaan sumber daya alam, di antaranya hutan sebagai gudang karbon dan serat, banyak mineral pasir besi, kuarsa, pertambangan, tembaga, perka, dan emas. Namun demikian, kebutuhan akan sumber daya alam semakin meningkat, akan tetapi alam semakin tergerus.

“Teknologi nano mampu menjawab masalah yang ada dari berbagai sektor seefisien mungkin, dengan memakan bahan seefisien mungkin, sehingga ketersediaan sumber daya alam serta kelangsungan makhluk hidup tetap terjaga,” jelasnya.

Ada beberapa peralatan yang umum digunakan untuk menganalisa produk nano. Di antaranya adalah Particle Size Analyzer (PSA), Spark Plasma Sintering (SPS), Thermal Conductivity Analysis (TCA), dan lain-lain.

Harapan dengan adanya teknologi nano, pemanfaatan sumber daya alam dapat dimaksimalkan dengan mendorong penerapan zero waste di industri dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Selain itu dapat memberikan manfaat ekonomis dan sosial bagi industri pengolahan SDA, serta mendorong penerapan teknologi nano dalam pengolahan limbah biomassa lainnya sebagai material maju.

“Jika ingin memaksimalkan sektor nano teknologi, harus ada sinergi dari semua,” ujar Prof. Adi.

Tak hanya terfokus pada sumber daya alam, sumber daya manusia yang ada di Indonesia juga tak kalah kualitasnya. Di antaranya para pakar Iptek lulusan perguruan tinggi dari dalam dan luar negeri, generasi muda, para jawara olimpiade sains dari berbagai bidang Iptek, para pelaku bisnis di berbagai bidang, investor, hingga tenaga kerja dengan kompetensi yang memadai.

Reporter: Najma Shafiya (Teknologi Pascapanen, 2020)

Sumber: itb.ac.id

Selengkapnya
Teknologi Nano Bisa Jadi Solusi Optimalisasi Sumber Daya Alam
page 1 of 1