Mengungkapkan Dampak Degradasi Hutan Terhadap Keanekaragaman Hayati dan Stabilitas Iklim

Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman

29 April 2024, 19.49

Hutan terdegradasi di Lahnberge, Jerman - Wikipedia

Degradasi hutan merupakan ancaman bagi habitat hijau utama planet kita, karena secara diam-diam menghancurkan kekayaan alam hutan kita yang tak ternilai. Penghapusan pohon secara keseluruhan dan penggunaan lahan kayu untuk tujuan lain disebut deforestasi. Deforestasi adalah proses yang lebih kompleks yang terjadi ketika kualitas hutan menurun dan keanekaragaman hayati dan layanan ekologi menurun. Meskipun hutan mungkin masih ada secara fisik, ia telah kehilangan kekuatan dan kemampuan untuk mempertahankan berbagai kehidupan yang bergantung padanya.

Efek degradasi hutan sangat beragam. Selain membahayakan integritas biologis hutan, itu memperburuk masalah perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati di seluruh dunia. Hutan menurun kapasitasnya untuk menyimpan karbon, mengontrol suhu secara regional dan global, dan menjadi rumah bagi berbagai spesies ketika pohon hilang atau rusak. Selain itu, degradasi hutan biasanya terjadi sebelum deforestasi, yang membuat kehilangan penutup hutan lebih buruk dan meningkatkan dampak negatif pada lingkungan.

Tingkat degradasi hutan telah mengejutkan dalam beberapa dekade terakhir. Sejak 1990, diperkirakan 420 juta hektar hutan telah hancur karena sejumlah masalah, termasuk operasi pertambangan, pembangunan jalan, konversi lahan pertanian, pengeboran hutan yang tidak berkelanjutan, dan urbanisasi. Meskipun kecepatan deforestasi telah berkurang baru-baru ini, degradasi hutan masih terjadi pada tingkat yang mengejutkan, terutama di wilayah tropis dengan keanekaragaman hayati tertinggi.

Degradasi hutan adalah kompleks dan sering tidak terlihat, yang membuat perawatannya sulit. Deforestasi mempengaruhi lingkungan segera, tetapi degradasi hutan mungkin tidak diperhatikan sampai mencapai titik fokus. Sulit untuk mengidentifikasi dan mengukur hilangnya spesies pohon yang lambat, pengurangan populasi tumbuhan dan hewan, dan degradasi proses ekosistem dapat menghalangi penerapan strategi konservasi yang efektif.

Ada banyak argumen dan interpretasi untuk istilah "penurunan hutan". Tidak ada definisi yang jelas tentang degradasi hutan, dan para pemangku kepentingan dapat menilainya dengan berbagai standar. Meskipun beberapa menggambarkan perubahan dalam struktur dan komposisi hutan, yang lain menggambarkan penurunan layanan ekologi atau keanekaragaman hayati. Selain itu, menentukan ambang kerusakan hutan menjadi lebih sulit untuk memantau dan mengobati masalah.

Meskipun ada kelemahan, kebanyakan orang setuju tentang beberapa alasan kerusakan hutan. Ini mencakup ekstraksi produk hutan seperti kayu dan batubara, konstruksi jalan, operasi pertambangan terbuka, pertumbuhan kota, penanaman ternak, hujan asam, penyakit dan hama, polusi udara, fragmentasi hutan, pencemaran lahan, erosi tanah, dan penggunaan berlebihan atau pariwisata yang tidak hormat. Semua faktor ini menyebabkan penurunan ekosistem hutan secara bertahap, mengurangi kemampuan mereka untuk menyediakan layanan penting dan mempertahankan keanekaragaman hayati.

Untuk mengatasi degradasi hutan, berbagai strategi diperlukan, termasuk upaya konservasi, teknik pengelolaan tanah yang berkelanjutan, dan kolaborasi internasional. Program seperti REDD+ (mengurangi emisi akibat deforestasi dan degradasi hutan), pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan mendorong industri produk hutan yang bertanggung jawab dapat membantu mengurangi penyebab kerusakan hutan sambil mendorong konservasi dan restorasi ekosistem hutan.

Pemerintah, komunitas lokal, dan organisasi internasional memiliki tanggung jawab penting untuk melawan degradasi hutan dan mempertahankan keuntungan khusus yang diberikan hutan kepada orang-orang dan lingkungan. Dengan mengakui pentingnya hutan, menerapkan praktik berkelanjutan, dan bekerja sama untuk mengatasi penyebab utama degradasi hutan, kami dapat menjamin ketahanan dan kesehatan ekosistem penting ini untuk generasi mendatang.

Sumber:

en.wikipedia.org