1. Pertanyaan dari Ibu Fitra Suhardi
Apakah topik Waste Water termasuk dalam topik bahasan Webinar WTP ini?
Jawaban: Ada, yang netralisasi tadi, sedikit saja tadi. Slide juga itu sebenarnya waste karena ada pengolahan lebih lanjut. Dari filter tadi ada buangan, itu sebenarnya ada pengolahan lebih lanjut yaitu sebagai waste
2. Pertanyaan dari Bapak Wahyu Prasetyo
Pertanyaaan awal, mengenai Chemical Aid, pengunaan Coagulant dan Flocculant, hasil sisa setelah terjadinya proses pembersihan itu di kemanakan? Dibuang atau ditimbun?
Jawaban: Coagulant dan flocculant tadi itu dia akan sattle bersama flok dalam bentuk slide, slide itu sebenarnya nanti yang di-banned out dari periphery itu biasanya kalau di Kawasan Industri itu masuk ke drident adalah pemisahan antara padatan tadi disertai dengan cairan, ada saringan pasir, nanti bentuknya slice atau cake, cake dan filtrat, filtrat itu air bersih akan kembali sebagai proses, untuk diproses sebagai air baku lagi dan filtrat tapi yang slice tadi itu, coagulant itu ada di situ, dalam lumpur tadi itu. Biasanya lumpur itu, biasanya dari humus bagus untuk media pembiakan tanaman, dan dosisnya tidak tinggi, kalau dia keruh sekali mungkin sampai 100 ppm kalau untuk coagulant atau 150, mungkin sampai 200, tapi kalau yang tadi itu hanya 1 ppm jadi tidak besar, dan tidak merusak lingkungan karena dia tadi dalam bentuk solid, dan bisa dipakai untuk bermacam-macam.
3. Pertanyaan dari Bapak Gunawan Tjahjadi
Bagaimana Monitoring Chemicals Contents di Raw Water dan Product Water atau End Result? Siapa yang melakukannya? Standar-standar dari lembaga atau badan resmi mana saja yang di-Adopt dan digunakan?
Jawaban: Sebenarnya kalau pengolahan air ini, monitoring memang dilakukan berkala, dari air bakunya dimonitor biasanya dikirim ke lab atau secara berkala, atau pada saat terjadi perubahan yang cukup signifikan. Produk water ini biasanya setiap pabrik atau pengelola itu biasanya mereka dilakukan secara berkala, jadi ada yang dilakukan secara portable misalnya untuk mengecek PH menggunakan PH meter portable, bisa mengecek langsung di lapangan. Atau untuk mengecek turbin itu dia bisa langsung menggunakan turbidimeter yang sifatnya portable. Kalau untuk kandungan-kandungan yang dipersyaratkan oleh Depkes dan WHO, dsb itu biasanya harus masuk ke laboratorium, dan itu dilakukan secara berkala, dimonitor dari situ fluktuatif, kandungannya masih memenuhi baku mutu atau tidak dari aturan tersebut. Baku mutu itu berarti prosesnya bagus, tapi kalau misalnya sudah exceeded, ada proses yang mesti di review ulang apa yang salah, itu tergantung kasus per kasus dari hasil analisa tadi. Lembaganya biasanya laboratorium yang terakreditasi saja, biasanya mereka juga memiliki lab sendiri. Tapi biasanya kalau ada klien atau orang yang minta lebih bisa dikirim ke lab yang terakreditasi, ada punya pemerintah dan swasta.
4. Pertanyaan dari Bapak Sugiarto S. Citroatmojo
Ini mungkin agak di luar bahasan materi webinar. Yaitu, institusi manakah yang seharusnya mengawasi QA atau QC untuk UMKM Air Minum Isi Ulang, sehingga ada jaminan bahwa kualitas Drinking Water tersebut tetap aman atau Safe untuk dikonsumsi oleh masyarakat, tidak menyebabkan diare atau terkena para Thypus?
Jawaban: Biasanya setahu saya BPOM, karena mereka sekarang ini harus mendapatkan izin BPOM.
Kalau untuk MCK bisa langsung dikonsumsi, untuk air minum mesti dimasak, paling tidak aman, dengan dinaikkan temperatur ada mineral-mineral mengendap dan bakteri mati.
5. Pertanyaan dari Bapak Sugiarto S. Citroatmojo
Untuk baku mutu air minum, apakah cukup mengikuti standar dari Kemenkes atau standar WHO? Mana menurut Bapak yang terbaik? Apakah penggunaan Kaporit atau NaOCl masih aman untuk Treatment Potable Water? Ada info Kaporit menyebabkan atau pencetus Cancer? Karena, ada beberapa PDAM yang masih menggunakan Kaporit.
Jawaban: Pasti disajikan oleh Kawasan Industri dan PDAM pasti disajikan. Ini acuan dari Depkes, WHO ini mereka yang punya. Untuk menjernihkan air dua-duanya oke baik kaporit ataupun NaOCl sering dipakai juga, cuman karena kita chemical dosisnya harus tepat. Terkadang memang ada kelalaian di operator sehingga airnya kelebihan, karena dia kaporit. Kembali lagi ke sdm-nya. Kalau penggunaannya dua-duanya di pasaran oke dan oleh pemerintah juga tidak ada larangan. Mereka mesti melakukan tes dahulu, misalnya dosis sekian bagus atau tidak.
6. Pertanyaan dari Bapak Aji Dermawan
Sumber air yang sangat melimpah di alam terdapat di lautan. Jika air baku yang berasal dari air laut digunakan sebagai kebutuhan City Water, apakah ada Treatment yang efesien dan hemat biaya dalam pengolahannya?
Jawaban: Kalau dulu awal-awal pengolahan laut itu biasanya orang-orang menggunakan sistem thermal, diuapkan, uapnya di kondensasi jadi air tawar, itu mahal menggunakan energi kemudian berkembanglah, menggunakan ion penukar kation tadi. Terakhir sekarang ini pakai reverse osmosis, teknologi yang cukup banyak dipakai, mereka yang menggunakan air laut sebagai sumber airnya. Kalau sudah banyak harusnya lebih murah.
Kebutuhan energi cukup besar kalau menggunakan thermal ataupun yang lain karena butuh energi. Tapi kalau penukar kation tadi dia membutuhkan chemical, ada waste-nya juga. Selama ini yang ekonomis umumnya menggunakan reverse osmosis.
7. Pertanyaan dari Bapak Achmad Riva
Berapa rata-rata kehilangan air dalam Water Treatment Plant untuk kebutuhan domestik? Adakah regulasi atau standarnya?
Jawaban: Kalau dari diagram tadi biasanya ada air, yang tadi masuk 100, sebagai slide berapa, dll. Antara 20-25% hilang jadi produknya paling tidak 75-80%
8. Pertanyaan dari Bapak Rezza C.M
Bagaimana cara mencari Data Debit (Q) air baku jika tidak disediakan Client? Misal, mesti memilih sumber air baku terbaik, apakah ada instansi yang biasa menyediakan data tersebut tiap daerah atau harus kita ukur sendiri ke lokasi? Dan bagaimana caranya?
Jawaban: Data-data dari sumber tersebut, mungkin ada juga yang misalnya debit air sungai, pada saat musim panas berapa musim hujan berapa, kalaupun itu tidak tersedia. Banyak metode untuk debit air, untuk bisa menggunakan trapezoid. Ada juga lembaga yang menyimpan data-data debit sungai.
Kita memang membuat saluran dengan desain tertentu, kita buat dulu nanti kita cek syarat pentingnya misalnya berapa lama.
9. Pertanyaan dari Bapak Sugiarto S. Citroatmojo
Tahun 2001 - 2002, saya pernah meneliti Air Terproduksi (Produced Water) dari proses produksi hulu migas dilakukan Treatment Flokulasi dan Filtrasi. Terakhir, dilakukan RO, sudah bisa memenuhi standar air minum Kemenkes, tetapi kami tidak berani meminumnya.
Jawaban: Kalau sudah RO itu sebenarnya kalau dari filter area itu satuan tidak angstrom, angstrom itu kecil sekali. Virus itu tertahan tidak lolos, saya pernah minum tidak masalah.
10. Pertanyaan dari Bapak Andi Gita Tenri Sumpala
Menurut Bapak, alternatif penyediaan air bersih untuk kawasan wisata pantai yang paling cocok itu seperti apa? Dengan memperhatikan aspek lingkungan dan juga aspek ekonomi.
Jawaban: Pantai itu berarti dari laut, Ancol itu dia menggunakan air laut, dia menggunakan aerosystem seperti di Kepulauan Seribu namanya SWRO sea water reverse osmosis, jadi ada membran yang khusus untuk Sea water, memang harga membran nya cukup mahal, sea water itu kandungan garamnya tinggi, air laut itu NaCl nya sampai 17-20%. Dan itu kita peras menjadi air tawar, SWRO itu produknya hanya 40% maksimal, jadi kalau kita masuk 100 itu, 40% nya dan 60% itu dibuang karena itu sudah penuh garam.
11. Pertanyaan dari Bapak Harun Alrasyid
Waktu saya pernah ada PKL di perusahaan minyak dibagian IPAL, ada beberapa Problem karena kandungan Cod terlalu besar tidak sesuai baku mutu air. Di sana hanya ada proses air limbah masuk, lalu ke Oil Separator untuk pemisahan minyak, lalu ke Bak Equalisasi dan diinjeksikan dengan NaOH, lalu ke Bak Earasi ada 5 Bak, lalu ke Bak Clarivier terus Bak Sedimentasi, lalu ke Bak Kolam Ikan. Nah, itu sudah tidak ada penambahan bahan kimia sama itu saja. Saya juga pernah memberi pendapat proses hanya mengandalkan Aerasi itu berat dan tidak akan bisa menurunkan Cod lebih cepat dan tidak ada bahan kimia juga seperti PAC dan Kmno4. Perusahaan itu juga seperti tidak mau mengeluarkan biaya tinggi. Menurut Bapak, apa yang menyebabkan Cod tinggi? Dan bagaimana solusinya ya, Pak?
Jawaban: Cod itu sebenarnya kandungan organik yang ada di limbah, kalau masih exceeded biasanya banyak kandungan inorganicnya biasanya ada industri yang memang menggunakan bahan senyawa benzena fenol, senyawa aktif seperti untuk disinfektan memang tidak akan te-remove dengan bakteri-bakteri yang ada. Biasanya menggunakan ozon, atau pakai teknologi plasma itu bisa menguraikan cod tadi. Kalau cod exceedednya hanya sedikit limitnya mungkin bisa di dosing karbon aktif karena bisa menyerap juga, dosen karbon aktif dalam bentuk larutan nanti perlu dikalkulasi dan diendapkan lagi, cukup efektif untuk menurunkan cod yang tidak terlalu. Misalnya buangan yang diterima 100, ini masih 150, 200, bisa menggunakan karbon aktif dan dosing, diproses koagulasi tadi, pada saat ekualisasi di blowing atau di mixing dengan udara dari blower jadi itu bisa menurunkan suhu sampai 15% di muka. Kalau terlalu besar, misalnya cod sudah sampai 1000 padahal ininya 100, paling tidak sama kayak tadi Ozon dan energi plasma itu mungkin bisa menguraikan senyawa-senyawa tadi, itu memang ada senyawa organik yang tidak bisa diurai oleh bakteri yang ada. Biasanya industri-industri yang banyak menggunakan chemical.
12. Pertanyaan dari Bapak Eru Rusmana
Untuk Reduksi Air yang mengandung Sulfur, bagusnya pakai media apa?
Jawaban: Sulfur biasa ditangkap lagi menggunakan karbon aktif
13. Pertanyaan dari Bapak Wahyu Prasetyo
Spesifkasi Sand untuk Filter disebutkan 0,5 - 1,5 mm. Apakah ini General semua Filter pakai spek ini? Dan seberapa banyak yang memakai Sand Filter?
Jawaban: Sand filter itu 0,4-1mm, ada 0,2-0,4 itu sangat halus sekali, 0,4-0,8 dan 0,8-1,5. Namun memang kalau makin halus harusnya semakin bagus jadi menangkapnya makin bagus, tapi lebih cepat exhaust. Kualitasnya paling bagus 0,2-0,4 hasilnya bagus sekali, namun ada air yang terbuang. Namun umumnya 0,5-1,5 yang sering dipakai.
Profil InstrukturIr. Rachmat Tulloh Shiddekh, IPM
Praktisi Waste Treatment
Deskripsi Pemateri:
Formal Education:
Non Formal Education/Training
Work Field
Career
Engineer Red Cord
Engineer Profession