1. Pertanyaan dari Bapak Bayu Wisatrioda
Apakah Value Engineering bisa kita lakukan sebagai evaluasi dari pekerjaan tambah/kurang (VO) dalam proyek konstruksi EPC?
Jawaban: Posisi kita berdiri sebagai apa, Apakah sebagai klien atau kontraktor. Kalau sebagai kontraktor, maka value Engineering itu tidak wajib menjadi bagian dari pekerjaan tambah kurang. Karena kita melihat kepada Global trend constructability dsb.
Maka, tambah kurang (VO) itu terjadi jika 1. Dari pihak klien memang menambah pekerjaan 2. Deviasi sudah accepted , maka secara umum itu tidak bisa digunakan sebagai klaim untuk tambah kurang, 3. Kalau misalnya konstruksi itu bagian daripada strategi perencanaan, sehingga Bapak dan Ibu semuanya itu bisa catch up terhadap tiga minimal (kort.... dan resource) yang tidak boleh itu yang menjadi kerjaan tanpa kurang itu misalnya, jika kita timbang dalam EPC tadi itu, 500 ton tiba-tiba yang kita yang kita timbang cuman 490 ton karena disitu ada struktur yang tidak dipasang, hal itu yang harus kita bisa timbang ulang. 4. Pekerjaan tambah kurang itu bukan suatu pekerjaan yang sifatnya "ngakali" dalam istilah bahasa Jawa, ngakali apa yang tidak ada. Makanya disebut ada metodenya minimal 6, mulai dari identifikasi masalah, analyzing, development, review, implementation dan block dsb. Agar tidak menjadi masalah, maka saya mengundang 3 (IPNU dan BUPT) untuk menjustifikasi bahwa apa yang kami hitung itu adalah accepted. Di industri Manufacturing Devalve misalnya kalau temen-temen berbasis hanya kepada teknologi konvensional, ya sekarang ini. Kalau misalnya teknologinya selalu berubah, bisa jadi berubah juga Manufacturing nya. Apakah itu menjadi pengurang dari nilai dan sebagainya? Tidak, itu nilainya sama cuman dirupiahkan, dihargai mungkin lebih murah karena Ternyata teknologi yang digunakan itu lebih canggih. Kalau kita berbasis kepada kontrak selama itu memenuhi, Value Engineering seharusnya tidak menjadi subject to pekerjaan tambah kurang, itu bagian dari strategi kita.
2. Pertanyaan dari Bapak Reza Prama
Bagaimana penggunaan Value Engineering (VE) di bidang yang bukan profit oriented dan Manufaktur? (Tadi disampaikan, kurang setuju) Disaster risk reduction, utamanya di Indonesia? Faktor signifikan apa saja yang perlu diperhatikan di bidang tersebut ketika bisa menambah fungsi atau nilai, namun tidak mampu menggenerate income, dst.?
Jawaban: Value engineering itu profit oriented, ada namanya deviasi, deviasi dari yang sebelumnya harganya tinggi menjadi rendah dan kemudian menggenerate profit. Kalau value engineering tidak digunakan dalam dunia profit oriented, itu bukan namanya value Engineering, itu mungkin cara kita dapat negosiasi.
Faktor signifikan apa saja yang perlu diperhatikan di bidang tersebut 1. Di bidang engineering ataupun desain nya (faktor utama), makanya namanya Value Engineering. 2. Risk, tidak mungkin kita akan bisa mendefinisikan nilai, problem, dan lainnya tanpa mengetahui resikonya apa, baru kemudian kita bicara value. Kemudian berikutnya kita bicara beberapa hal yang saya sampaikan tadi yaitu tentang Costingnya, quality, dan safety. Jadi hal hal itu yang menjadi form/ blok kita jika kita bicara value Engineering.
3. Pertanyaan dari Ibu Nofriani Fajrah
Bagaimana membedakan value engineering terhadap studi kelayakan proyek? Bagaimana proses pelaksanaan posisi risk assessment proyek di dalam Value Engineering?
Jawaban: Yang dimaksud studi kelayakan proyek itu adalah yang biasa kita sebut sebagai visibilities, visibilities study itu sesuatu yang kita rencanakan. Value Engineering itu ada metodenya, ada penahannya 4 hal tadi itu. Pada saat kita bicarakan kelayakan proyek, apakah mungkin 4 hal itu bisa kita capture, pasti kita bicaranya estimasi, prediksi, forecast, sesuatu yang kira-kira ada begitu, itu namanya bukan value Engineering, Itu namanya kira-kira atau perkiraan atau estimasi forcast dan lain sebagainya. Jadi value engineering itu tidak akan terlihat pada saat kita bicara studi kelayakan dan tidak dalam posisi itu untuk kita membicarakan value Engineering. Value Engineering itu pada saat kita setelah pekerjaan studi kelayakan proyek, yaitu pada saat kita detail desain, baru kita membicarakan value Engineering. Karena disitu kita bisa mengidentifikasi masalah, Pada saat studi kelayakan proyek apakah ada masalah? Paling masalahnya pada saat kita studi kelayakan proyek itu adalah target capaian, kalau bicara bangunan pasti lahannya, itu tidak dalam value Engineering, itu sifatnya bicara pada kebijakan dan lain-lain. Jadi value engineering itu akan muncul pada saat kita sudah melakukan desain. contohnya kami juga tidak akan mungkin, tiba-tiba pada saat studi kelayakan proyek pembangunan lepas pantai. Saya Melakukan studi kelayakan atas ASTM A572 saya ganti menjadi ASTM A36 materialnya, tidak mungkin. Kalaupun ada itu perkiraan yang sangat kasar, dan itu jatuhnya malah justru sangat dangerous risk, pada saat menentukan di dalam budgettingnya.
Pada saat melancarkan metode Engineering, maka berbarengan disitulah adanya risk assessment.
1) Sama seperti halnya pada saat penyusun visibilities study, visibility study + dokumending one hidup di lh, dokumending one itu resiko pada saat AMDAL ukl/UPH, itu ada resiko. Tapi begitu visibility study diminta dengan dlh/AMDAL itu misalnya. Maka visibilities study dengan resikonya yaitu AMDAL.
2) Visibility study dikerjakan berbarengan dengan AMDAL. Atau Amdal dulu dikerjakan resikonya / risk assessment dilakukan baru visibility study. Sama dengan value engineering ini, value Engineering dikerjakan bisa jadi lebih dulu ataupun setelah. Tapi kalau lebih optimum, value Engineering berbarengan dengan risk assessment, sehingga ketahuan yang mana yang menjadi ancamannya, yang mana yang menjadi peluang. Jadi value engineering plus risk assessment.
4. Pertanyaan dari Bapak Yalbert Kudus
Pelaksanaan value engineering sebaiknya kira-kira kapan dilakukan ya? Apakah pada saat mulai eksekusi proyek atau pada saat proposal? Dan pertanyaan dari Bapak Visnu Sulistyawan, pada proyek EPC kapan VE sebaiknya dilakukan oleh EPC Kontraktor? Setelah Contract Signing?
Jawaban: VE dilakukan pada saat melakukan Engineering, setelah contract signing. Pada saat proposal melakukan value Engineering, apa justifikasinya? Paling perkiraan, tidak akan bisa diimplementasikan. Biarkan bagian Project untuk bisa creativity out of thinking sehingga dia bisa mengepres Project itu, dari segi biaya. Jika melakukan VE pada saat di proposal justifikasinya adalah perkiraan, itu sangat berbahaya, bisa jadi pihak ketiga tidak akan lancar ataupun tidak akan mulus membantu, itupun jika accepted bagaimana kalau tidak accepted, dan proyek akan bermasalah. Jadi setelah contract signing yaitu pada saat sudah memasuki dunia engineering detail dan sudah melakukan purchasing (pembelian material).
5. Pertanyaan dari Bapak Imam Khafidh
Value engineering dilakukan ketika dalam suatu Project terdapat suatu problem. Metode value engineering yang disampaikan sebelumnya, ada namanya trial test? Bukan itu juga akan menjadi penambahan biaya dan memakan waktu lagi? Sedangkan, dalam suatu proyek yang telah running suatu problem harus diselesaikan secepat mungkin.
Jawaban: Ada Trial test, trail Tes itu seperti saya harus menghubungi ITB, bppt atau UI untuk menjustifikasi, dan bisa diterima. Celakanya kalau misalkan tidak bisa diterima. Pagar-pagar dari apa yang kita lakukan ini adalah ada risk assessment nya, di dalam risk assessment ada yang namanya perbedaan schedule, kalau seandainya ini kami jalankan, Risknya itu kita terima maka proyek itu delay misalnya 2 bulan. Seperti halnya tadi kalau ini saya terima, saya impor material maka proyek itu akan delay 6 bulan, sementara Saya hanya butuh waktu 4 Minggu yang harus saya selesaikan.
Kalau owner melakukan VE, dia harus melakukan amandemen terhadap kontrak lebih dahulu, owner berbicara melalui kontrak, kalau tidak sesuai kontrak akan muncul yang namanya sangsi, pinalti dsb. Kalau anda lebih cepat daripada itu anda akan mendapatkan penghargaan, kalau keluar daripada itu harus amandemen terhadap kontrak. Jadi owner itu sebenarnya sudah menentukan bahwa saya pembeli material pakai SM490YP. Ternyata terjadi suatu masalah seperti ini, kalau saya menggunakan SM490YP barang tidak akan bisa masuk ke Indonesia, KSnya hanya berproduksi 25 ton, delaynya 2 bulan. Lakukanlah yang namanya percepatan, munculah yang namanya testing estimatika. Saya kumpulan semuanya, termasuk stakeholder, dsb di dalam satu meja dan accepted dan proyek tidak delay.
Yang namanya review, memang kita harus mengeluarkan biaya, jika masih dalam ring budget saya kira masih bisa accepted. Daripada mundur 1 bulan yang akhirnya Anda bisa mengeluarkan milayaran untuk gaji.
6. Pertanyaan dari Bapak Nugraha Putra Utama
Berkaitan dengan value engineering, apakah bisa value engineering dilakukan ketika proyek sudah berjalan? Contoh, dalam proyek high rise building yang pondasi sudah jadi tapi masih dilakukan value engineering untuk kolom dan plat lantainya? Dan bagaimana alurnya, jika owner ingin dilakukan VE?
Jawaban: Jika sudah jadi tidak dapat dibongkar, kecuali misalnya seizin pihak klien, apalagi yang didalam fondasi, Kalau bisa jauh-jauh hari sebelum konstruksi. Kasus yang sekarang juga sama, kita sudah identifikasi dari jauh hari sebelum melakukan pembelian ada suatu masalah yaitu di valve atau di katupnya di pompanya juga ada masalah masalah kenapa sih ini sehingga kita bisa melakukan yang namanya perhitungan dengan pihak ketiga dan lain sebagainya untuk melakukan kajian.
Contoh masalahnya tanki dengan ketebalan 12 dan dengan ketebalan 14 cuma 2 mili.
Yang jelas yang harus dilakukan oleh atlet tersebut untuk melakukan VE adalah harus amandemen terhadap kontrak. Tidak bisa jika sudah ditentukan dari awal namun tiba-tiba diubah, memberi instruksi dan lain sebagainya itu tidak bisa. Ada tanggung jawab terhadap stakeholder dan manajemen di kantor. Tidak bisa tiba-tiba hanya dengan alasan saya, dapat instruksi atau perintah dari klien untuk merubah pondasi ukuran 10x10 menjadi 8x8 itu tidak bisa. kalo owner melakukan VE mereka harus melakukan amandemen terhadap kontrak.
7. Pertanyaan dari Bapak Hendra
Sejauh mana keterkaitan VE ini dengan matkul Ekonomi Teknik? Boleh dijabarkan point-point yang saling berkaitan dari dua hal tersebut?
Jawaban: Yang berhubungan dengan ekonomi teknik tidak perlu dibahas semuany, akan pusing. Yang perlu dibahas di mata kuliah Teknik ini, cuman yang pertama engineering management kemudian risk management costing manajemen sama quality and safety management. Itu yang ada hubungannya dengan mata kuliah ekonomi teknik. Kalau misalnya lebih dalam lagi bicara ekonomi teknik itu hanya bicara komersial dsb kita bicara costing kalau ekonomi teknik itu bicara tentang akibat sebuah kegiatan atau disiplin, itu berarti kita bicara quality dan safety. dan jika bicara ekonomi teknik itu mengenai resiko bisa mengambil di risk assessment tersebut. Kalau metode itu sesuatu hal yang harus kita lakukan untuk mengklaim bahwa saya Muhammad Irfan telah melakukan yang namanya value engineering metode nya seperti ini prosedur nya seperti ini orang yang menjustifikasi seperti hasilnya seperti ini.
8. Pertanyaan dari Bapak Eko Suliyanto
Tahapan VE yang paling potensial efisiensinya pada tahap Perencanaan. Lalu yang saya tanyakan adalah tahap perencanaan itu ada FS dan DED. Apabila dilakukan pada tahap FS, apa saja yang bisa diterapkan VE tersebut? Karena untuk DED, tentunya data lebih detail. Seberapa besar risiko yang dialami?
Jawaban: Kalau bicara VE itu bicara estimated, justifikasi, estimasi dan lain sebagainya. Kalau di dalam Project management, nomor satu bukan metodenya, kalau bicara estimasi, perkiraan dsb dalam sebuah Project management nomor satu itu bukan metode untuk estimasi, tapi nomor satu itu expert justment. Silakan menggunakan hand book Davis, atau hand book punya management body of knowledge dsb. Nomor satu untuk estimasi itu adalah expert adjustment, tapi kalo misalnya itu diberlakukan di dalam value Engineering yang sifatnya itu adalah adanya trail ada implemen dan sebagainya itu tidak masuk akal, sangat beresiko.
9. Pertanyaan dari Bapak Boni Laksito
Jika diterapkan VE dengan reduksi cost, apakah perlu mengukur lagi fungsional dan benefit komponen atau bagian yang diganti untuk reduksi cost tadi? Bagaimana caranya?
Jawaban: VE itu memang fungsinya lebih kepada optimasi cost, memang pada ujungnya reduksi cost juga. Jadi kalau misal mengukur lagi dari fungsionalnya, fungsinya dan benefit-cost tadi. Pasti fungsinya yang lebih. yang pertama adalah availability nya, yang kedua Global market / teknologi itu yang paling penting. Kemudian yang ketiga adalah pencapaian dalam Project management, itu pasti akan ada 3, cost time resources (ctr). Jika bicara soal Project management tidak harus mengikat yang panjang-panjang, singkat saja. Untuk mengukur VE itu yang pertama pasti availability atau ketersediaan, VE menjadi barang tidak tersedia itu berarti bukan VE namanya. VE tidak sesuai dengan teknologi namanya mencari-cari masalah. VE membuat Project management menjadi prolong itu namanya bukan VE itu namanya kita menjadwalkan untuk memperpanjang Project management.
Profil InstrukturM. Ade Irfan, ST, MBA, IPM, CIMP, QRMP
Praktisi dan Trainer EPC
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan
Sarjana Teknik, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh November
MBA, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada
OTHER QUALIFICATIONS/TRAININGS :
EMPLOYMENT RECORD
2018 – now Project Manager, PT. Pertamina EP
2015 – 2018 Project Manager, PT. Bakrie Metal Industries.
2010 – 2015 Project Control Manager, PT. Bakrie Construction
2008 – 2010 Project Engineer, PT. Bakrie Construction
AWARD
Fellowship Award, ASEAN Federation Engineering Organization (AFEO), Jakarta 2018.