1. Pertanyaan dari Bapak Zainullah Arifin
Audit itu nyatanya membutuhkan pelatihan yang lama, bagaimana cara kita agar menguasai audit tersebut dengan waktu yang relatif singkat dan juga terdapat biaya-biaya yang cukup mahal itu bagaimana caranya bisa terjangkau biayanya?
Jawaban: Awalnya saya magang di salah satu kantor akuntan, saya masih menjadi mahasiswa jadi ada summer program. Dan memang untuk sampai ke sana itu perlu diingat bahwa auditor itu tidak semuanya langsung jadi expert, kalau di kantor akuntan publik itu sendiri levelnya banyak. Dulu kita mulai masuk katakanlah dari junior auditor kemudian senior auditor, senior auditor itu ada 3 level, senior 1,2,3. Kemudian ada yang namanya audit supervisor, lalu asisten manager, kemudian manager dan senior manager, director, baru kemudian partner. Saat anda masuk kedalam kantor akuntan publik, atau dalam suatu institusi audit, training itu akan diberikan secara berkala sesuai dengan kemampuan dan spesialisasi anda. Nanti training-nya disesuaikan, kalau mahasiswa melihatnya trainingnya banyak dan mahal memang betul. Waktu zaman saya, kalau dulu mau belajar menjadi SPV audit trainingnya sangat mahal saya pun tidak sanggup membayar. Yang saya lakukan adalah saya mencari kantor akuntan yang akan membayari saya ikut training. Cara yang termudah adalah cari perusahaan yang sesuai yang nanti akan training anda sesuai dengan kebutuhan anda hingga ke level atas. Kalau bicara CPA saya dulu mendapat CPA itu awalnya belajar sendiri, tapi kebetulan kantor akuntan tempat saya bekerja, kalau Anda lulus CPA anda bisa reimburse costnya lalu mendapat bonus kalau one time anda langsung lulus anda mendapat uang 10juta, tapi itu encouragement dari kantor. Biasanya kalau kantor akuntan memiliki program-program untuk encourage orang untuk further study. Saya masuk kantor akuntan karena saya banyak belajar dan mereka akan invest di pegawainya supaya Knowledgenya bertambah untuk bisa serve client better.
2. Pertanyaan dari Bapak Junianto
Kalau dari non keuangan, apakah bisa menjadi Auditor?
Jawaban: Bisa, kebetulan di tim saya akuntannya malah sekarang sedikit, jadi ada engineer, sengaja kita cari engineer untuk audit bisnis proses manufacturing, karena akuntan tidak belajar banyak sehingga saya perlu engineer untuk audit production manufacturing. Begitu juga untuk IT, kita memerlukan IT spesialis, Jadi sekarang dari 5 yang akuntannya hanya satu yang non finance. Keynya justru kalau untuk non financial audit itu background non finance lebih bagus, kalau finance dan audit bagusnya memang untuk eksternal audit kerja di kantor akuntan, kalau untuk jadi internal audit dalam perusahaan saya lebih prefer cari yang background-nya non-audit atau non finance. Saya sendiri sudah finance dan IT sehingga perlu orang yang punya pemikiran baru atau point of view yang berbeda dengan kita, itu biasanya dari engineer, bisnis, project management, jadi tidak hanya finance. Saya lebih senang ambil Engineer ditraining menjadi audit Karena untuk train auditor jadi engineer itu impossible. Tapi biasanya bukan di kantor akuntan publik tapi lebih di perusahaan manufaktur.
3. Pertanyaan dari Bapak Boni Laks
Kalau Audit Manufaktur seperti ini, apakah ada standar ISOnya?
Jawaban: Kalau untuk melakukan manufaktur audit, biasanya kalau untuk urusan complaint itu ISO9000, kita tidak melakukannya langsung ada tim sendiri dulu namanya management representative. Tetapi kalau internal audit kita melakukan manufacturing audit atau bisnis proses Manufacturing, kita lebih melihat ke internal guideline, bagaimana proses manufacturing itu di set up, layout-nya bagaimana, proses flownya bagaimana, dan maintenance-nya bagaimana. Jadi itu biasanya defined oleh departemen produksi, jadi berdasarkan bisnis proses definition dari produksi lah kita develop audit plan. Kadang-kadang di production guide merever ke beberapa clause di ISO, dan itu yang kadang-kadang kita lihat secara lebih dalam lagi. Tetapi kita tidak melakukan audit berdasarkan ISO itu karena biasanya kalau di kantor kita ada departemen tertentu IMS yang akan melakukan ISO audit.
4. Pertanyaan dari Bapak Toni A.
Untuk sertifikasi seperti CPA, CIA, dan sebagainya, apakah terdapat persyaratan harus lulusan program studi Akuntansi?
Jawaban: Kalau untuk di Indonesia untuk CPA Anda harus sarjana akuntansi kemudian mengikuti program pendidikan profesi akuntansi PPAK ada satu atau dua semester setelah lulus sarjana S1 akuntansi, baru nanti bisa mengambil USAP ( ujian sertifikasi akuntan publik), kalau CIA itu tidak disyaratkan backgroundnya harus akuntansi, certified internal auditor itu tidak disyaratkan karena ini auditnya lebih general kepada bisnis proses maka kalau CPA lebih ke laporan keuangan, oleh karena itu sarjana akuntansi diperlukan. Kalau yang saya tadi bilang tim saya ada engineer dia mengambil CIA, certified internal audit karena memang akuntansinya hanyalah 1 dari 3 part yang diujikan, 2 partai yang lain itu adalah definisi internal audit, praktek internal audit, part ke-3 adalah bisnis. Bisnis sangat luas, dari mulai IT, risk management, akuntansi keuangan, cost accounting, Information Technology, corporate government, jadi komponen akuntansinya lebih sedikit dalam CIA.
Profil InstrukturNino F. Kusmedi, SE, Ak., MMSI, CPA, CIA
Head of Internal Audit, ORYX GTL - Qatar
Deskripsi Pemateri:
Education : SE, Ak, FE Universitas Indonesia
MMSI, Universitas Bina Nusantara
Certification : CPA, CA, CIA, CISA, APM PFQ
Experience :
- Internal Control Manager, Kraft Foods
- Internal Audit Manager, Indocement
- Internal Audit Manager, Al Ghurair
- Head of Internal Audit, ORYX GTL