1. Pertanyaan dari Bapak Ahmad Syahirul Alim Mustathiriyyani
Kalau untuk Core Value Perusahaan posisinya ada di mana ya, Pak?
Jawaban: Core value itu What bisnis are you in, saya berikan contoh core value-nya Rolex, Rolex itu nama jam, kalau itu bukan core value. Core value-nya Rolex adalah perhiasan, sehingga orang memakai Rolex itu bukan untuk mengingatkan waktu, karena Rolex harganya 100 juta, kalau pengingat waktu HP anda punya jam, jam Korea, jam Cina itu Rp100.000, Rp50.000. Hubungannya core value dengan eksternal analysis pada saat anda melihat customer yang anda lihat ada customer yang menganggap "saya butuh perhiasan", "saya butuh sesuatu untuk ekspresi myself", eksternal analysis-nya ke sana, bukan anda perlu mengingat waktu. Starbuck, itu bukan jualan kopi, itu bukan core value dari Starbucks kepada customer, kalau jualan kopi Starlink saja, yang pakai sepeda jualan kopi. Apakah Starbucks jualan premium Cafe? Ya benar kopinya bagus, tapi kalau anda benar-benar tanya ke pecinta kopi mereka tidak beli kopi ke Starbuck, karena Starbuck core valuenya bukan menjual kopi kepada pecinta kopi. Core value Starbucks adalah menyediakan lifestyle, jadi yang dia pikirkan adalah bagaimana agar customer datang ke Starbucks karena lifestyle.
2. Pertanyaan dari Bapak Fabian D.
Melihat kondisi era yang semakin cepat ini, seberapa jauh kita harus memproyeksi visi kita ke depan? Apakah 20 tahun mendatang atau agar lebih adaptif sebaiknya 10 tahun? Atau bahkan 5 tahunan untuk mengevaluasi visi lagi?
Jawaban: Kalau saya 5 tahun itu sudah terlalu panjang, sebetulnya strategi yang bagus kita punya strategi dalam 10 tahun ini yang kita capai, tapi strategi itu ada suatu perjalanan dan di perjalanan itu terbelok-belok, strategi bisa berubah, jadi visi kita ok dalam waktu 20 tahun kita sudah pensiun, boleh, pensiunnya di pedesaan yang aman damai nyaman sentosa itu boleh, tapi strategi untuk sampai situ harus adaptable. Ada alumni MBA ITB, baru ini mendapat pendanaan series C oleh Kemnasek sebesar 90 juta dollar atau 1 koma sekian triliun, jadi kalau dia jual perusahaannya dia sudah pensiun dengan uang ratusan miliar. Itu visi, tapi untuk mencapai itu ada strategi yang mengikuti perjalanan, misalnya kita mengikuti jalan ini ternyata jalan ini rusak dan kita cari jalan lain. Jadi kalau saya 5 tahun strategi itu mungkin sudah paling maksimum kita lihat ke depan.
3. Pertanyaan dari Jasa Perawat Home Care SA3
1) Dalam visi misi, ada target yang mau kita capai dan dimuat secara lisan. Apakah sebaiknya tidak semua dimuat, Pak? Karena, ada strategi yang kita akan lakukan di situ Pak untuk mencapai tujuan kita.
2) Bagaimana kalau kompetitor melihat strategi kita dan jiplak, Pak?
Jawaban:
1) Ini masalah culture, orang Indonesia itu tidak suka mendokumentasikan segala sesuatunya. Kalau anda tanya ke UMKM, mungkin anda tanya ke 10 usaha UMKM, mungkin 8 tidak punya strategi paling tidak yang tertulis. Ok saja, tapi yang penting seperti ini, pada saat anda membuka usaha, anda harus punya pemikiran bahwa usaha ini sustainable atau berkelanjutan, kalau bisa diserahkan kepada anak cucu. Kalau untuk bisa diserahkan ke anak cucu mereka harus tahu walaupun anak sendiri, cucu sendiri, mereka tidak bisa mengerti jalan pikiran anda. Jadi tertulis itu bagus dan dibiasakan, di PI itu juga ada pelajaran namanya knowledge management, Knowledge manajemen itu sebetulnya hanya masalah anda harus menuliskan apa yang anda telah lakukan, apa yang terjadi, apa yang anda lakukan dalam bisnis anda dan anda harus bisa membuat supaya informasi itu juga dibaca oleh teman-teman yang membutuhkan informasi itu untuk mencapai tujuan. Memang ada strategi-strategi yang perlu konfidensial, orang lain tidak perlu tahu tapi kita bicara sustainable.
2) Ini memang problem, itu adalah problem perusahaan misalnya anda memiliki suatu sistem informasi di perusahaan untuk mengetahui supaya semua mengetahui strategi tapi kemudian ada yang membocorkan, ada yang minta pindah ke perusahaan lain, itu memang terjadi, ini ada kursusnya juga. Yang namanya kompetitor intelijen strategi, bagaimana kita mengetahui strategi kompetitor, dan bagaimana kita mengcounter. Ya begitulah suatu bisnis, nanti saya akan sedikit bicara mengenai bagaimana agar strategi anda tidak diikuti, tidak ditiru.
4. Pertanyaan dari Bapak Yallbert Kudus
Setiap mempersiapkan strategi perusahaan dengan mendetailkan visi misi sehingga dapat dipahami oleh karyawan, tentunya belum tentu berjalan dengan baik atau pasti ada hambatan-hambatan selama eksekusi. Kira-kira apa yang harus kita lakukan ya Pak ketika strategi tersebut tidak berjalan sesuai dengan rencana?
Jawaban: Ini sebetulnya ada kursusnya dan yang paling mudah pengalaman saya itu bahwa eksekusi pakai balance scorecard, saya juga membuat kursus mengenai balance scorecard tapi mungkin Pak Agung dengan BKTI PII memiliki spesialis untuk balance scorecard. Karena ada beberapa cara supaya eksekusi itu berhasil, tetapi buat saya yang paling mudah walaupun sudah klasik menggunakan balance scorecard karena mudah dipahami, mudah dilihat. Tahun 2010 Garuda itu mencapai suatu kemajuan yang luar biasa ia selalu mendapatkan penghargaan-penghargaan tiap tahun, profitnya hingga triliunan, itu pakai Balance scorecard, intinya adalah kita bisa buat strategi tapi bagaimana eksekusi.
5. Pertanyaan dari Bapak Apolinario dos Santos
Bagaimana kunci strategi bisnis?
Jawaban: Untuk saya kunci strategi bisnis kemampuan kita menganalisa internal eksternal, kalau kita mampu dengan akurat kemudian memprediksi customer maunya apa, kompetitor arahnya ke mana itu adalah kunci.
6. Pertanyaan dari Bapak Gunawan Tjahjadi
Bagaimana menerapkan External Analysis berbasis Metode Pestel dalam pengelolaan sebuah PT atau Kampus, agar tetap Survive bahkan jadi Centre of Excellence?
Jawaban: SBM ITB itu sukses karena memiliki kemampuan untuk bergerak cepat, kenapa dia memiliki kemampuan bergerak cepat? Karena dia diberi otonomi untuk mengelola pemasukan, otonomi untuk mengambil dosen terbaik, otonomi untuk membayar gaji dosen-dosen terbaik. Di SBM ITB dosen tidak boleh ngobjek, dosen dikasih gaji ok sehingga dia bisa hidup tanpa ngobjek tapi dia kerjanya full time dia harus melakukan Tri Dharma perguruan tinggi hanya untuk sekolah, penelitian hanya untuk penelitian sekolah, pengabdian masyarakat hanya untuk pengabdian masyarakat, kalau di ITB kita lewat Lappy jadi dia tidak bisa ngobjek dan itu harus dipenuhi, kenapa dia bisa melakukan itu karena dia punya otonomi. Kalau menurut saya PESTEL-nya ini adalah SBM ITB atau sekolah manapun pasti melihat bahwa sekarang perhatian orang terhadap pendidikan makin tinggi. Pandemi kemarin terus terang tadinya kita punya 3 kelas paralel untuk S2 MBA, gara-gara pandemi kita punya 7 kelas paralel, kita buka buka lagi. Ternyata di Indonesia investasi terhadap pendidikan itu tinggi, pada saat pandemi tidak bisa kemana-mana ditawarkan sekolah online orang bayar walaupun tidak murah, tapi dari satu kelas yang tadinya kita hanya 30 orang sekarang eksekutif MBA ITB bisa 50 orang dan buka kelas paralel lagi, karena mereka bisa menjadi center of excellent karena mereka memiliki kemampuan untuk melihat tren bahwa pendidikan makin dibutuhkan, social culture pendidikan dibutuhkan, politik yang mendukung, teknologi mendukung dengan adanya online sehingga Alhamdulillah pada saat itu, 18 tahun yang lalu SBM ITB diberi otonomi dan terbukti kalau otonomi dikelola secara profesional menjadi center of excellent.
7. Pertanyaan dari Bapak Tjak Adi
Bagaimana dengan perkembangan disruptif?
Jawaban: Awasi PESTEL dengan baik, saya saja sudah umur tapi saya belajar terus Digital marketing. Karena zaman saya mulai ngajar itu saya masih menggunakan slide projector, sekarang saya ngajar masih bawa USB. Bagaimana dengan disruptif belajar terus setiap hari pada saat anda bersosmed cari tahu dunia digital, sekarang anda harus tahu itu blok chain dan kalau program python.
8. Pertanyaan dari Bapak Rahim Isnan Al Hilman
Terkait Shifting Strategy Pak, kapan kita harus Shifting Strategy? Dan apa saja indikatornya, Pak? Serta, bagaimana jika Shifting Strategy-nya sangat jauh melenceng dari strategi awalnya, Pak? Seperti yang terjadi ke beberapa perusahaan saat awal Pandemic kemarin.
Jawaban: Indikatornya kalau ada traffic website anda rendah. Shifting strategy ternyata 70% perusahaan-perusahaan perusahaan di Asia Tenggara belum bertransformasi ke digital, gara-gara pandemi dari 75% itu, 40% nya jadi lebih dari separuhnya itu merasa perlu melakukan transformasi digital. Ini menarik, jadi pengalaman saya sebagai partisi kebanyakan di B to B dua tahun yang lalu saya tidak cerita, sekarang saya mengajar bahwa Digital marketing bisa dipakai untuk B to B juga, kita bisa membuat special session Bagaimana Digital marketing berpengaruh ke B to B antara bisnis ke bisnis. Bagaimana anda jualan Radar ke TNI AU B to B, sesuatu yang tadinya kita tidak pikirkan melalui digital, tapi marketing membantu. Indikatornya itu simple, kalau Anda sudah punya sosmed, website itu traffic menurun, indikatornya terutama revenue stagnan. Apakah harus melenceng jauh? Ya terpaksa. Kalau Bapak main saham Unilever sahamnya lagi jatuh-jatuhan, Unilever masih ada di Indomaret, semua supermarket masih ada produk Unilever, tapi Unilever rugi dia harus PHK dia telat shifting strategy, salah satunya telat mengubah fungsinya dari sabun batang menjadi sabun cair. Seperti pertanyaan sebelumnya, bagaimana kita menjaga itu? Amati dengan baik eksternal analysis, prediksi in the future atau trend analysis, kuncinya itu. Perusahaan-perusahaan besar untuk trend analisis dia mengundang pakar setahun 1 sampai 2 kali, yang punya kemampuan untuk melihat future. Cari orang-orang visioner, undang ke perusahaan setahun dua kali sudah cukup, suruh mereka bercerita, What is the future.
9. Pertanyaan dari Ibu Wenny
Duluan yang mana antara Formulasi Corporate Strategy dengan Formulasi Bisnis Strategy?
Jawaban: Di sini corporate strategy dulu, corporate strategy itu termasuk berapa banyak karyawan yang kita harus hire, berapa gajinya, dari mana kita mendapat dana, itulah bagian dari corporate strategy. Corporate strategy itu biasanya yang harus dipikirkan oleh pemilik, oleh Founder, sedangkan bisnis strategi itu sudah maju ke medan perang, bagaimana memenangkan peperangan, bagaimana kita berbisnis sehingga customer memilih kita karena kita memiliki competitive advantage dan customer tidak memilih saingan kita.
10. Pertanyaan dari Bapak Victor
Seberapa lama kita mengevaluasi dan mengubah strategi?
Jawaban: Saya kebetulan mengajar marketing, kalau bapak ibu mencari buku textbook Digital marketing yang benar-benar bagus tidak dapat, sulit. Saya pakai buku basic marketingnya itu dari Kotler, itu waktu dulu tahun 80-an saya belajar marketing sudah ada sampai sekarang masih dipakai, karena marketing basicnya seperti itu. Digital marketing tidak ada profesor, tidak ada pakar yang berhasil membuat buku teks book Digital marketing dibuat lalu dipakai, karena pada saat buku itu jadi digital marketing sudah berubah, teknologi sudah berubah jadi dinamis. Oleh karena itu saya sarankan, coba memiliki akun Instagram, coba perhatikan di situ, coba punya akun Facebook, kapan kita harus berubah, kita harus berubah pada saat status atau posisi kita terancam. Kalau anda memiliki akun digital marketing, memiliki website pada saat traffic turun, kalau anda punya toko di Tokopedia pada saat penjualan menurun anda harus mulai berpikir ada apa, apakah teknologi yang mengganggu itu. Mall pernah goyang karena orang belanja di online, tapi sekarang Mall balik lagi, karena Mall bukan menjadi tempat jualan produk tetapi Mall itu menjadi tempat lifestyle. Giant tutup, Hero tutup, sebetulnya pada saat dia mengetahui dari penurunan revenue dia harus mulai merubah strategi.
Profil InstrukturIr. Satya Aditya Wibowo, MBA
Entrepreneurship and Business Strategy Expert
Deskripsi Pemateri:
Satya Aditya Wibowo 35 tahun berkarir di bidang Strategic Management dan Marketing. Memahami corporate strategic manajemen, secara konsep dan implementasinya. Berkarir mulai dari market analyst sampai Direktur Utama. 20 Tahun pengajar MM dengan spesialisasi di Business Strategy dan Marketing.
Sepanjang karir selalu di bidang Marketing, Sales dan Strategic Management, termasuk di PT Dirgantara Indonesia dan Energy dan menjadi Dirut supplier peralatan khusus elektronik.
Dosen paruh waktu di Program MBA – ITB (S2) dan President University. Facilitator di MarkPlus. S1 dari Jurusan Teknik Industri (S1) – ITB dan MBA (S2) dari University of Wisconsin – Whitewater 1990.