1. Pertanyaan dari Bapak Sonny Iskandar
Karyawan yang happy menghasilkan produk yang bermutu yang pada akhirnya menghasilkan profit. Bagaimana dengan BUMN saat ini? Contoh yang bisa di ambil mungkin PT. DI.
Jawaban: Kebetulan kita punya grup bedah buku bisnis itu ada beberapa anggotanya yang direksi BUMN, kalau kita ikuti diskusi-diskusinya itu, direksi-direksi itu concern utamanya adalah karyawan. Mereka berbisnis tapi mereka menyadari bahwa peningkatan kemampuan karyawan itu penting, ada Direktur Utama BUMN besar di sana yang cerita bahwa dia lama di perusahaan energi di Indonesia, dia menjadi CEO perusahaan besar di Papua, Sulawesi tapi dia masuk BUMN, kebetulan BUMN ini sedang diskusi, rapat untuk kerjasama dengan satu perusahaan mobil listrik besar dunia. Dia diskusi Berapa hari sampai pagi, siang, pagi, malam, kesan dia begini "karyawan BUMN kok passionnya kurang, untuk menjadikan perusahaan besar mobil listrik itu partnernya, tidak terpikir bahwa negosiasi berhasil" saya sangat tersentuh dengan itu. Apakah begitu atau karena Dirut ini datang dari swasta, kebetulan swasta internasional yang terkenal di dunia, artinya adalah banyak ruang untuk berkembang, untuk maju, That's a lot room to grow. Kalau boleh saya saran pendidikan yang dilakukan oleh BKTI PII, kemudian kemampuan meningkatkan kapabilitas kompetensi karyawan itu harus bebas utama di semua BUMN. BUMN sekarang sudah do the right thing mereka sudah memiliki roadmap yang baik, sudah diketahui masalahnya dan mereka bergerak di situ.
Untuk PT. DI, saya kebetulan sudah 13 tahun di PT. DI dan saya masih mengikuti sampai sekarang, pemerintah harus menolong PT. DI. PT. DI pada zaman Habibie adalah engineering Company Karena itu adalah visinya Pak Habibie. Kalau Anda kuat di Engineering nanti anda akan menghasilkan produk-produk yang disukai masyarakat, kalau masih engineering Company kita grow together, anak-anak muda di semua lini, kita belum kenal pasar, kita belum buat produk yang memang dibutuhkan oleh pasar tapi bisa dipakai oleh pasar. Waktu kita cerita VRIO, porter value chain bahwa RnD itu tidak murah, tidak gampang, yang saya yakin PT. DI masih memiliki kemampuannya dibantu oleh brand itu sudah jadi N219, N219 Maaf belum ada yang beli karena Indonesia belum memiliki ekosistem infrastruktur yang bagus untuk pembiayaan high risk produk. Bank itu dituntut untuk good corporate government, bank tidak berani kasih dana untuk suatu produk dengan risiko yang sedemikian tinggi, negara-negara maju dia punya badan-badan yang mendanai itu. Jadi pada saat Indonesia punya lembaga Finance untuk produk dengan risiko tinggi itu akan ada swasta yang membeli N219.
2. Pertanyaan dari Bapak Akhmad Yofi Arifa
Dalam implementasi strategi bisnis yang didapatkan dari analisis eksternal dan internal tentu memerlukan bentuk validasi strategi. Apakah strategi tersebut layak untuk diterapkan? Nah, bentuk validasi tersebut bagaimana ya?
Jawaban: Strategi kalau kita lihat di sini itu memang butuh pengalaman, butuh ahli untuk buat strategi itu. Strategi yang internal analysis mungkin kita bisa kontrol tapi yang exsternal analysis kita tidak bisa, dan ini berubah-ubah. Di perusahaan-perusahaan yang saya ikuti kita punya tim sendiri untuk buat strategi tetapi kita selalu Mengundang pakar-pakarnya untuk mengetahui kedepannya seperti apa. Kebetulan saya mengajar di MBA ITB, di kelas saya juga mengundang mantan menteri, saya undang founder JNE, saya undang direksi dari PGN untuk mengetahui kedepannya bagaimana, mereka orang-orang yang visioner, yang bisa mengetahui kedepannya bagaimana, itu untuk mengantisipasi perubahan ini. Jadi diharapkan analisa PESTEL, analisa Porter Five Forces memberitahu kita bahwa masa depan itu disini, dan kita harus bergerak sesuai dengan strength and weakness, opportunity and threat ke sini (masa depan). Dunia bisnis dinamis dan selalu berubah, yang kita usahakan adalah buat forecasting mengenai external analysis sebaik mungkin, dan tergantung bisnisnya bisnis apa, kalau bisnis fashion mode berubah setiap 3 bulanan. Saya kenal seseorang pedagang besar di Tanah Abang dan dia sudah mengerti strategi yang bagus, dia sudah memiliki penjahit, dia sudah memiliki supplier kain, kerjaan dia nongkrong di Grand Indonesia karena dekat dengan Tokonya di Tanah Abang mengamati fashion, dia curi-curi foto, dia panggil fashion designer-nya, saya ingin membuat ini-ini, dia sudah memiliki resource atau sumber daya yang langka, dia tahu bahwa ini trendnya. Tren yang ada di Grand Indonesia itu dia jahit massal, dia jual di pasar Tanah Abang dan seluruh Indonesia, tidak menggunakan modal karena supplier bahannya percaya dengan dia, penjahitnya dibayar tidak terlalu besar, dan dia punya pendana, dan itu bisa selalu berubah-ubah karena dia memiliki value yang kuat. Validasinya dia percaya bahwa trend fashion yang ada di Jakarta akan menyebar ke Indonesia dan itu sudah ok, validasi harus berdasarkan research yang valid, reliable dan metodologi yang benar. Jadi kalau berdasarkan data yang benar harusnya strateginya valid.
3. Pertanyaan dari Bapak Gunawan Tjahjadi
Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip perang Sun Tzu dan Marketing Phillipe Kottler dalam merintis suatu UMKM untuk memperkecil risiko rugi dan bangkrut?
Jawaban: Kalau Sun Tzu itu ada sedikit saya katakan bahwa, Sun Tzu mengatakan seperti ini " Kalau anda mengetahui Medan peperangan, anda mengetahui lawan anda, anda akan menang". Anda butuh big data zaman sekarang, anda masuk ke suatu bisnis tanpa tahu keadaan, tanpa tahu pesaing, tanpa tahu data, tanpa tahu customer, kata Kottler seperti naik mobil mata tertutup. Jadi kenali medan perang anda, itu kalau dalam waktu singkat, kalau dalam waktu panjang saya saranin buat bisnis strategi sesuai dengan data-data yang valid.
4. Pertanyaan dari Bapak Irvan Ben
Mohon info buat penerapan Happiness Management. Apakah ada Check List atau Form Penilaian?
Jawaban: Ini simple karena saya bukan orang human capital tapi saya mengajar service marketing, service marketing itu Moment Of Truth service yang diberikan oleh penyedia jasa itu adalah people. Manusia itu bagaimana bisa memberikan service excellent atau service yang sangat bagus, kalau dia senang dia akan senang memberikan service itu. Bayangkan misalnya seorang MC, seorang wanita memiliki bayi, MC terkenal, sudah mau naik panggung lalu ada WhatsApp dari babysitter-nya bahwa anaknya panasnya naik dan muntah-muntah. MC ini mau naik ke panggung untuk membuat acara lancar, smooth dan para hadirin senang, sudah dipanggil bahwa dia harus naik ke panggung, apa yang harus dia lakukan? Dia harus menjadi artis atau aktor, dia harus bisa melayani dan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya tanpa memikirkan apa background-nya. Itu juga terjadi pada customer service bank, teller, resepsionis. Kalau diservice industri membuat Happy adalah beri dia keleluasaan untuk bertindak, beri dia otoritas untuk berbuat lebih untuk menyenangkan customer. People yang berhubungan langsung dengan customer itu seharusnya mendapat bayaran lebih karena stress akan datang dari customer. Dibayar lebih, diberi otoritas yang lebih tinggi, training untuk meningkatkan kemampuan.
Profil InstrukturIr. Satya Aditya Wibowo, MBA
Entrepreneurship and Business Strategy Expert
Deskripsi Pemateri:
Satya Aditya Wibowo 35 tahun berkarir di bidang Strategic Management dan Marketing. Memahami corporate strategic manajemen, secara konsep dan implementasinya. Berkarir mulai dari market analyst sampai Direktur Utama. 20 Tahun pengajar MM dengan spesialisasi di Business Strategy dan Marketing.
Sepanjang karir selalu di bidang Marketing, Sales dan Strategic Management, termasuk di PT Dirgantara Indonesia dan Energy dan menjadi Dirut supplier peralatan khusus elektronik.
Dosen paruh waktu di Program MBA – ITB (S2) dan President University. Facilitator di MarkPlus. S1 dari Jurusan Teknik Industri (S1) – ITB dan MBA (S2) dari University of Wisconsin – Whitewater 1990.