[Tanya Jawab] Production Activity Control (PAC): Penjadwalan Berbasis MRP
1. Pertanyaan dari Bapak Aulia
Tadi ada ilustrasi waktu standar total, ilustrasi capacity load grafik dari load, ada yang over capacity dan under capacity. Ini kalau dalam pabrik better mana? Tapi tentu nanti dilihat dari rata-ratanya. Over capacity dan under capacity mana yang lebih?
Jawaban dari Nara Sumber: Under ya Pak, kalau over masih dibawah kapasitas yang tersedia.
2. Pertanyaan dari Bapak Anton Hadi
Saya belum lulus S1, kalau ilmu ini diaplikasikan setelah lulus, lalu segala macam ilmu tadi yang banyak. Apakah itu bisa diaplikasikan ke fresh graduate?
Jawaban dari Nara Sumber: Ini kalau dalam teknik industri sudah biasa, istilah ini sudah biasa. Itu harus dibaca sumbernya dari perkataannya, kalau ditanyakan di teknik industri itu sudah biasa. Saya hanya menganjurkan kalau mau mendalami bisa baca yang mulanya, cakupan masalah yang saya berikan ini tapi harus detail membaca buku-buku yang sesuai.
3. Pertanyaan dari Bapak Agung Nugroho
1. Jadi MRP ini dasarnya sistem manufaktur yang diskrit kalau pengalaman saya, ada bill of material dan seterusnya. Bagaimana penerapannya untuk industri proses? Apakah memungkinkan? Lalu di bagian mana penyesuaian yang harus dilakukan?
2. Kalau satuannya tadi di industri Bapak tadi memberi contoh simple, satuannya berbeda kalau diskrit itu unit sementara kalau roti ini bukan unit.
Jawaban dari Nara Sumber:
1. Kalau untuk industri proses saya katakan bisa kalau struktur produknya bisa dibuat atau bill of materialnya bisa dibuat. Jadi catatan yang paling penting itu, karena sekali lagi MRP ini dasarnya dari manufaktur diskrit. Jadi kalau untuk ke proses yang continuous bisa dengan catatan, bisa dibuat bill of material struktur produk. Struktur produk itu apa? Susunan komponen atau bagian dari barang itu yang menyusun produk jadi, misalkan kalau roti, itu bisa dibuat MRP kalau strukturnya bisa dibagi. Misalkan dari tepung, gula, powder dan sebagainya, lalu misalkan dari tepung disatukan menjadi gula, lalu ditambah dengan mentega dan sebagainya menjadi roti. Kalau bisa dibagi dan penjumlahannya masing-masing unit bisa di kuantifikasi.
2. Yang perlu saya sampaikan, konversi antar fase. Misalkan fase air, air dicampur dengan tepung, dengan gula, misalkan semua 1 kg, 1 kg tepung ditambah 1,5 kg gula, ditambah dengan 1,5 kg air, itu tidak 1 + 1 + 1 tapi 1 + 1,5 + 1,5 mungkin menjadi hanya misalkan 0,8 itu harus bisa dibuat kuantifikasi, karena bukan unit tapi yang bisa diukur. Kalau proses itu diukur, diskrit itu terhitung, bedanya seperti itu. Itu bisa kalau bisa di kuantifikasi setiap item pada struktur produknya, masalahnya bisa atau tidak karena kadang-kadang seperti misal 1 + 1,5 + 1,5 hasilnya 0,8. Karena misalkan air 0,2 itu menguap, itu harus bisa di kuantifikasi, kalau tidak maka susah memakai MRP. Mungkin Teknik Kimia ada acara lainnya, mungkin dengan memakai persamaan diferensial itu mungkin, mungkin begitu artinya tidak liar.
4. Pertanyaan dari Bapak Anton Hadi
Saya izin menyampaikan pendapat saya, kalau seperti itu berarti kemungkinan seluruh industri bisa dilaksanakan MRP-nya, karena setiap massa masuk pasti sama dengan massa keluar itu sudah rumus universal. Entah itu massa keluarnya mau jadi uap atau mau jadi apa tetap massa input sama dengan massa output, harusnya itu. Berarti dia tidak ada kebocoran pasti, bagaimana menurut Bapak?
Jawaban dari Nara Sumber: Saya tidak punya pengalaman untuk itu tapi prinsipnya kalau seperti itu mungkin bisa, kalau bisa dihitung secara diskrit seperti itu tentu bisa. Hanya masalahnya kalau industri yang lain banyak, industri proses lain seperti misalkan pupuk itu, saya kira tidak sesuai dengan itu, artinya dia punya perhitungan yang agak rumit karena memakai persamaan diferensial dan sebagainya yang saya tidak tahu. Mungkin ada konversi massa betul tapi dalam praktiknya dengan MRP mungkin akan jauh lebih sulit misalnya dibanding dengan aturan-aturan dalam teknik kimia.
Profil InstrukturIr. B. Laksito Purnomo, S.T., M.Sc, IPM, ASEAN Eng, CSCA, CSCM
Dosen Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan
• Sarjana Teknik Industri– S.T. ITB (1998)
• Master Manufacturing Management – M.Sc. University of Bradford, England, UK (2014)
• Insinyur – PSPPI ITB (2021)
Pekerjaan
Staf Pengajar, Departemen Teknik Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (2000 s.d. skrg)
Sertfikasi
• IPM dan Asean Eng. [PII]
• Certified Supply Chain Analyst [CSCA] – ISCEA
• Certified Supply Chain Manager CSCM – ISCEA
Organisasi:
• Institute of Industrial and System Engineering [IISE]
• Persatuan Insinyur Indonesia [PII]
• Perhimpunan Ergonomi Indonesia [PEI]
Pengalaman Proyek
• Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah for Any Indonesian Local Government Agencies
• Owner Estimate/HPS for Petrokimia Company, PJB Rembang
• Purchasing-Procurement Management for Bank Rakyat Indonesia, Panti Nugroho Hospital Yogyakarta
• Suply Chain Management for PT Pupuk Sriwijaya Company, PBJ Muara Karang
Dll.