[Tanya Jawab] Pengenalan Manajemen Aset
1. Pertanyaan dari Bapak Muhammad Taufik
Mau bertanya terkait manajemen aset itu sendiri, kalau misal dari sisi akunting dan perpajakan. Apakah boleh salah satu aset itu dibuat masa depresiasinya, Itu mungkin 1 tahun karena mungkin nilainya tidak seberapa besar atau bagaimana? Atau harus ada minimal 4 tahun atau 10 tahun atau bagaimana? Kalau untuk nilai nominal yang kecil, maksudnya nilai kecil itu misalkan nilai asetnya adalah 1 juta.
Jawaban dari Nara Sumber: Kita katakan bahwa sebuah aset itu harus memiliki nilai ekonomi dan nilai komersial. Aset itu sendiri kita mempunyai hitungan - hitungan dalam artian berapa biaya kita menciptakan supaya bisa beroperasi, sehingga memberikan nilai ekonomi dan komersial. Tentunya dari nilai biaya komersial tadi kita bisa memiliki margin, dari margin itu pasti kita ada sequence namanya perawatan, Berapa biaya perawatan kita harus menghitungnya. Misalkan dalam perawatan satu tahun sekali, artinya berapa margin yang kita dapatkan dalam satu tahun dan terakhir setelah ada margin, ada cost maintenance, Ini yang menjadikan acuan bahwa tadi memiliki equipment, alat tadi atau aset tadi itu perlu diganti atau kita bisa perbaiki. Kalau hitungan depresiasi itu biasanya ada rumus tersendiri, dari berapa barang itu dibeli yang berapa nilainya itu bisa ekonomi, jadi menurut saya tidak masalah kalau memang intinya barang equipment atau aset yang Bapak miliki itu dibeli dengan pilihan anda bisa dikurangi. Bahkan contohnya memiliki mesin cuci tahun 2008, sampai saat ini depresiasinya sudah tidak ada, sudah tidak ada nilainya tetapi itu masih bisa bagus, jadi bisa dibilang depresiasi hanya kita menghitung bahwa kita masih memiliki nilai berapa di barang ini, sudah tidak ada nilainya berarti depresiasinya sudah habis, berarti memiliki nilai ekonomi dan nilai komersial. Misalkan mesin cuci tadi bisa kita manfaatkan terus untuk bisnis laundry dan jadi konsep berpikir manajemen aset itu adalah memanfaatkan aset itu seoptimal mungkin dengan nilai yang sekecil-kecilnya.
2. Pertanyaan dari Bapak DSDA CimCis
Terkait masalah aset, apakah ada standarisasi khusus untuk peng-clusteran seperti aset? Bergerak atau tidak bergerak, tentunya DSDA sendiri kita cenderung ke terkait masalah aset irigasi, itu banyak bentuknya. Apakah ada semacam informasi atau saran bagaimana cara supaya kita menilai aset - aset tersebut secara baik dan tertata secara rapi?
Jawaban dari Nara Sumber: Tadi dalam presentasi saya akan coba saya tampilkan lagi. Pada siklus manajemen aset ini ada perencanaan, perencanaan di sini pasti ada desain atau detail yang komprehensif, contoh misalkan untuk pembangunan irigasi atau waduk itu pasti ada gambar detail, dari situ bisa ketahuan bahwa misalkan itu dari segi volume, dari segi panjang kemudian dari segi penampang, kemudian untuk waduk misalkan itu berapa volume kapasitas waduk kemudian berapa dia luasnya dan sebagainya. Itu bisa dijadikan referensi untuk menerapkan klasifikasi terhadap manajemen aset, jadi misalkan waduk itu untuk pembuatan irigasi yang mengcoverage untuk area berapa hektar atau berapa cakupannya, itu bisa dilakukan sebuah klasifikasi atau manajemen aset dan untuk standarnya nanti kita bisa lakukan ternyata untuk waduk dengan volume ini, dengan tingkat curah hujan seperti ini dan maintenance, buka tutup pintunya seperti itu maka akan dapat siklus untuk pemanfaatan atau nilai ekonomi bagi beberapa hektar yang berada di kawasan tersebut. Lebih ke arah perencanaan dulu saran saya misalkan ada detail gambar dan tulisannya Itu bisa kita jadikan acuan dalam klasifikasi aset dan itu kalau bisa dibilang basis data dalam sebuah tabel itu adalah kolom pertama, kolom kedua, 3 dan 4 serta 5 itu tergantung kita mau isi apa. Ternyata klasifikasi irigasi dengan lebar 2 meter itu harus dilakukan perkerasan seperti ini, misal seperti itu, itu menjadi sebuah basis data.
3. Pertanyaan dari Bapak Halashon Simanjuntak
Izin bertanya. Apakah dalam melakukan asset manajemen bisa mempengaruhi strategy maintenance?
Jawaban dari Nara Sumber: Kalau kita bicara dalam manajemen aset pasti akan mempengaruhi maintenance jelas, karena kalau kita lihat di manajemen aset itu terdapat siklus seperti ini dan maintenance itu berada pada sistem ini, sebagian dari siklus manajemen aset. Artinya kita harus melakukan operate dan maintenance tentunya di dalam optimasi selain maintenance ini, ada beberapa alternatif desain yang tadi dikatakan bahwa memang ujungnya akan ada strategi mana yang optimal dalam operasional maintenance tadi. Saya kaitkan terkait dengan jurnal tadi, ini ada dua desain strategi, grafik ini dimunculkan atau sebagai output produk dari fase manajemen aset di operate dan maintenance, sehingga dia punya dua alternatif bisa dan strategi maintenance ini. Antara maintenance nomor 1 dan nomor 2 strateginya mana yang mereka pilih, ternyata selama durasi waktu tertentu maintenance operasi untuk strategi nomor 2 itu lebih optimal kalau kita lihat jaraknya semakin jauh, kita memilih maintenance-nya sering karena anak tangganya sangat banyak. Manajemen aset di dalamnya pasti kita melakukan operation dan maintenance, dan untuk mendapatkan dari fase itu pasti kita akan menghasilkan sebuah strategi maintenance mana yang optimal.
4. Pertanyaan dari Bapak Junianto Yuristiono
Mengenai kalimat aset ini sepertinya banyak irisan dengan pekerjaan bidang lain atau department lain. Contohnya begini, kalau dalam bagian operation maintenance itu bagaimana cara mengaturnya ya? Untuk bagian kerjanya, batas-batasnya bagaimana ya? Maksudnya saya pernah di telekomunikasi mungkin maintenance kalau ada 1 keperluan dia harus mengganti alat, kadang-kadang juga dia lupa update ke bagian aset management, itu bagaimana caranya ya?
Jawaban dari Nara Sumber: Saya menggambarkan sebuah aset manajemen itu berupa siklus, jadi memang di dalamnya mulai dari perencanaan kemudian ada pemasangan, konstruksi, komisioning, setelah itu barulah aset itu dioperasikan dari maintenance. Saya coba kaitkan experience saya di kereta api dalam hal pemetaan inventarisasi aset, waktu itu saya coba mengupdate bagaimana kondisi komponen kereta api, jadi saya ambil dari bab 1, saya dapat paket pekerjaan untuk mengerjakan inventarisasi aset bab 1. Di sana ada aset jembatan, ada aset jalan raya, ada aset namanya sinyal dan bangunan LLI, kalau di beberapa 100 m sebelum masuk stasiun itu pasti ada namanya sinyal, itu yang di inventaris. Memang untuk mendapatkan strategi jitu dalam maintenance itu kita harus tahu dulu aset apa yang kita punya, maka itu perlu diinventaris dulu, itu yang saya lakukan kemarin adalah inventaris aset. Kita lakukan jalan, kita letakkan beberapa detik, kadang Ingin lebih fetail saya mendapatkan beberapa tim mulai dari Manggarai ke Cikampek, mereka jalan kaki. Ada tim untuk monitoring jembatan dan rel lalu ada tim lagi untuk mengecek dari Bogor ke Manggarai seperti itu misalkan di bab 1, sebagai sekuence-nya itu total 2 bulan jalan kaki menyusuri semua lintasan kereta api Jabodetabek. Kalau kita sudah memiliki inventaris aset itu pasti kita mudah, operasi dan maintenance itu tinggal membuat jadwalnya. Kita tahu KAI mempunyai beberapa segmen, misalnya untuk area Cikampek ke arah Karawang, untuk yang Bogor Jakarta itu ada namanya sebuah sistem atau sebuah organisasi namanya JKR, jadi di situ mereka lakukan maintenance, misalkan mereka ada jalan dalam satu bulan, dua hari sampai stasiun mana kemudian besoknya sampai stasiun mana dan sebagainya. Mereka menggunakan tools, maintenance itu pasti punya tools untuk kontrol cek yang sudah di standar, jadi siapapun orangnya mereka pakai tools atau checklist atau apapun itu bisa menjalankan itu. Itu sebetulnya standar operasional prosedur dan standar maintenance prosedur. Mungkin dimulai dari situ Pak kalau boleh saran, inventaris aset yang secara detail untuk kemudian membuat desain atau jadwal atau planning maintenance-nya, kalau maintenance terjadwal otomatis di situ ada timeline sehingga operation bisa dikendalikan, bukan tidak terganggu tapi pasti akan terganggu namun itu bisa dikendalikan, intinya seperti itu.
5. Pertanyaan dari Bapak Junianto Yuristiono
- Kalau manajemen aset itu termasuk monitor ini tidak ya? Apakah aset produktif tidak termasuk begitu?
- Kalau misalnya di telekomunikasi kalau BTS-nya under capacity atau over capacity, diatur-atur penempatannya?
- Kalau untuk mengenai keamanan bagaimana ya? Praktisnya ya karena kadang-kadang bisa dicuri juga. Apakah kita harus menaruh securuty di asetnya atau bagaimana?
Jawaban dari Nara Sumber: - Kalau aset produktif dan tidak kembali ke manajemen, jadi suatu tindakan pengelolaan aset agar aset tersebut bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dengan biaya yang sekecil mungkin, artinya di sini ada nilai ekonomi dan nilai komersial. Kalau aset itu produktif berarti pasti bisa memberikan nilai ekonomi dan nilai komersial, di dalam siklus tadi ada ketika aset itu tidak memiliki nilai produktif, jadi ada namanya dekomusion atau salvage. Ini dimusnahkan justru asetnya, jadi itu bagian dari manajemen aset saya kira.
- Sebelum kita memutuskan untuk manajemen aset ini dimusnahkan atau tidak atau bisa kita kendalikan produktivitasnya, bisa kita naikkan misalnya di grafik ini, contoh bahwa sebuah aset ini kita bisa berikan maintenance yang sifatnya essential untuk bisa menambahkan produktivitas aset. Kemudian di sini juga tadi ada grafik untuk lebaran, untuk maintenance ini kita bisa menambahkan umur, jadi memang penentuan asetnya juga produktif sampai ke penentuan aset tidak produktif itu harus ada kajian, baik itu kajian maintenance cost-nya berapa ataupun waktu dan banyak hal tergantung pada asetnya.
- Di sini saya katakan memang perlu adanya pengamanan, namun lagi-lagi terkait bagaimana caranya itu adalah bagaimana kondisi aset kita ditempatkan. Misalkan aset bergerak seperti mobil, Bapak memiliki aset mobil dan disewakan, bukan berarti kita harus pasang CCTV di mobil tapi kita bisa memakai GPS saja. Cara-cara pengamanan itu tergantung pada asetnya, ini kita bisa kita katakan general strateginya. Kalau kereta cepat itu ada kemarin per berapa km itu ada CCTV, kemudian juga jalan tol kita harus ada pasang CCTV, jadi beda aset beda strateginya.
6. Pertanyaan dari Bapak Aflah
Izin menanggapi, menurut saya OM harus dipikirkan sejak tahap perencanaan sehingga desain yang kita buat sudah menerapkan less OM atau easy OM mengingat cost untuk OM itu mencapai 70% terhadap Project Life Cycle Cost. Saya rasa hal ini harus menjadi hype dalam perencanaan di Indonesia. Saya lihat saat ini belum banyak perencana yang mempertimbangkan hal tersebut, entah karena belum ada peraturan yang mensyaratkan hal tersebut atau belum banyak SDM yang sudah mempertimbangkan kesana. Pertanyaan saya, strategi apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?
Jawaban dari Nara Sumber: Terkait dengan komentarnya tadi saya juga sampaikan bahwa memang dalam proses plan ini harus melibatkan tim operation dan maintenance, etuju kita Pak Aflah bahwa proses plan of design ini harus melibatkan maintenance untuk memberikan cost operasional yang terbaik. Terkait dengan pertimbangan bahwa operation maintenance itu bagian dari perencanaan mungkin ini hanya beberapa, tertentu karena memang lebih banyak orang paham terhadap pentingnya operation maintenance, namun biasanya sebuah Project itu ada miss dan learn di mana dia mengalami sebuah program. Project itu berkala tapi misalkan contohlah kita membuat stasiun pasti ada lesson-nya ternyata mau membuka panelnya susah harusnya dibuat main hole supaya turun ke bawah, itu menjadi lesson sebuah project untuk membuat project setelahnya. Saya rasa ini kita berbicara menjadi manajemen aset, dibuat dengan project, sebelum dilakukan operasional dibuat project untuk membuat aset, setiap project harus ada lessonen itu strateginya. Membuat aset baru lagi itu harus menggunakan lessonen yang tadi, itu harus di concern karena ini menjadi budaya yang harus diterapkan dari setiap pengelolaan aset.
7. Pertanyaan dari Bapak Aflah
Memang itu concern kami, saya pernah di penyedia dan sekarang kebetulan di owner. Kalau kita lihat kadang desainnya dioper ke kita itu agak susah, entah susah dari segi aksesnya atau pada saat nanti sudah operasi itu ternyata malah biaya operasional lebih mahal. Jadi berhubung saya pernah di dua-duanya sedikit concern kesana, artinya kita harus punya kalau tadi diceritakan itu semacam bank data, kalau tadi Pak Satya bicara ada bank data, data base sudah kita pelajari, hanya kalau untuk perusahaan-perusahaan kecil yang baru start up misalnya baru berkembang, mungkin lesson-nya itu belum banyak. Jadi apa saran dari Pak Satya?
Jawaban dari Nara Sumber: Memang kalau dalam kondisi start up itu masih dibilang belum punya pengalaman, tapi kalau dalam sisi owner itu pasti kita punya track record terhadap historical maintenance. Kau dalam hal untuk startup sendiri saya rasa mereka harus memahami, kalau biasanya sebuah perusahaan itu akan mau belajar ataupun berkembang itu mempunyai nilai mutu, jadi kalau perusahaan baru dia bagusnya mempunyai nilai mutu. Maka dia akan menerapkan lessonen tadi, kalau belum banyak maka belum bisa disebut lessonen, baru satu atau dua project itu tidak lessonen tapi bisa berkiblat dengan perusahaan-perusahaan ya setipe atau seperti apa. Saya yakin itu bisa menjadi strategi kalau mereka bisa memahami atau belajar. Terkait dengan owner saya juga punya masalah ketika kita melihat kesiapan owner sendiri itu menghadapi operation maintenance, jadi memang kalau kita bicara project atau konstuksi itu ada namanya owner dan juga ada namanya konsultan, construction dan konsultan design. Otomatis konsultan desain akan mempresentasikan apa keinginan owner, ketika kita menjadi konstruksi kita kontraktor, itu sebagai penyedia, ketika konsultan desainnya itu punya cara atau punya strategi yang kurang tepat di project ini menjadi lessonen untuk project lain, namun ketika kita di owner kita bisa mengingatkan karena biasanya kita memberikan tugas atau pekerjaan konsultan akan mirroring atau copy paste sebelumnya tapi, tapi kalau kita di owner kita bisa memberikan lessonen. Jadi kalau memang di owner itu lebih punya ownership atau kedaulatan untuk bisa menyampaikan atau mengontrol.
Profil InstrukturSatya Nugraha S.T., M.T.
Aset and Infrastructure Management Expert
Deskripsi Pemateri:
FORMAL EDUCATION
(2017 – 2019) Master’s degree Majoring Project Management Civil Engineering
(2003 – 2008) Bachelor’s degree, Majoring Geodesy and Geomatics Engineering
(2000 – 2003) Natural Science Department
(1997 – 2000)
(1991 – 1997)
(1989 – 1991)
NONFORMAL EDUCATION
ENGLISH COURSE at Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profesional (LBPP) LIA–Slipi Branch. General English Program.
SCHOOLARSHIP
PRESENTATIONS
1. May, 2019: Developing Quality Culture in Power Plant Construction Company to Improve Competitiveness (AIMC 2019, Malaysia)
2. May, 2020: IPMA young crew: Worked on 24 hour Case Study in Virtual Collaboration Environment with an International Team
3. February, 2013: Survey and Monitoring Control Plan and Evaluation Report for Cost and Budget Analyst 2013
4. October, 2010: Monthly Plan on October, 2010; Progress Report of September, 2010 and Short Term Projects Description
5. November, 2007: Hydrography survey for maintenance dredging in Port of Tanjung Priok
6. February, 2010: Constructing and Maintaining Road for Minimizing Loss Time Slippery (for INNOVATION CONVENTION QCSS IV PT. PAMA distrik KPCS)
7. June, 2009: Constructing and Maintaining Road in Pit Kangaroo for Minimizing Slippery Time at PAMA District KPC-Sengatta
8. September, 2008: Pilot Dredging Project (Topography and Bathymetry Survey in Kali Mati,Pademangan Channel and Land Disposal Site for Pilot Dredging of “Banjir Kanal Timur” Project)
9. July, 2008: Revitalizing PLTA MusiDown stream at Aur-Lemau River, Bengkulu
WORK/PROJECT EXPERIENCE
March 2022 – May 2022: Cars Dardela Joint Operation CDJO (Consultant Supervision for Jakarta Bandung Highspeed Railways Project). A Chief Overall Schedule. General purpose: Responsible to monitor and evaluation all activities of construction and operation maintenance readiness.
November 2021 – March 2022: Cars Dardela Joint Operation CDJO (Consultant Supervision for Jakarta Bandung Highspeed Railways Project). A Chief quantity survey and cost control. General purpose: Responsible to monitor all activities of construction and operation maintenance readiness. Also supporting as Assistant of GM Project Management.
May 2021 – Feb 2022: PT.INDOKOEI INTERNATIONAL A Expert Engineer. General purpose: Responsible to monitor all activities of Survey and Mapping to Support FBC project tool roads and bridges.
January 2021 – March 2021: PT.SAMPINGAN MITRA INDONESIA A Senior PMO. General purpose: Responsible to monitor all activities of Information & Technology project management.
2015 - 2021: PT.SATYAMITRA SURYA PERKASA. A Manager for PMO. General purpose: Responsible to monitor all activities of project management.
2013 - 2015: PT.SATYAMITRA SURYA PERKASA. A Manager Assistant (Head of Survey). General purpose: Responsible to all activities of surveying and mapping activities for all construction jobs in all projects.
2012 - 2013 :BNJM Group (Bangun Nusantara Jaya Makmur) site Kalteng. As a Senior Surveyor & MOCO (Monitoring & Controlling) .General purpose: Responsible to all activities of surveying and mapping& Supervise daily operation.
2011 - 2012 : PT. KTC Coal Mining & Energy (KTC Group site AMPAH, Kalteng). As a Senior Mine Surveyor (Geodesy Engineer).Generalpurpose: Surveying and mapping coal mining area.
2011 –November 2011 :PT. SAPTAINDRA SEJATI site ADARO. As a Shorterm Engineer.General purpose: Survey and Pit Control Division.
2010 - 2011 :PT. FAJAR BUMI SAKTI (Bakrie Coal Mining Company). As a Geodesy Engineer.General purpose: Surveying and mapping coal mining area.
2008 -2010 : PT. PAMAPERSADA NUSANTARA (Coal Mining Contractor). As a Service Engineer Group Leader. General purpose: Giving all services mining on pit mining activities by applying PPMS (Pama Production Management System).
2008 : PT.LAPI ITB.As an internship, Project Officer.General purpose: Producing preQualification proposal project of hydrography survey for base map of Indonesian coastal environment( Peta Dasar Lingkungan Pantai Indonesia/LPI )with scale 1:50.000.
2008 : WITTEVEEN BOS (Consultant from Holland). As a Project Leader for World Bank’s Project, “Proyek Banjir KanalTimur”.General purpose: Pilot Dredging Project.
2007 : Geodesy and Geomatics Engineering, Bandung Institute of Technology. As a Surveyor.General purpose: Surveying and mapping for describing the amount of producing vegetebles in EcoPesantrenDaarutTauhid’s territory, Parompong, JawaBarat.
2007 : Departemen Pekerjaan Umum (PU). As a Surveyor. General purpose: preventing flood from river of Citarum by simulating flood movement.
2007 : PT. (Persero) Pengerukan Indonesia. As an internship. General purpose: Bathymetry survey for describing maintenance dredging progress in Port of Tanjung Priok.
2007 : Environmental Engineering Research, Bandung Institute of Technology.As an internship.General purpose: Planning system of drainage pipe route in Ciputat, South Tangerang.