1. Pertanyaan dari Bapak Sulaeman Awaludin
Jika semakin besar kebutuhan daya 60 Megawatt, apakah beda besar bendungannya dengan yang 30 Megawatt? Apakah ada Master Plan dan Pelaksanaan Pembangunan serta Maintenance? Bagaimana?
Jawaban: Sebenarnya tidak, bisa jadi bendungan di 30 megawatt dan bendungan di 60 megawatt itu sama, yang membedakannya itu sebenarnya debit andalannya, jadi semakin besar debit andalan relatif akultum akan semakin besar. Kalau kita menghitung output turbin ada dua parameter, kalau ini parameternya sudah tetap 1000 ini yang berpengaruh, semakin besar debit andalannya kemungkinan akultumnya semakin besar, Kenapa saya katakan tidak pasti kalau hanya kecil tidak bisa juga. Semakin tinggi hit-nya juga akan semakin besar, jadi ukuran bendung bukan yang membedakannya.
Misalnya untuk bendung 10 megawatt, itu relatif biasanya tidak perlu certain, Jadi biasanya sampai dengan 30 megawatt itu kita tidak perlu yang namanya certain itu secara empiris, karena persyaratan panjang penstock lebih besar dari ini tidak memenuhi. Kalau panjang penstock lebih besar dari 4 kali hit-nya memenuhi anda memakai certain, tapi saya katakan secara empiris sampai dengan 30 megawatt itu jarang memakai apalagi kalau 10 megawatt, 15, 20, 30.
Kalau setiap pembangunannya itu 2,4 juta sampai 3 juta US dolar per megawatt, ini sudah termasuk pengadaan turbin, dll. Salah satu dll itu ada yang namanya access road (jalan masuk), panjang waterway, dan luas pembebasan lahan. Access road itu saya sarankan maksimum 25% daripada output turbin atau maksimum, berapa jumlah turbinnya dibagi 4. Misalnya kalau output turbinnya 10 megawatt dibagi 4, maksimum access road-nya itu 2,5 km kalau kita bicara efisiensi. Panjang waterway-nya juga sama, jadi dia itu maksimum 25% daripada output turbinnya, jadi kalau kita mengetahui output turbin kita dapat ilmunya , access road-nya jangan lebih dari 2,5 km untuk 10 megawatt. Kalau yang 50 megawatt tinggal dibagi 4 jadi 12,5 km, jadi yang paling panjang itu 12 km. 1 km sekarang itu bisa 5 km. Kalau luas pembebasan lahannya paling tinggi kurang lebih empirisnya itu 300% dikali output turbinnya atau 3x output turbinnya. Berati kalau 10 megawatt kurang lebih pembebasannya itu cukup 30 hektar.
2. Pertanyaan dari Bapak Hari Surwianto
Apakah Debit Andalan dapat dilakukan dengan Metode Law Flow Hydrology?
Jawaban: Jadi kalau kita mau menghitung debit andalan itu yang dihitung adalah rata-rata, debit rata-rata setiap bulan nanti lama-lama jadi rata-rata setiap tahun. Kalau kita mendesain PLTA itu ada 2 macam, debit andalan, dan debir desain, kalau debit andalah sudah ketemu lalu kita menghitung debit desain, debit desainnya itu kita hitung dari 120% dikali debit andalannya, tapi debit andalannya ingat berapa probabilitasnya, apakah memakai 90% atau 91%, dst. Kalau panjang datanya sampai 20 tahun kita minimal memakai 90% probabilitasnya, tapi kalau datanya dibawah 20 tahun atau mungkin sekitar 10 tahun paling tinggi kita memakai data 90%.
Bagaimana kalau datanya tidak tersedia dengan lengkap kita harus mengukur sendiri pakai flow meter atau current meter. Saya sarankan kalau mengukur debit andalan, misalnya dari pihak investor lebih bagus melibatkan konsultan setempat, ambil konsultan swasta dan juga dari pihak universitas. kalau dari konsultan setempat ambil konsultan swasta ambil juga konsultan dari pihak universitas, kelebihannya kalau dari konsultan setempat ada datanya dari PSDA, ambil juga dari Universitas mereka gabung itu insya Allah akan mendapatkan debit andalan yang jauh lebih bagus untuk mencari data. Menurut pengalaman saya tidak pernah datanya lengkap, semakin jauh ke hulu semakin besar output turbin yang kita desain itu datanya semakin kecil. Yang kedua debit banjir, kalau kita bicara debit banjir itu kita bicaranya debit maksimum kita bicaranya debit maksimum, setiap waktu, setiap hari, minggu, bulan. Debit banjir ini yang kita probabilitaskan, apakah 50 tahun, 75 tahun atau 100 tahun. Misalnya kita ada debit banjir setiap 25 tahun 10 meter kubik per detik, ini probabilitasnya hanya 2, kapan peluang terjadinya setiap tahun dan berapa peluang tidak terjadi setiap tahun.
Kalau peluang terjadinya setiap tahun itu gampang 1 per 25 dikali 100% sama dengan 4%, jadi kalau setiap tahun itu peluangnya hanya 4% debitnya akan mencapai 10 atau lebih. Bergerak berapa peluangnya tidak terjadi setiap tahun, 100% dikurangi 4% sama dengan 96%.
Debit andalan itu yang dipakai adalah debit rata-rata apapun metodenya, kalau debit banjir itu debit maksimum yang dipakai, tinggal kita menentukan periode baliknya, return period atau periode kembalinya itu waktu kejadian berulangnya itu berapa, 25 tahun kah, dst.
3. Pertanyaan dari Bapak Hari Surwianto
Berapa kecepatan maksimal aliran pada saat air berada di Sentrap atau Desender?
Jawaban: Sama. Jadi debit andalan itu, kalau misalnya ada bendungan, dan hulunya di ujung dan hulu di atas, kita membangun bendung jangan dibelokkan, yang paling ideal dibangun itu pada saat tracknya lurus, saluran intakenya disampingnya, yang namanya saluran kalau air masuk ke intake itu sudah terbagi, Jadi kalau misalnya debit andalannya 10 m³ per detik kita tinggal menghitung di sini berapa kecepatannya, tapi dirubah dulu ke desainnya yaitu 120% kali 10 = 12 m³/detik. Pada saat dia masuk pertama kali di intake baru sentrap, tergantung dari penampang intakenya, misalnya penampang intakenya berbentuk persegi berarti B dikali y. Q = V x A, V = Q dibagi A, Q adalah Q design, dan A adalah luas penampang dari saluran intakenya akan ketemu berapa meter per detik. Biasanya pengalaman saya intake dan disender itu, sentrap selalu saluran terbuka, nanti water way-nya bisa saluran terbuka bisa juga pipa.
4. Pertanyaan dari Bapak Broto Sri Atmojo
Saya masih belum paham tentang metode pelaksanaan untuk mencari Debit Andalan.
Jawaban: Cara menghitung debit andalan itu kemungkinannya hanya dua, pertama data lengkap, kedua data tidak lengkap, dan yang ketiga adalah ekstrem yaitu data tidak ada sama sekali. Data lengkap itu memenuhi kaidah kita yang 20 tahun itu paling ideal, data tidak lengkap ini mungkin hanya 10 tahun tapi tahun kedua dan ketiga mungkin tidak ada data sama sekali. Apa yang kita lakukan kalau misalnya datanya lengkap, kalau datanya lengkap menurut saya pakai saja yang paling mudah yaitu menggunakan metode Weibull disusun berapa datanya, tapi menyusunnya itu dari angka besar ke kecil, nanti dibuat probabilitasnya yaitu m dibagi N + 1 dikali 100%, m itu misalnya data pertama, jumlah datanya berapa misalnya datanya 10 tahun, kalau 10 tahun itu dia data bulanannya 1 tahun itu 12 bulan berarti 120. Untuk data pertama 120 + 1 dikali 100%, akan ketemu 1/121 dikali 100% yaitu 0,83%.
Kalau data lengkap tidak perlu kita mengambil data di lapangan langsung saja dihitung yaitu metode weibull yang paling mudah. Sekarang kalau datanya tidak lengkap dan tidak ada apa yang perlu kita lakukan. Saran saya lebih bagus diulang perhitungannya, caranya metode analisa frekuensi. Analisa frekuensi itu sederhananya seperti ini, kita sudah sepakat ambil data yang tracknya lurus, dari sini ambil segmen di depan, tinggal ambil rumus misalnya jaraknya, menggunakan current meter jadi yang baling-baling itu tinggal diukur jaraknya berapa, debit andalannya berapa, kecepatan airnya ketemu. Jadi yang pertama kita hitung panjangnya misalnya 20 meter dihitung menggunakan Stopwatch, kemudian yang kedua bapak buat potongan sungainya seperti ini, memang agak repot, biasanya penampang Sungai seperti ini, kita bagi per segmen nanti ketemu rata-ratanya, segmen 1, segmen 2. Nanti kalau sudah ketemu, ini A-nya, kecepatan sungainya sudah ketemu nanti kita hitung debitnya, tapi biasanya paling lama itu 3 bulan anda buat datanya, setiap minggu, dua minggu, tiga minggu, terkumpullah datanya kurang lebih dia 10 sampai 20 tahun, tapi 1 tahunnya ini representasinya dari satu harinya sini. Jadi kalau datanya kurang lengkap dan data tidak lengkap itu mau tidak mau ambil titik data di mana dibendungnya yang ada, anda melibatkan konsultan hidrologi setempat, pihak Universitas setempat dan ambil dari dinas terdekat setempat, kita combine dan buat kerjasama operasi dan kita sama-sama hitung paling lama 3 bulan keluar datanya.
Kecepatan itu jarak dibagi waktu, berarti t = L dibagi V. Kalau V sudah ketemu, dimensi Sungai ketemu kita akan ketemu debitnya, nanti debitnya dijumlahkan, misalnya satu hari anda hitung, pagi siang malam, anda tinggal ambil rata-ratanya, pagi 10, siang 12, malam 15 berarti 37 dibagi 3 = berapa.
5. Pertanyaan dari Bapak Sulaeman Awaludin
Jika kendala Environment seperti air tidak mengalir maksimal, kemudian tanah bergerak sehingga tidak menghasilkan Output yang optimal tapi Aset telah dibangun dengan dana yang besar, sehingga tidak menutupi operasional atau ROI-nya lebih minimal. Bagaimana perkiraan Perencanaan Plan yang baik agar Profit?
Jawaban: Yang saya lihat ada dua "kegagalan" di proyeknya Pak Sulaeman. Yang pertama keliru dalam menghitung debit andalan sehingga mungkin lebih kecil dan output turbinnya tidak sesuai. Output turbin itu bisa lebih besar dan lebih kecil tetapi mungkin ini lebih kecil. Yang kedua ada kegagalan konstruksi pekerjaan fisik artinya ada tanah bergerak. Untuk membangun ini sudah terlanjur dananya besar, misalnya ini didesainnya 20 megawatt, misalnya biaya yang sudah keluar itu 48 US Dollar, sementara output turbin yang keluar itu 15 megawatt. Kalau 15 megawatt berarti sekitar 36 US Dollar. Yang terjadi dengan misalnya ada dua kegagalan debit andalan pasti penerimaan uangnya yang berkurang, Return of investment juga pasti lebih besar, pengembalian faktor investasinya. Langkah yang paling awal sebenarnya jangan tunggu berlangsung lama, di awal itu ada yang namanya NCD, net depensible capacity. Sebelum COD atau komersial Operation date ada yang namanya NCD, berapa net yang keluar daripada output turbin itu atau running test, dari situ akan ketahuan, Bapak harus memastikan dahulu. Kalau sudah jalan, Jadi sebelum COD kalau kita mau bangun pembangkit ada yang namanya site visit biasanya 6 bulan lalu mengurus perizinan biasanya 2 tahun, Biasanya kita bangun konstruksi 2 tahun, kalau sudah tahu membangun konstruksi siap-siap COD atau tanggal dimulainya beroperasinya pembangkit sebelum COD ada yang namanya pengujian net capacity. Apa betul output turbinnya 20 megawatt, ternyata setelah diuji dia hanya 15 megawatt, kalau ternyata dia hanya 15 megawatt berarti PPA-nya direvisi atau di adendum dulu.
Lalu yang kedua kalau perusahaannya Bapak Sulaeman sudah terlanjur membangun konstruksi itu risiko dari pengembangnya, artinya tingkat break even point yang misalnya 7 tahun dia akan mundur mungkin menjadi 15, dll. Tetapi Bapak jangan khawatir di dalam PPA itu memang bisa kita saling menguntungkan, ada yang namanya kontrak take or Pay atau take and pay, take or pay itu biasanya artinya nanti ditetapkan. Dalam PPA itu pertama harga pembelian listrik sudah ditetapkan, yang kedua output turbinnya sudah ditetapkan, yang ketiga available vektornya sudah ditetapkan, yang keempat kontraknya itu pembelian take or Pay atau take and pay. Intinya itu sebaiknya diadakan adendum 1, yang kedua kalau sudah terlanjur dibangun konstruksinya otomatis akan berpengaruh ke Return of investment atau istilahnya parameter kelayakan investasi itu mundur semua, jadi break even point yang tadinya 7 tahun menjadi 8 tahun, dst. Apa yang mesti anda lakukan kalau memang biayanya sudah terlanjur besar? Efisiensi, berarti tenaga kerja dikurangi, mungkin asuransi dikurangi, misalnya yang tadinya panjang accessor di awal.
Output turbin itu rumusnya berat jenis kali gravitasi, dst. Q turun, mestinya 30 menjadi 15 satu-satunya jalan adalah H dinaikkan, jadi yang tadinya mestinya desainnya adalah miring ke atas kiri, hanya misalnya 100, ditambahkan dicari lagi yang lebih jauh, misalnya H menjadi 200 m, kalau konstruksinya belum selesai, masih di tahap-tahap awal. Tapi kalau misalnya, yang susah adalah kalau proyeknya sudah selesai 100% mau tidak mau anda harus buat adendum dengan PLN, adendum ini bisa mendapat privilege, bisa jadi harga jualnya ditambahkan sedikit, atau available vektor bisa dinaikkan sedikit, yang tadinya 65% menjadi 75%. Atau mungkin dari sisi pengembangannya, yang tadinya disetujui selama 20 tahun mungkin bisa dimundurin masa pakainya. Kontrak PPA itu bisa jadi 10 tahun, bisa jadi 10 tahun diperpanjang, 20 tahun, atau bisa jadi konsepnya 20 tahun nanti bisa diperpanjang lagi 10 tahun totalnya 30 tahun, untuk menambah cash flow. Jadi kalau belum selesai misalnya masih tahap desain satu-satunya jalan untuk menaikkan kapasitas output turbinnya H ditinggikan, kalau sudah jadi terpaksa adendum baru. Misalnya harga belinya Rp1.000 ke per KWH mungkin bisa dinaikkan Rp1.100, atau airnya available Vector bisa dinaikkan 70%. Lalu ada yang namanya take or Pay, misalnya sudah terlanjur jalan tahun pertama available vektornya misalnya 60%, tapi di perjanjiannya take or pay itu selama 15 tahun artinya ditetapkan 70%, anda dibayar terhadap 70% bukan terhadap aktualnya. Tetapi biasanya kalau sampai 25 tahun, biasanya take or pay itu hanya 15 tahun, 10 tahun itu take and pay, artinya berapa yang aktual ada misalnya airnya 56% itu juga yang dibayar. Kesimpulannya kalau belum selesai ada perubahan konstruksi, jadi debit itu tidak bisa diutak-atik lagi, berarti salah desain. Debit andalan itu memang nyawa, salah hitung mati kita, oleh karena itu biaya aset perusahaan besar itu debit andalan ada perhitungan konsultan internnya, ada perhitungan konsultan luarnya. Konsultan luarnya itu juga terbagi 2 atau 3, satu konsultan lokal di sana, satu dari pihak universitas, satu lagi dari petugas PUPR, nanti diambil mana yang paling bagus setelah dirundingkan sama-sama. Tidak terlalu mahal, 50 juta untuk biaya mengolah datanya sambil mengambil datanya.
Profil InstrukturOddang Rewu
Konsultan Proyek PLTA
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan:
S1 di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Bandung, Fakultas Teknik, Jurusan Sipil.
Pekerjaan:
PT. Jakarta Industrial Estate Pulogadung Persero (1997 - 1998).
PT. Istaka Karya Persero (2002 - 2007) dan PT. Anugerah Surya Jaya (2007 - 2011).
PT. Havara Mining sebagai Kontraktor Penambangan Batu Bara dengan wilayah penambangan di Kalimantan Timur (2011 - Sekarang).
Portofolio:
1) Buku ke-1
Judul: Risalah Studi Kelayakan Investasi Proyek PLTA
Penulis: Oddang Rewu
Penerbit: Teknosain (Grup Graha Ilmu)
ISBN: 978-602-74479-9-8
Halaman: xviii + 332
2) Buku ke-2
Judul: Panduan Praktis Analisis Kelayakan Investasi Batubara
Penulis: Oddang Rewu
Penerbit: Teknosain (Grup Graha Ilmu)
ISBN: 978-602-72848-1-4
Halaman: xiv + 201