1. Pertanyaan dari Bapak Junianto
Apakah produk berupa aplikasi multimedia di mana harus sewa server, apa yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa produk yang akan ditawarkan memenuhi kebutuhan pasar?
Jawaban: Jadi kalau produk kita itu adalah platform ataupun software kita harus memberi free of charge dulu mereka untuk mencoba, tetapi ketika mereka mencoba kita membuat survei juga terhadap mereka, apa yang mereka rasakan ketika mencoba produk service kita seperti platform tadi. Awalnya kita memberi free of charge dulu untuk akses ke sistem kita, baru kalau sudah mulai banyak atraction, sudah banyak user kita bisa membuat pilihan berbayar. Prinsipnya sama, kita lempar ke market, kita coba apakah produk kita itu diminati oleh market.
2. Pertanyaan dari Bapak Widya Laila
Apakah bisnis yang dikategorikan Startup itu wajib atau harus menggunakan teknologi digital? Kalau tidak ada aplikasi atau teknologi digital, dianggap bisnis biasa?
Jawaban: Sesuai dengan definisinya start-up itu sebagai suatu organisasi temporer atau organisasi yang bisa menyelesaikan permasalahan dengan menawarkan repeattable dan scalable bisnis, itu tidak harus teknologi bisa non teknologi juga, intinya adalah bisa di replikasi menjadi bisnis modal yang menguntungkan dan scalable juga repeatable.
Kalau misalnya kamu sedang mencari pendanaan itu, paling tidak dimulainya dari lingkaran terdekat kamu. Harus dilihat dulu berapa jumlah pendanaan yang dibutuhkan untuk mengembangkan aplikasinya, tapi biasanya kalau dari tahap-tahap awal aplikasinya tidak terlalu mahal untuk didanai. Misalnya pinjaman dari keluarga, teman dan segala macam, kalau dari lingkungan terdekat akan lebih mudah untuk mendapatkan kepercayaan dalam hal peminjaman dana. Kalau misalnya langsung ke institusi yang memberikan pendanaan, yang sudah besar seperti venture capital, dsb mereka pasti akan lebih kritis untuk menanyakan kira-kira visibilites studiesnya ataupun potensinya seberapa besar, karena dia harus menanami dana kemudian dia mengharapkan dana tersebut kembali.
Mungkin pada saat kamu masukkan proposalnya itu ada investor yang fokus ke digital. Di dunia pendanaan kita ada yang namanya venture capital, venture capital itu fokusnya ke startup digital. Kalau misalnya Kalian mau ke kuliner ataupun non digital, Mungkin kamu bisa approach atau mencari pendanaan dari pemerintah, hibah, dll.
3. Pertanyaan dari Bapak Satria Budiman
1) Apa culture yang mendukung tumbuhnya Startup dengan baik, seperti di USA dan India yang belum ada di Indonesia?
2) Adakah risiko dari pendanaan yang didapat dari venture asing?
Jawaban:
1) Faktanya Indonesia itu sudah dari zaman dahulu kita sering dijajah. Fakta di lapangan kita melihat bahwa ternyata dari negara kita itu lebih banyak menjadi market teknologi bukan menjadi pencipta teknologi. Culture yang harus dikembangkan yaitu kultur inovasi, produk Inovasi dan enterpreneurship. Karena kalau kita tidak berinovasi kita akan kalah teknologinya dengan USA dan India. Startup tetapi secara teknologi mungkin akan kalah dengan USA dan India, karena mereka teknologinya lebih canggih dari kita. Tetapi kalau secara market, secara negara tujuan market kita banyak dicari karena dari negara-negara luar sana menganggap Indonesia itu sebagai pasar yang besar.
2) Risikonya otomatis kita harus lebih fokus dan lebih serius untuk mengembangkan bisnis kita. Karena kita mendapatkan kepercayaan dari investor asing, risikonya di kita adalah harus mengembangkan diri dan fokus untuk mencapai target-target yang sudah disepakati bersama ketika awal pendanaan.
4. Pertanyaan dari Bapak Wuryanto
1) Tulis permasalahan yang ada di pemerintah daerah. Apakah bisa dieksplor lebih lanjut?
2) Kira-kira di usia berapakah yang ideal kita untuk memulai Startup Bisnis yang bisa mengurangi potensi gagal yang tadi 98% itu?
Jawaban:
1) Daerah-daerah ini sangat terbantu sekali dengan adanya startup digital, inovatif ini. Saya di komunitas sering mendengar bahwa pemerintah daerah itu mereka membuat suatu creative space. Maksudnya adalah mereka menyiapkan suatu tempat untuk anak muda berkumpul, Kemudian dari perkumpulan anak muda itu akan dicalonkan apa yang bisa mereka buat ciptakan untuk pemerintah daerah. Ini sudah banyak sekali terjadi, contohnya di Jawa Barat, Bapak Ridwan Kamil menggagas Jabar Creative Space. Jadi beberapa di kabupaten kota di daerah daerah Jawa Barat itu ada satu space yang memang dibuat dan dikhususkan untuk pertemuan komunitas-komunitas. Di sana di challange bahwa komunitas-komunitas tersebut bisa memikirkan solusi solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah daerah. Startup digital itu tidak hanya tentang bisnis dan segala macam, dengan adanya proses Innovation sistem dengan ekosistem yang terjadi sekarang itu banyak culture inovasi yang sekarang banyak di implementasi di berbagai pihak. Contohnya pemerintah daerah juga kebetulan kemarin ada 1 kreatif space yang dibuat di Ngawi, namanya creative space Cah Angon. Yang menggerakkan itu dari komunitas Hipmi Ngawi kemudian mereka membuat suatu creative Space agar bisa menjadi tempat pertemuan. Melting poinnya community yang ada di sana dan mereka bisa bahas kira-kira apa pun inisiatif yang bisa dikembangkan bersama untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan daerah.
2) Kalau dari venture capital itu justru melihat bahwa teman-teman profesional ataupun akademisi itu yang sudah cukup memiliki experience dengan Knowledge. Kalau misalnya memiliki ide dan bisa menyelesaikan permasalahan dan ada solusinya, itu akan lebih meyakinkan kami sebagai investor untuk mereka. Kita banyak membangun startup baru yang berbasiskan kampus. Karena yang saya lihat banyak profesional, ataupun akademisi mereka mengetahui permasalahan yang ada di suatu industri atau satu bidang. Orang-orang yang sudah terjun di industri tersebut, mungkin karena pengalaman profesional mereka belasan tahun atau puluhan tahun di situ ada ide yang bisa dikembangkan. Itu akan bisa dikembangkan dan lebih investable. Jadi umur berapa harus dimulai? Sebenarnya tidak ada umur, jadi ketika kalian mendapatkan momen itu kalian harus mencari idenya dulu. Idenya apa yang mau dikembangkan. Saya di komunitas sering melihat banyak profesional yang semangat sekali untuk melakukan produk-produk innovation. Contoh ada salah satu akademisi dari UGM dia membuat radiologi X-ray, dia dosen dan semangat sekali untuk mengembangkan start up. Karena dia tahu dengan adanya produk yang dikembangkan oleh dia bisa melakukan perkembangan teknologi untuk masalah X-ray.
Adapun seorang dokter senior dari universitas kedokteran Erlangga, mereka membuat startup namanya vascular Indonesia. Sebenarnya seperti pusat platform untuk edukasi kesehatan kemudian mereka juga banyak membuat training dan lain-lain. Dan Ini menghasilkan, maksud saya tidak harus menunggu di level umur berapa, Yang penting harus tahu apa yang mau diselesaikan, ada ide apa, produknya apa dan langsung dieksekusi saja.
5. Pertanyaan dari Bapak Prima Nurfarhan
Untuk mempelajari masalah-masalah daerah, apakah dari pemerintah release data atau approach dengan cara lain?
Jawaban: Ini sebenarnya kalau untuk permasalahan daerah itu pemerintah mungkin tahu, tapi biasanya yang aktif untuk menyelesaikan itu adalah para anak muda yang di komunitas. Mereka yang sangat tidak pernah capai atau jemu untuk membuat sesuatu. Approachnya adalah harus dari anak-anak muda dari daerah tersebut yang harus bisa tahu masalahnya apa dan menyelesaikannya bagaimana. Kalau mengharapkan pemerintah akan sulit, karena resource mereka terbatas, kerjaan Mereka banyak.
6. Pertanyaan dari Bapak M. Zainal Arifin
Bagaimana cara mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan MVP produk Startup?
Jawaban: Kita disesuaikan dengan level fundingnya. Jadi di dunia start up itu ada level levelnya. Kalau MVP biasanya tergantung penggunaan dananya untuk apa, kalau misalkan MVP kemudian baru melempar ke target marketnya dengan volume terbatas untuk mengetahui apakah produknya itu bisa diterima atau tidak itu biasanya di pre-seed. Cara mendapatkan pendanaannya biasanya kalau levelnya pre-seed itu investor besar biasanya tidak mau mengambil risiko, oleh karena itu ditraining untuk pendanaan Saya biasanya merekomendasikan kalau levelnya pre-seed kita mulai dari lingkaran terdekat kita untuk mendapatkan pendanaan. Mungkin dari kantong pribadi ataupun dari teman atau orang tua, untuk membiayai ataupun mau meminjamkan uangnya dalam hal pembuatan MVPnya.
7. Pertanyaan dari Bapak Arslan
Apakah ada komunitas bagi Startup pemula?
Jawaban: Kalau main telegram, atau silahkan cari di googling, komunitas startup telegram, jadi di underground itu kita juga ada komunitas-komunitas. Kalau di telegram kita ada yang namanya Cafe start up, kalau saya mainnya di Indonesian startup Founder, ada juga Startup live forum.
8. Pertanyaan dari Bapak Ishak
Saya ingin membuat aplikasi seperti pembookingan sport venue, sambil saya research ada feasibility study, bisnis kanvas, berbeda dengan yang kita pelajari saat konvensional yang lima aspek teknis, dan lain-lain. Setelah itu kita buat laporan, kalau Startup MARR risk nya seharusnya lebih dari 100%, jadi urutannya harus tinggi. Jadi, kalau dampak finansial aspeknya itu bagaimana?
Jawaban: Kalau kita ngomongin metodologi untuk penelitian kalau saya boleh saran kamu coba explore di Google itu namanya design thinking dan BMC. Thinking itu cara kita menemukan suatu ide kemudian kita lihat secara metodologi itu masuk akal atau tidak untuk dikembangkan secara bisnis kemudian ketika design thinking itu ada beberapa step-nya. Ketika sudah design thinking metode berikutnya BMC (Bisnis Model Canvas), untuk membuat plan startup agar bisa lebih masuk akal secara bisnis.
Yang saya lihat metodologi yang kamu pakai itu lebih ke konvensional bisnis. Sebenarnya tinggal didiskusikan dengan dosen pembimbing, disepakati kira-kira metodologi yang dipakai yaitu bagaimana, karena pendekatan startup dengan konvensional bisnis itu agak berbeda dan metodologi Untuk melakukan risetnya pun berbeda. Kalau saya boleh saran metodologinya coba ditinjau ulang kembali, jangan sampai kamu membuat fokus untuk teknologi tetapi metodologi yang dipakai untuk konvensional bisnis takutnya tidak nyambung.
Untuk merealisasiakannya, itu langkah-langkahnya biasanya pembentukan tim, pengembangan produk, hak paten, fundraising, exit. Itu langkah-langkah secara taktikalnya.
Profil InstrukturJefry Pratama, S.Kom., MBA, CCSGB
Venture Capitalist, Startup Ecosystem Builder
Deskripsi Pemateri:
Pwndidikan
Bachelor Degree of Computer Studies Binus University
Master of Buisiness Admninistration, Institut Teknologi Bandung
Pengalaman Kerja
Venture Capitalist (UMG Idealab)
Startup Ecosystem Builder (DSF)
Leacturer and Scientist for Business, Innovation and Digitalization Studies
Digital Consultant and Entrepreneur