1. Pertanyaan dari Bapak Muhammad Rizki Bintang
Adakah framework untuk energy audit yang sering digunakan? Terutama untuk maintenance dan building atau mesinnya sendiri.
Jawaban: Kalau kita berbicara Framework untuk energy audit sendiri yang sering dipakai sebenarnya untuk industri umum. Sama seperti tadi, level 1 level 2 level 3, itu yang paling umum dipakai. Tetapi tergantung juga, tergantung kebijakan dari perusahaan juga, kalau misalnya dari sisi manajemen biasanya menginginkan yang cepat cara ke arah investasi-investasi. Tetapi sebisa mungkin kita dorong, kita coba reduce dulu closest-closest yang ada sebelum kita masuk ke arah investasi. Kita tujuannya untuk mengurangi biaya bukan menambah beban biaya, tetapi memang nanti ujung-ujungnya tetap harus diadakan investasi karena ada teknologi baru yang lebih efisien. Lalu untuk maintenance dan building automation sendiri ini sama, Jadi kalau building automotion kaitannya dengan scheduling, scheduling itu kita bisa tahu dapat datanya dari mana dari data logger. Jadi kita bisa Arahkan auditnya itu lebih ke arah log, log faktornya kita cari bebannya itu ketika dipakai perjamnya balance atau tidak, atau ada yang tertentu tinggi. Tetapi kalau dari sisi maintenance, salah satu rekomendasinya biasanya, temuan-temuan yaitu panas di peralatan menunjang sehingga ada sesuatu di mechanical yang bisa menghasilkan panas. Jadi kalau dari sisi maintenance itu arahnya, jadi peralatan-peralatan kita coba lihat dan bandingkan standarnya referensinya berapa, kalau belum tahu kita bandingkan dengan part yang lebih baru atau komponen yang similar. Kalau untuk building automation system kita fokusnya ke scheduling, tapi baiknya kita tetap mulai dari level satu dulu, pengamatan, baru nanti kita masuk level 2 dari sisi analisanya atau dari low faktornya. Building automation system itu kita bisa setting sesuai jamnya pemakaian. Kalau di sistem HVAC biasanya ada log dan unlog. Jadi ketika log dia tetap menggunakan listrik tetapi Tetapi lebih rendah, jadi saya settingan inverternya atau variabel speednya bisa diturunkan macam night mode itu bisa dimasukkan ke system automationnya. Itu lebih banyak kearah penanggulangan caranya. Basic-nya kita harus tahu dulu, penggunaan energi itu dipakai sama produksinya Dani usernya jam jam berapa saja. Kita bisa geser ke jam yang lebih kosong atau mungkin reduce secara di jam-jam kosong itu kita turunkan speednya.
2. Pertanyaan dari Bapak Budi
1) Steam and water apakah ada contoh formulanya?
2) Ada istilahnya steam balance, adapun steam table? Apakah itu bisa masuk kategori energi audit? (Steam table untuk ketel uap atau boiler).
Jawaban:
1) Steam dan water ini biasanya memang ada standarnya, jadi konsumsinya Berapa perbulan, rasionya berapa. Data itu harus kita ambil ketika kita melakukan audit di awal, kita bisa ambil dari Flow Meter, dari pemakaian 2 tahun terakhir kita bisa pakai. Sini kita dapat, rasio kita bandingkan, misalnya produksi A, Berapa unit atau pcs dalam sebulan diproduksi kita bandingkan. Jadi rasionya per unit produksinya itu berapa air yang dibutuhkan. Lalu berapa steam yang dibutuhkan? Dari basic-nya base linenya itu kita bisa Tentukan, pencapaian terbaik yang pernah kita capai itu berapa itu yang dijadikan standar. Mungkin formula seperti itu yang dipakai, kalau formula untuk standartnya di masing-masing industri pasti beda, bahkan di satu side yang lain, yang satu dengan yang lainnya di satu jenis saja akan berbeda karena amat sangat tergantung dengan kondisi instalasi, jam-jam pemakaiannya, dll.
2) Jadi kalau di ketel uap atau boiler ini itu ada rasionya, rasio bahan bakar dibandingkan dengan steam yang diproduksi. Ada dari sisi demand dan dari sisi Supply, kalau yang Bapak tanyakan itu lebih ke arah dari sisi supplier. Ada monitoring dari si ketel uap itu ketahuan pemakaian bahan bakar dibandingkan dengan air yang dipakai untuk dipanaskan dan didapatlah rasio. Kita cari rasio yang terbaiknya berapa. Kalau di tempat saya, saya menggunakan gas dan batubara, Jadi kalau batubara itu kita pakainya high and calorie itu 130 sampai 140 rasionya untuk menghasilkan 1 ton steam itu membutuhkan 130 atau 140 kg batubara. Kalau digas juga beda.
3. Pertanyaan dari Bapak Halashon Simanjuntak
1) Bagaimana membuat report detail untuk catering equipment motor AC dalam audit energi sesuai lokal atau energi nasional report atau sesuai dengan audit energi manajemen 50.0001, lalu parameter yang pentingnya apa saja?
2) Apakah ada ketentuan dalam memakai alat tools tertentu untuk bisa melakukan audit energi dalam motor AC? Jika ada apa saja faktor tools utamanya?
Jawaban:
1) Report detail ini sebenarnya standarnya berbeda-beda tetapi memang arahnya harus ada flownya, jadi tidak bisa tiba-tiba kita bilang ada report segala macam. Kalau report itu kita mulai dari audit level 1 level 2 level 3. Kalau ini level 2 masuknya karena menggunakan tools, catering equipment motor AC itu biasanya menggunakan tachometer atau bisa menggunakan thermal imager jadi kita bisa melihat sebenarnya panas yang dihasilkan berapa, atau mungkin Secara kapasitasnya dia sesuai atau tidak, jangan-jangan dia bisa di reduce kecepatannya, itu juga yang diperhatikan ketika dilakukan audit. Tetapi yang pertama yang perlu dilakukan memang menggunakan tools tachometer atau thermal imager.
2) Mungkin yang dimaksud kesesuaiannya, standarnya mungkin belum terlalu ada tetapi kita bisa bandingkan dengan kondisi yang lainnya. Jadi kita bandingkan, motor AC itu mungkin ada beberapa, kita bandingkan dari sisi KWHnya konsumsinya berapa dibandingkan dengan yang lain, Apakah dia sebenarnya terlalu besar atau mungkin ya sudah tidak optimal. Yang kedua Apakah ada sumber panas, kalau sumber panas berarti kita harus mencari tahu panas itu dari mana. Kalau report sendiri sebenarnya standar, hasil auditnya lokasinya seperti apa, areanya berapa, Berapa jumlah peralatan yang ada. Nanti ada hasil auditnya kemudian peluang rekomendasinya, tanpa biaya berapa, biaya rendah berapa, biaya tinggi berapa. Lalu nanti masuk ke studi kelayakan, kalau kita mau masuk investasi kita masuk ke sini kalau tidak implementasi saja dengan sistem yang ada. Jadi kalau saya lihat ini adalah bagian kecil pemesinan dari motor AC.
4. Pertanyaan dari Bapak Sirajudin Idris
Untuk sistem Penghematan batu bara di pabrik gula, steamnya dipakai untuk turbin 6 mega watt dan untuk massa gula rata-rata 35-40 tph. Kira-kira ada atau tidak perhitungan khusus untuk menghitung penghematan batu bara itu?
Jawaban: Sebenarnya untuk penghematan bisa dilakukan dengan log faktor, log faktor itu beban-beban maksimum yaitu kita bisa melakukan penghematan di situ. Jadi kita ratakan bebannya, karena dalam Bapak Jalan Seminggu itu tidak boleh ada fase pendinginan, nanti dipanaskan lagi, efeknya akan batubaranya berlipat-lipat, jadi memang harus terus continue. Caranya agar continue tidak ada pemanasan itu bebannya kita ratakan, jadi secara pressure bisa diturunkan dan secara kapasitas juga bisa diturunkan. Yang kedua kita harus lihat juga dari sisi boilernya, boilernya sendiri itu rasionya bisa kita setting atau tidak dengan cara kita optimalkan bukaannya atau tembakannya kita coba, tes ke lebih tinggi dia akan stop dulu, efeknya pemanasannya bisa dikendalikan. Selebihnya dari sisi demandnya, kebocoran kebocoran harus dikurangi, tantangannya memang batubara sekarang lagi tinggi.
5. Pertanyaan dari Bapak Pontas
Apakah kerugian kerugian pada komponen-komponen hanya terindikasi dari panas yang terbuang ke lingkungan luar? Apakah ada parameter lain yang bisa digunakan?
Jawaban: Mungkin ini terkait yang tadi, komponen-komponen baik itu listrik, steam, dll itu memang cara paling mudahnya, atau tulis yang bisa dipakai Itu dari sisi panas, karena panas itu adalah energi yang terbuang, yang tidak menghasilkan.
Kecuali Panasnya bisa kita gunakan lagi. Parameter lain kita bisa melihat dari sisi, kalau steam Berarti ada uap yang terbuang atau agak bocor, dan dari waktu pemakaian Apakah sudah Balance atau tidak. Kalau peralatan itu umumnya ketika jam tidak dipakai dia tetap jalan, mungkin ada fase cooling down Di mana biasanya pekerja pabrik itu bekerja 8 jam, sebenarnya dia proses 6 jam sudah selesai tetapi mesin tetap coba di stand by kan sampai dengan 8 jam, itu juga sebenarnya salah, indikasinya yang disadari itu dari faktor loadingnya, secara elektrikal Apakah memang plotnya sesuai atau tidak.
6. Pertanyaan dari Bapak Edri
Biasanya untuk jasa energi audit seperti ini sebaiknya dilakukan dari proses yang bagian mana dulu Pak, terkait dengan kebutuhan kontainer seperti rekanan perusahaan yang masih pada MOU atau kerjasama? Apakah harus dimulai dari level 1, kemudian jika ternyata ada indikasi masuk level 2 dan bahkan akhirnya harus melakukan audit level 3, di mana mengganti sistem energinya? Biasanya butuh waktu berapa lama Pak untuk melaksanakan setiap level tersebut?
Jawaban: Ini sebenarnya beragam, bervariasi, tergantung juga tools juga laporannya, kalau harganya Saya kurang tahu, biasanya tidak terlalu besar dibandingkan efeknya nanti ketika perusahaan itu mendapatkan keuntungannya. Dengan investasi-investasi bisa menurunkan cost-cost energi dan biaya produksinya. Kalau dari segi biaya saya belum tahu, tapi biasanya mulainya dari memang harus level 1, karena dari level 1 itu pengecoh semua, semacam skrining dulu, skrining semua di awal. Satu satu selesai lalu kita bisa tahu area mana yang bisa kita pasang alat ukur atau kita lakukan pengukuran. Lalu masuk ke level 2 untuk nanti investasi kecil menengah, nanti masuk ke level 3 gabisa investasi yang lumayan besar, tapi ini hanya sebatas rekomendasi. Nanti laporan, Proposalnya perusahaan yang memutuskan. Kita bisa memulai dari pareto dulu, kita coba pareto kan dulu energi energi itu dalam satu tahun paling besar pakainya di mana. Di listrik kah, batubara kah, gas atau air, masing-masing perusahaan akan beda. Setelah di paretokan kita langsung masuk, dua utama yang paling besar itu kita bisa masuk ke situ, area lain bukan berarti tidak kita jamah tapi mungkin nanti prioritas prioritas selanjutnya. Biasanya butuh berapa lama, audit level 1 level 2 itu sebulan, tetapi untuk level 3 Mungkin setelah 3 bulan utama ke awal itu bisa dilakukan. Bulan pertama, bulan kedua, bulan ketiga itu sudah selesai sampai dengan audit level 3, itu sudah dalam bentuk report juga proposal.
Profil InstrukturJacky Chin, S.T., M.T,, CEM, Ph.D
Praktisi Profesional Industri, Senior Engineering Manager PT. Argo Manunggal Triasta, Dosen Teknik Industri Universitas Mercubuana
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan
Ph.D, Doctoral Degree - National Taiwan University of Science and Technology (NTUST)
Majoring in Industrial Engineering Management GPA 3.95
Post Diploma BMC College Singapore – MEP Design
Magister Degree Industrial Engineering – Mercu Buana University
Bachelor Degree Mechanical Engineering - Catholic University of Atma Jaya
Trainings & Professional Certificate:
• Certified Energy Manager (Association of Energy Engineers-USA)
• Fire Safety Manager (BNSP)
• ISCEA Certified Supply Chain Analysis
• Prasetya Mulya Univ, Middle Management Program (Mini MBA)
• Training SGS for internal Auditor (ISO 9001:2008, ISO14001:
2004; OHSAS 18001, ISO 17025 Calibration)
• Training (ISO 9001:2015, ISO14001: 2015; ISO 45001)
• Total Productive Maintenance system JIPMS
• Energy Management system, Building Maintenance and Environmental Proper
• LEAN MANUFACTURING & KAIZEN ( CONTINUOUS IMPROVEMENT) & 5S
• FAT in Italy for Autoclave machine
• FAT in Shanghai China for Mixing tank machine
• FAT in Italy for Pure Steam Generator machine
• ERP ORACLE system
• Quality Risk Assessment
• AutoCad for MEP and Autodesk Revit for Building
• Good Manufacturing Practices (GMP)
Achievements