1. Pertanyaan dari Bapak Indra Trimadi
Saya punya Startup marketplace offline dengan konsep baru yang belum ada yang menggunakan dari unicorn-unicorn yang ada saat ini. Dengan konsep baru ini, bagaimana saya bisa mengunci pasar supaya bisa jadi leader untuk marketplace offline kami? Yang saya tanyakan, apakah di saat seperti ini Startup kami yang belum launching bisa masuk dan mengunci pasar? Butuh seed funding berapa untuk mengunci pasar?
Jawaban: Sebenarnya kalau kita bicara kondisi seperti ini, apakah sudah pernah ini di tes to the market. Kita coba dulu untuk tes di market dalam rangka kita mau mengunci pasar. Marketplace offline ini adalah suatu konsep dimana dia bukan di online marketplace tetapi betul-betul di offline. Jadi real marketplace yang ada. Saya berfikir kalau kita bicara marketplace offline menguncinya itu ada dua hal. Yang satu adalah kita harus bisa memberikan benefit kepada regulator, yang kedua adalah kita memberikan benefit kepada penggunanya. Jadi kalau pengguna dan regulator itu mendapatkan manfaat atas ini maka saya bilang anda memiliki momen untuk launching. Anda bisa launching pasar karena justru yang akan mempromosikan anda, mengunci anda adalah regulator yang kami punya. Ini halnya mirip seperti yang Kami punya, kalau bapak lihat dari start up e-coin Kami punya start up paspor sehat itu itu sebenarnya tidak ada unik-uniknya, tidak ada roket sainsnya di sana. Tapi the moment traveler merasakan manfaatnya dan regulator merasa itu perlu untuk mengurangi perkembangbiakan virus covid itu sendiri maka kami memiliki platform dan disetujui oleh pemerintah untuk digunakan sebagai standar platform. Itu adalah launching untuk mengunci menjadi is the only one platform yang digunakan di seluruh Indonesia.
2. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Apakah NuConnected mau memfasilitasi ide-ide tentang platform pendidikan? Saya dan tim sudah membuat Business Model Canvas untuk platform tersebut, namun belum memiliki developer platform. Jika memfasilitasi, bagaimana cara menjadi partnernya ya? Mohon arahannya.
Jawaban: NuConnected ini sebenarnya kita bukan developer, kita adalah idea maker. Kalau seandainya bapak ingin membuat kanvasing dan belum memiliki developer. Sekarang ini banyak developer-developer company yang mau sharing development. Dia akan melihat sebenarnya kanvas tinggi, apakah kanvasing kita sudah menjawab semua. Yang harus kita cek adalah kurang lengkapnya suatu kanvasing itu. bagaimana anda menghandle customer service anda?. Ada sekitar 80% orang yang membawa kanvas kepada saya. 80% yaitu tidak ada satupun yang saya masukan untuk kata customer service karena mereka menganggap customer service itu is not part of the journey. Customer Service is something yang bisa di ignore, dia akan diperlukan pada saat sudah terjadi traffic, itu adalah suatu kenyataan yang salah. Karena yang namanya customer service kita bekerja dan momen minus 7 hari sebelum kita merencanakan launching. Pada saat minus 7 hari sebelum merencanakan launching dia harus sudah memiliki customer service. Kalau seandainya anda belum memiliki customer service minus 7 hari artinya bersiap saja you will be in trouble.
3. Pertanyaan dari Bapak Miftah
Bolehkan diperjelas lebih detail:
1) Apakah NuConnected itu suatu cloud yang berbayar bulanan atau tahunan?
2) Misalnya, ada versi NuConnected versi atau scope lebih kecil, jaringan intranet dalam suatu kawasan eksklusif, dalam suatu kawasan industri yang luas atau khusus dalam Kota Mandiri. Apakah bisa beli putus atau tanpa bayar bulanan atau tahunan?
3) Apakah sudah ada produk NuConnected yang mengakomodasi End-to-End Management dalam suatu contoh monitor kehadiran karyawan, kinerja karyawan, target pekerja, konsumsi logistik, konversi jasa, kepuasan service resort ke dalam keuangan hingga akhirnya dalam bentuk laporan P&L (Profit and Loss bulanan suatu perusahaan)?
Jawaban:
1) NuConected bukan provider, nuConected itu adalah customer experience platform. Kita itu sebenarnya dealingnya adalah dengan agent, yang kita provide itu salah satu contoh robotic process automation, artificial intelligence, customer relationship management. Kita juga mempersiapkan work from anywhere, juga untuk enterprise yang namanya customize service untuk operation assessment dan operation efficiency.
2) Kita biasanya dengan customer kami itu bisa masuk paper used, karena customer kami tidak boleh direpotkan dengan installation, pembelian server, pembelian bahan-bahan segala macam. Kita semua manage service, ada monitor kehadiran karyawan, dll itu sebenarnya teknologi yang bisa dipakai, providernya sekarang sudah banyak sekali dan sebenarnya kita tidak masuk ke segmen itu. Kebetulan kita mainnya untuk customer service.
3) Kita tidak masuk ke sana, kalau konversi jasa dan kepuasan service resort bisa. contohnya Grab, Grab itu ingin mengetahui sebenarnya berapa kepuasan pelanggan terhadap Grab itu sendiri. Ada dua pendekatan, pendekatan pertama dengan menggunakan customer service yang dilakukan setiap kali orang komplain. Setiap orang komplain atau call itu diambil data-datanya, berapa orang yang komplain, itu adalah customer service. Tetapi kita juga melakukan yang namanya net promotor score, berapa orang yang menjadi diktator berapa orang yang menjadi promotor. Itu juga kita ukur berdasarkan suatu Siklus Waktu. Jadi dari situlah bisa kita ukur sebenarnya berapa kepuasan service yang ada pada perusahaan tersebut.
4. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Saya pemilik Startup SIA (Smart Integration Application), tentang treatment politik (pencalegan, pilkada). Selama ini baru dipakai oleh 2 caleg Provinsi dan RI (dan keduanya menang). Pertanyaannya, bagaimana mensosialisasikan aplikasi saya tersebut agar bisa dipakai banyak orang?
Jawaban: Aplikasinya itu sekarang banyak sekali digunakan oleh rekayasa sosial media. Rekayasa sosial media itu harus tahu sebenarnya kompetitornya itu siapa, apa negatif voice dari customernya, apa negatif voice dari smart integration application itu apa saja. Itu namanya media listening, media listening itu melalui Facebook, Instagram. Media listening Itu bisa disebut yang namanya sosial media Engineering. Kalau seandainya mau pakai, itu bisa pakai sendiri, download di yang namanya sosial Dekker salah satu platform juga untuk mendengarkan saingan saingannya Mbak Nia. Kita harus salah satu yang bisa main seperti ini.
5. Pertanyaan dari Bapak Rois Mubarak
Ketika menerangkan produk kita ternyata sudah banyak ribuan pesaing. Bagaimana strategi kita untuk memutuskan terus jalan dan melakukan pivoting?
Jawaban: Sebenarnya bukan hanya produk, the moment idea dari kita punya pemikiran sebenarnya 1000 produk dari dia yang sama itu sudah ada, jadi jangan khawatir bahwasanya ide kita itu adalah is the only idea yang ada di benak kita. Ternyata produknya pun sudah banyak yang jadi, tetapi tetap konsisten dengan yang kita punya asal kita tahu bahwasanya yang kita buat itu adalah hasil mengapa, mengapa kita membuat ini, kita tahu reasonnya apa, dan kita tahu customer segmennya apa. Kita yakin yang kita bawa itu bisa mengobati pain yang diderita oleh kita punya customer. Kita lakukan pivoting pada saat itu tidak berhasil, kalau mau tahu the reason behind voting itu gunakan five why.
6. Pertanyaan dari (Tanpa Nama)
Apa yang harus dipelajari untuk mendirikan Startup?
Jawaban: Sebenarnya tidak perlu kompetensi apa apa, the most important thing adalah idea. Kalau kita memiliki idea kita bisa membuat startup. Idea is the currency.
7. Pertanyaan dari Bapak Dezan Tarunajaya
Saya mendirikan sebuah Startup jasa, di mana saya menghubungkan antara konsumen dengan tukang-tukang, seperti tukang AC, tukang bangunan, dan sudah berjalan selama 1 tahun. Tetapi, seiring berjalannya waktu ternyata permintaan tukang dari konsumen kita itu semakin menjalar. Yang awalnya dari tukang-tukang home service, seperti tukang bangunan, tetapi ada yang minta seperti panggilkan tukang bengkel mobil, tukang bengkel motor. Kita ingin melawan produk baru, tetapi kita tidak ingin merubah mindset konsumen kita itu berpikir bahwasanya "Oh, ternyata bertukang.id sekarang jadi bertukang bengkel, bukan bertukang AC atau bangunan". Strategi apa yang harus kita gunakan untuk sebuah Startup yang sudah pakem di sebuah produk yang marketingnya sudah dapat, lalu kita ingin membuat sebuah produk baru, tetapi tidak merubah mindset konsumen bahwasanya kita merubah produk kita. Kita ingin seprti Gojek, yang awalnya hanya ride hailing, tetapi ketika dia buka Go-Pay, Go-Mart, orang tetap berpikir bahwasanya Gojek tetap ride hailing.
Jawaban: Yang saya sarankan adalah tetap memakai bertukang.id sebagai platform kalian karena itu sudah dikenal orang. Belajarlah dari learning from the experience, orang-orang yang sudah berhasil. Katakanlah Gojek menggunakan experience zoom out, jadi begitu dia zoom out, aplikasinya semakin lama menjadi semakin super aplikasi. Super aplikasi yang Mas punya itu bertukang.id ya insha Allah kalau itu dilengkapi terus dengan suatu platform platform yang baru, membuat rilis rilis yang baru itu akan menjadi semakin baik.
8. Pertanyaan dari Bapak Rasyid Yudhistira
Saya dari Startup TemanRindu, Startup jasa konseling psikologi online. Izin bertanya, toleransi lamanya grace period untuk sebuah Startup yang masih tergolong baru itu berapa ya? Pertimbangan-pertimbangan seperti apakah yang dipakai untuk merencanakan grace period?
Jawaban: Grace period itu seperti tadi kita bilang adalah kita harus learn as Fast as possible, take action as fast as possible. Kalau seandainya tidak bisa kita harus tahu sebenarnya yang namanya berapa lama grace period itu, grace period itu adalah kita punya runway, runway sebelum kita take off. Jadi yang tahu kita punya orang tua itu adalah kita sendiri. Kita yang tahu sebenarnya seberapa besar barang yang kita bawa itu. Katakanlah Saya memiliki similarity, kalau umpamanya kita ingin membawa ini sebagai minimum produk dan ini abilitynya cukup tinggi. Saya bilang test to the market first, nanti baru ada proses learning di sana, validate, build lagi, learning lagi. Waktu pertama kali kami bangun CommerceIndonesia dan CeriaGames dimana patokan kami grace in period, kami mempunyai waktu terukur. The moment kami memakai waktu terukur ternyata waktu dirilis ke market tidak berhasil, itu yang menyebabkan kami sangat sedih. Oleh karena itu belajar dari pengalaman kami mengubah pendekatan kami yaitu mengadopsi pengalaman-pengalaman anak anak milenial sekarang, walaupun sekarang kami sudah kolonial tetapi Kami belajar milenial dengan ilmu-ilmu pendekatan startup ini.
Profil InstrukturIr. Syahmudrian Lubis
CEO NuConnected Technologies
Deskripsi Pemateri: