1. Pertanyaan dari Bapak Shadiq Helmy
Kita harus tahu recommended weight limit, berapa beban yang bisa kita angkut dan kalau berlebih maka kita harus memakai alat berat. Tadi Pak Agung sempat menyampaikan tentang NIOSH, kalau boleh tahu misalnya kita menghitung apakah mios ini ada aplikasinya atau mungkin memang kita harus memasukkan semua rumus faktor-faktor yang ada di tempat kerja kita?
Jawaban dari Nara Sumber: Kalau untuk NIOSH itu aplikasinya sudah ada, jadi sudah ada yang membangun atau membuat aplikasi perhitungan NIOSH. Jadi pada dasarnya NIOSH itu adalah perhitungan matematika, jadi ada rumusnya. Kalau terkait aplikasinya sudah ada yang mendevelop, hanya kalau ingin tahu dasar dari NIOSH itu kalau beban maksimum yang masih boleh diangkat oleh pekerja dalam kondisi normal itu adalah 23 kg, itu dalam kondisi yang normal maksudnya tidak ada unsur memutar badan, tidak ada unsur memindahkan secara horizontal atau tidak ada unsur memindahkan secara vertikal yaitu 23 kg. Masalahnya di aktivitas kita, teman-teman baik yang di UMKM ataupun mungkin yang di industri atau mungkin yang di perkantoran itu pasti ada unsur pemindahan ke arah horizontal. Dia harus mendorong sebuah box misalnya sejauh berapa meter ke depan atau bisa jadi dia harus menaikkan sebuah objek ke atas mungkin ada perbedaan ketinggian dari posisi awal lalu ke posisi akhir itu ada ketinggian vertikal berapa meter. Ketika ada unsur-unsur seperti itu, maka kita harus menghitung RWL (recommended with limit) tadi itu setiap aktivitas akan berbeda - beda atau akan memiliki RWL-nya masing-masing sesuai dari istilahnya seberapa berat medan yang harus dilalui, harus memindahkan objek tersebut, di NIOSH itu ada bisa menghitung. Selain RWL di NIOSH juga ada LI (Lifting Index) itu sebagai indikasi atau indikator apakah yang kita lakukan sekarang atau yang kita pindahkan beban sekarang itu masih dalam kategori aman atau tidak. Untuk Lifting Index itu jika kurang dari 1 maka kita masih dalam kategori aman melakukan pemindahan material tadi, tetapi ketika kita mendapatkan perhitungan lebih dari 1 maka disitu sudah ada indikasi bahwa kita perlu alat bantu untuk melakukan pemindahan objek atau dalam kata lain ketika lifting indexnya lebih dari 1 maka apa yang kita lakukan sekarang itu sudah masuk dalam kategori yang tidak aman. Tidak amannya itu yang perlu hati-hati karena akan membawa dampak ke K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
2. Pertanyaan dari Bapak Jauhar
- Tadi disampaikan tentang tangga. Berapakah jarak ketinggian antara anak tangga yang ergonomic? Itu yang pertama. Lalu yang kedua, berapa meter lebar anak tangga yang ergonomic?
- Mengenai posisi kursi, apakah ada perbedaan kursi yang ideal itu untuk ruang kampus, ruang makan, dan ruang tamu?
Jawaban dari Nara Sumber: - Jadi dari kajian ergonomi itu untuk tinggi anak tangga itu 16-20 cm dan lebar ya anak tangga itu 26-30 cm, itu dimaksudkan karena sebenarnya asal-usul ya ini dari data antropometro yang kita gunakan dalam hal ini adalah data antropometro geometri kaki. Hanya hati-hati berbeda lagi kalau ternyata pengguna tangga ini adalah orang lanjut usia, harus kita perhatikan adalah tinggi anak tangganya. Karena untuk lanjut usia secara mobilitas. Kalau yang normal 16-20 cm, untuk yang lanjut usia mestinya dibawah 16 cm.
- Untuk keperluan kursi kembali lagi di kajian ergonomi itu kita ada yang namanya antropometri. Jadi antropometri itu adalah ilmu ukur terkait dengan dimensi tubuh manusia. Kalau dari pertanyaan apakah ada kursi yang standar untuk kursi kuliah, kursi ruang tamu, kursi ruang makan itu kalau dari kajian ergonomi kembali lagi pertanyaannya siapa pengguna kursi ini, karena bisa jadi pengguna kursinya itu nanti adalah orang yang berbeda, sehingga kita memerlukan ukuran dimensi yang sesuai dengan siapa penggunanya. Ketika kita akan merancang kursi kuliah di kelas maka penggunanya adalah teman-teman mahasiswa di rentang usia, taruhlah usia 18-21 tahun. Tapi kita harus mempertimbangkan data antropometri orang-orang di usia 18-21 tahun, tidak bisa kita mengambil data antropometri misalkan orang di usia 30-40 tahun. Jadi untuk ukuran kursi tidak ada standar tetapi memang kita mendesain sesuai dengan data antropometri atau dimensi dari pengguna alat tersebut.
3. Pertanyaan dari Bapak Jauhar
- Untuk material tangga sebaiknya apa ya biar tidak licin?
- Kadang - kadang antar lantai itu ada perbedaan ketinggian, kalau terlalu rendah maka orang akan tersandung. Itu ada batas minimum dan maksimumnya tidak supaya orang tidak tersandung?
Jawaban dari Nara Sumber: - Supaya tidak licin itu biasanya ada alat bantu itu dijual di pasaran ada, jadi semacam alas kaki hanya nanti kita letakkan di permukaan lantainya. Jangan lupa juga tadi pegangan tangan atau hand railnya.
- Kalau untuk menghindari tersandung, misalnya kalau kita bisa merubah struktur bangunannya maka kita rubah. Tapi misalnya bisa jadi banyak kejadian kita membangun sebuah rumah atau perkantoran itu dari awal sudah terbangun dan sudah berdiri, merubah secara struktur bangunan agak sulit maka yang bisa kita lakukan adalah preventif, jadi tiap anak tangga itu kita beri seperti selotip warnanya yang kontras dengan lantai. Kenapa seperti itu? Kontras warna antara selotip dengan lantai, misal lantai kita warna putih itu kita beri ujungnya selotip warna hitam. Kontras putih dan hitam itu untuk ketika mata kita melihat ke bawah itu langsung ada informasi yang memberikan ke otak kita ini adalah perbedaan putih warna dan hitam. Ternyata dia langsung berpikir awas ada tangga, seperti itu. Kalau di ergonomi ini kita masuk ke ergonomi kognitif, bagaimana kita memerintahkan atau mendesain sesuatu dengan warna atau dengan simbol tertentu, tapi simbol itu atau warna yang kontras itu akan dengan segera memberitahu ke otak kita bahwa disitu ada sesuatu, sehingga untuk preventif kita agar tidak tersandung.
4. Pertanyaan dari Bapak Suprianto
Nama : Suprianto,, Asal Institusi ; Universitas Jenderal Soedirman,, Selamat siang Pak, Saya Suprianto izin bertanya terkait anthropometri. Apabila saya ingin membuat usulan material handling untuk pekerja di suatu UMKM, untuk ukuran anthropometri yang digunakan sebaiknya menggunakan acuan umur dan gender pekerja yang ada atau dilakukan pengamatan secara langsung terhadap pekerja yang ada?
Jawaban dari Nara Sumber: Jadi untuk penentuan data antropometri yang membedakan atau faktor yang perlu kita pertimbangkan adalah usia betul sekali, jadi kalau kita merujuk ke database antropometri baik yang di Indonesia ataupun dunia itu ada di beberapa buku. Memang usia terkadang dikelompokkan dalam rentang 10 tahunan, jadi usia 19 atau 20 - 29 kemudian 30 - 39 itu yang pertama perlu kita perhatikan ketika kita akan merancang sebuah alat dengan pendekatan antropometri usia. Kemudian yang kedua faktornya adalah jenis kelamin, laki - laki dengan perempuan ada perbedaan secara fisik dari ukuran tulang, dari ukuran tubuh secara keseluruhan tubuh itu akan berbeda. Kemudian yang perlu kita perhatikan adalah jenis pekerjaan, itu akan berbeda walaupun sama-sama posisi duduk tetapi kalau yang 1 mengerjakan proses penggergajian, yang 1 melakukan proses pengemasan itu akan bisa berbeda kebutuhan dari ukuran kursinya dan antropometrinya, walaupun sama - sama kita merancang adalah kursi. Kemudian terkait contoh lagi misalnya untuk antropometri jenis pekerjaan tadi atlet, kebetulan yang kita rancang adalah atlet basket yang tingginya rata - rata diatas 180 dengan yang pekerja yang biasa dengan rata - rata tinggi 160, 165 itu jelas kita tidak bisa menggunakan data antropometri orang yang tingginya 180 keatas sehingga jenis pekerjaan diperhatikan. Kemudian ada lagi adalah suku atau ras, kebetulan di Indonesia ini luar biasa banyak sukunya mulai dari ujung barat sampai ujung timur, itu ada penelitian yang sudah dilakukan bahwa ternyata ada perbedaan data antropometri ukuran. Taruhlah sama-sama tinggi badan tetapi ternyata teman - teman di Indonesia Timur memiliki badan yang berbeda dengan yang di Indonesia Barat. Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, artinya tidak bisa kita pukul rata juga. Itu masih di Indonesia belum kalau kita berbicara kita perluas Asia Tenggara, mungkin masih bisa di Malaysia, Indonesia, Thailand masih sama kurang lebih. Tapi kalau sampai ke ras Jepang, Korea itu sudah berbeda antropometrinya, belum kalau kita bandingkan dengan Eropa. Sehingga betul sekali yang tadi disampaikan bahwa kita akan merancang sebuah desain alat bantu di UMKM maka cara paling tepat atau metode paling tepat adalah ukur pekerja yang disana yang nanti adalah calon pengguna alat itu, sehingga kita nanti bisa mendapatkan ukuran, dimensi yang sesuai dengan penggunanya atau pekerjanya.
Profil InstrukturAgung Kristanto ST., MT., Ph.D.
Dosen Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan:
Sarjana, TEKNIK MESIN, Universitas Gadjah Mada, 2001
Magister, TEKNIK MESIN, Universitas Gadjah Mada, 2005
Doktor, Teknik Industri, Khon Kaen University Thailand, 2020
Publikasi
Biomechanical Evaluation of Body Posture of Workers During the Wax Removing Process on Batik Sandals: A Case Study
Effects of corrective insole on leg muscle activation and lower extremity alignment in rice farmers with pronated foot: a preliminary report
Design of ergonomic work facilities on assembly station of mozaic stone for increasing work productivity
Adaptable ergonomic interventions for patients with cerebral palsy to rice farmers activities: reviews and recommendations
FABRICATION AND THERMO-MECHANICAL CHARACTERISTICS OF PHBV/LATEX/VEGETABLE OIL COMPOSITES-MODIFYING ON BIOCOMPOSITES
Redesign of Squared-Profile Wood Sanding Machine for Work-Position and Productivity Improvement (Case study on Abu Production Handycraft, Pleret, Bantul, Yogyakarta)
Perancangan Alat Pembuat Tepung Cassava yang Ergonomis Menggunakan Pendekatan Antropometri (Studi Kasus di Dusun Pendowo, Jepitu, Girisubo, Gunungkidul, Yogyakarta)
DESIGN OF PRESSING TOOL FOR REMOVING WAX IN BATIK SANDALS USING RULA METHOD ON CATIA V5R20 TO INCREASE PRODUCTIVITY
Development of Assistive Technology for Agricultural Workers Based on Congenital Disabilities Orthotic Devices
PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGEMASAN EMPING MELINJO DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
Perancangan Meja dan Kursi Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Kerja Pemotongan Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas
PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI
Improvement of Working Position on Frying Pan Lathing Process Using The Ergonomics Approach (A Case Study at WL Alumunium Metal Casting Yogyakarta)