1. Pertanyaan dari Bapak Paul Wijaya
Dalam prakteknya, penetapan likelihood (keseringan) dan consequence (dampak) dari risk matriks seringkali tergantung pesanan (bisa under estimate atau direndahkan atau overestimate atau ditinggikan). Bagaimana cara untuk assurancenya (selain dengan benchmarking)?
Jawaban: Selain benchmarking sebenarnya dari historical datanya seperti apa, kira-kira seperti apa. Jadi, pasti ada data sebelumnya yang kejadian di perusahaan bapak, bisa jadi kita ambil dari sana datanya, kita adjust yang kita perlukan sehingga kita bisa menentukan masuknya ke likelihoodnya atau dampaknya dari pola-pola yang ada sebelumnya. Yang namanya risk management atau manajemen keuangan catatannya harus rapi sehingga kita bisa tahu historical yang sebelumnya yang bisa kita gunakan untuk pengambilan keputusan contohnya untuk dimasukkan ke matriksnya tadi.
2. Pertanyaan dari Bapak Suratno
Manajemen Risiko yang dijadikan rujukan dalam materi ini, Apakah mengacu kepada konsep di PMBOK ataukah menggunakan standar yang mana?
Jawaban: General sekali, saya mengambil dari mana-mana karena ini sifatnya adalah dasar-dasar jadi saya tidak mengambil atau mengacu dari 1 manajemen risiko tertentu. Jadi ini adalah sifatnya secara umum atau umumnya seperti ini. Nanti untuk setiap industri pasti punya 'pakem' sendiri atau cara manajemen risiko masing-masing.
3. Pertanyaan dari Ibu Riyanny
Saya masih belum paham cara mendapatkan nilai pessimistic, most likely dan optimisticnya Bu? Mohon infonya.
Jawaban: Ini didapatkan dari data-data history yang terjadi ketika kita melakukan, atau sekarang mungkin bisa saja kita melakukan browsing, kita bisa melakukan informasi lebih cepat di internet dibandingkan zaman dahulu. Tapi tetap saja nilai-nilai ini diambil dari data sebelumnya, bisa kita lakukan dengan benchmarking atau dengan perusahaan yang sejenis jika kita tidak memiliki data. Kalau Perusahaan kita sudah lama dan punya data itu kita bisa melakukan penghitungan dari data tersebut. Jadi misalkan kejadian tadi, dari saham atau investasi, misalnya ini ternyata hanya dapat 11% dan sering sekali, artinya most likely atau kemungkinan besar dapatnya memang 11% terus-menerus. Tapi setelah kita berinvestasi, tidak 11% ternyata bisa sampai 25% tapi kadang-kadang sekali, kejadiannya mungkin hanya dua kali misalnya dalam 10 kali 50 kali berinvestasi. Itu artinya jarang, kita bisa melakukan probabilistik atau presentasinya. Presentasinya kejadiannya berapa persen, 2 kali dari 100 kali kita melakukan investasi jadi 2 per 100 atau 2% bisa jadi itu adalah kejadian yang pessimistic atau jarang terjadinya.
4. Pertanyaan dari Bapak Ade Hastuty Hasyim
Apa yang diukur untuk pelayanan publik seperti perbankan (layanan sistem kah) (program) atau sisi nasabah kaitannya dengan ekonomi digital saat ini? Bagaimana cara mengukur manajemen risiko dari sisi teknologi seperti pemanfaatan IoT dan big data?
Jawaban: Misalnya platform pembayaran digital, risikonya bisa dari 2 belah pihak, bisa dari sistemnya itu sendiri seberapa sistemnya itu sendiri bisa terhack atau disalahgunakan, juga dari sisi nasabahnya. Misalkan bicara kredit atau pinjaman online, Bagaimana caranya agar nasabah tersebut dapat membayar tepat waktu itu juga perlu dianalisis. Kalau nasabah hubungannya dengan requirementnya, nasabah itu harus memiliki requirement tertentu, dan punya penjamin, atau misalkan siapa pun bisa, kalau siapapun bisa artinya risikonya tinggi, belum tentu dia punya pendapatan untuk membayar kredit yang dia lakukan. Dibandingkan kita memberikan pinjaman kepada nasabah yang memang punya pendapatan tetap, jaminan atas dari pinjamannya yang kita pinjamkan ke dia, ada jaminannya, itu akan lebih risikonya.
Kalau dari sisi digital saya tidak yakin, karena banyak kasus yang terjadi, orang dikejar-kejar karena tidak bisa bayar pinjamannya. Sebenarnya dengan adanya big data dan sebagainya Itu memudahkan kita sehingga kita sebenarnya tahu, dengan adanya big data kita bisa memining data, kita tahu 1 orang itu misalnya memiliki karakteristik seperti apa, memiliki penghasilan atau tidak, kemungkinan untuk membayar besar atau tidak menara sudah lebih gampang dengan adanya sekarang karena semua informasi ada di sana.
5. Pertanyaan dari Bapak M. Ramadhan
Ibu, Bagaimana cara membuat atau menyusun risk matriks? Ada best practice? Atau bacaan literatur lanjutan?
Jawaban: Ada beberapa, ini juga ada best practice nya yang nanti mengacu ke satu industri tertentu, jadi satu industri dengan industri lain memiliki matriks yang berbeda. Bisa misalnya Browsing di internet, kalau literatur review ke risk manajemen sudah terspesifikasi karena sudah memiliki matriksnya sendiri-sendiri.
6. Pertanyaan dari Bapak Febriano
Apa pengaruh nilai dari probability density? Pada grafik halaman 3.
Jawaban: Jadi probability density itu sebenarnya melihat probabilitas kejadian (seringnya suatu kejadian itu terjadi), jadi dengan adanya probability density itu kita bisa mengetahui seberapa besar expected returnnya kita, dan seberapa besar penyimpangan dari expected return yang kita harapkan tadi. Dengan adanya Probability density itu kita bisa melihat dengan mudah mengambil keputusan dengan cepat. Probability desain itu dihitung dari expected returnnya dan simpangan bakunya atau standar deviasi.
7. Pertanyaan dari Bapak Mujib
Bagaimana fungsi pengawasan terhadap jalannya manajemen risiko perusahaan karena temuan-temuan yang terjadi yang mengakibatkan kerugian baik material atau immaterial sehingga berdampak pada reputasi perusahaan, Saya melihat banyak juga kasus-kasus hukum di beberapa perusahaan belakangan ini.
Jawaban: Tergantung dari manajemennya, yang namanya manajemen risiko itu kadang-kadang kita merasa nya sebagai biaya karena kita harus melakukan pengawasan terus-menerus, kalau misalnya pengawasan itu tidak ada sebenarnya biaya itu dihilangkan dari operasional kita, biaya dikurangin dari operasional kita hasilnya, kalau bisa dikurangi artinya bisa saja timbul risikonya. Kalau biaya itu kita kurangi Artinya kita harus menyiapkan dana seberapa banyak, sehingga kita bisa mengantisipasi risiko yang tidak kita inginkan tersebut terjadi, jadi tergantung dari manajemen dari perusahaan masing-masing seperti Apa kebijakan yang diambil. Kalau memang dia lebih menitikberatkan kepada pengawasan, pasti dia akan menyertakan dengan budget budget untuk pengawasan, sehingga manajemen risiko bisa dilaksanakan. Tetapi kalau tidak ada pengawasan artinya biaya-biaya itu dikurangi semua oleh perusahaan, dan perusahaan harus memiliki reservekalau misalnya kejadian itu terjadi. Kalau ada kerugian baik material atau immaterial, Apakah kebijakan perusahaan memang sengaja, Ya sudah biarkan saja itu terjadi, kalau kita punya backup atau reserve misalnya untuk membayarkan kejadian tersebut. Atau kita mau transfer Artinya kita bekerjasama dengan pihak ketiga atau avoid, kalau mau avoid kita tinggal rubah SOPnya sehingga kejadian tersebut tidak akan terjadi lagi. Jadi tergantung dari manajemen perusahaan tersebut keputusannya mau seperti apa.
8. Pertanyaan dari Bapak Meinarini
Bilamana penerapan manajemen risiko untuk usaha di bidang kreatif, dengan optimalisasi kinerja tenaga batik misalnya.
Jawaban: Ini hubungan yang lebih kepada performance, atau produktivitas mungkin. Jadi kalau risikonya kalau tenaga batik misalnya mengurangi kecelakaan kerja melakukan pembatikan, pembatikan itu berhubungan dengan panas berhubungan dengan api , jadi itu salah satu risiko yang harus kita identifikasi. Identifikasi itu proses yang memerlukan waktu dan biaya karena prosesnya panjang, kita memerlukan konsensus juga apakah dimasukkan resiko atau tidak. Proses ini yang harus diniatkan oleh perusahaan karena Yang tahu adalah perusahaan itu sendiri tentang risiko-risiko sumber-sumber terjadi di perusahaan tersebut. Karena dari satu perusahaan ke perusahaan lain itu spesifik atau istimewa, perbedaan karakteristik.
9. Pertanyaan dari Bapak Apriyanto
Bagaimana cara menentukan bahwa perlakuan risiko yang sudah dipilih sudah tepat? Apakah ada indikatornya yang menentukan tepat dan tidak tepatnya?
Jawaban: Perlakuan risiko itu harus di mapping, jadi prosesnya panjang. Dari identifikasi saja kita harus konsensus dahulu, dimasukkan ke resiko atau tidak, kalau memang dimasukkan ke resiko ada tidak catatan atau biaya yang harus dikeluarkan ketika risiko itu terjadi. Kita juga harus melakukan benchmarking, kalau dengan perusahaan yang sejenis apakah ini sudah tepat atau tidak, kita bisa memberikan adjustment atau tidak terhadap apa yang sudah kita lakukan. Kita harus memiliki manajemen risiko yang akan kita kerjakan di perusahaan kita ini apa setelah itu baru kita bandingkan, dari situ kita tahu bahwa ini tepat atau tidak. Prosesnya dinamis sekali dan perlu banyak pihak yang terlibat di situ juga, jadi tidak sesimpel yang saya tulis atau saya paparkan karena ini hanya penggambaran saja.
Profil InstrukturDr. Sinta Aryani, ST, MAIS, IPU
Dosen Teknik Industri Telkom University
Deskripsi Pemateri:
PENDIDIKAN
S1, Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung, 1992
S2, Bisnis dan Ekonomi, Oregon State University, 2000
S3, Ilmu Manajemen, Institut Teknologi Bandung, 2021
PEKERJAAN
·Part-time Faculty at School of Business and Management, August 2016 – Now
·Full-time Faculty at Telkom University, January 2015 – Now
·New Business Starter/Owner: Bandung-Lembang, December 2009 – 2016
·Industry Advisor at SENADA Indonesia Competitiveness, a program funded project by USAID, Bandung-Jakarta, June 2007 - July 2009
·Relationship Manager at SENADA Indonesia, a competitiveness program funded project by USAID, Bandung, May 2006 - May 2007