1. Pertanyaan dari Bapak Zulfikar
Seberapa besar pengaruh gradasi material dalam perencanaan perkerasan? dan Apakah pengujian ini menjadi suatu hal yang wajib dilakukan?
Jawaban dari Nara Sumber: Betul, ini wajib sekali karena di dalam satu campuran khusus disini, misalkan aspal beton kita mengenal semua itu gradasi dimana ada pembuatan maksimum size. Contoh untuk acwc itu gradasi yang boleh dipakai adalah yang lolos saringan 3/4 inch, untuk acbc itu lolos 1 inch, untuk acb itu kita memakai 1/2 inch di mana ada batas atas dan ada batas bawah koridornya. Pada saat kita bekerja material ini harus betul-betul dipilih kasar, sedang atau halus itu bagaimana caranya bisa masuk ke dalam spec. Kalau misalkan memilih, contoh pilihan anda adalah AC jenis permukaan wiring cost yang dipakai untuk lapis atas yang di mana pesertanya adalah lolos dari saringan 3/4 inch, Jadi anda harus mengusahakan membeli atau membuat batu yang kasarnya lolos 3/4 inch kalau untuk yang sedang untuk batu mungkin lolos nomor 4. Jadi anda mengusahakan fraksi kasar adalah lolos saringan 3/4 inch. Itu yang halus, kasar, sedang ketika dicampur itu harus terpenuhi lolos saringan 3/4 inch itu disebut lolos 100%. Pada saat Anda sembarang mengambil split ukurannya tertentu, karena kita tidak tahu penggunaannya nanti anda memberinya salah, bebatuan yang kasar di atas 1 inch atau di atas 1/2 inch dibeli padahal kita menggunakan acwc. Berarti sudah tidak terpakai, jadi usahakan pada saat anda bekerja apa yang kita kerjakan? Mungkin saja ac biner, acb, acwc itu terpakai artinya anda soft file itu harus selalu ada mulai lolos 1/2 atau 1 inch atau 3/4 tetapi pada saat anda saat bekerja hanya lolos pada acwc saja tentu saja anda harus mengusahakan material split yang lolos 3/4 inch tentunya karena kebutuhan kita acwc adalah lolos 3/4 inch. Material itu akan didapat dari pertama pengalaman, lihat pada saat membeli ini bebatuan 3/4 lolos 1 inch dengan sigmat ke lapangan, dasarnya kalau di lapangan anda ukur yang terkasar berapa, begitu diukur 1 inch berarti itu di atas 3/4 inch kita tidak gunakan. Jadi di sini pada saat awal memulai pembelian, memulai perencanaan harus sesuai dengan kebutuhan apa yang direncanakan atau apa yang kita inginkan. Kalau Semua material atau acwc, ac biner, acb ada berarti material itu harus dihitung berapa kebutuhannya, artinya pada saat anda bertemu ada yang lolos 3/4 inch berarti penggunaan untuk acwc, yang sedangnya berapa dan yang halusnya berapa adakan trial campuran, adakan trial and error lalu gunakan ada diagonal supaya material yang tiga fraksi itu masuk ke spesifikasi dari yang kita tuju misalkan acwc. Berarti anda harus sedemikian rupa pembelian itu terdiri dari fraksi kasar yang lolos 3/4, fraksi sedang, fraksi halus berapa persen itu dihitung dari kegiatannya berapa ratus ton atau ribuan ton nanti akan keluar hasilnya setelah perhitungan, semua itu dihitung berdasarkan analisa saringan.
2. Pertanyaan dari Bapak Chandra Wibawa
Bagaimana cara pengambilan sampel agregat dilapangan untuk pengujian analisa saringan agregat? karena dalam suatu timbunan agregat, agregat kasar cenderung berada bagian bawah dan agregat halus berada bagian atas dari suatu timbunan (pada SNI 03-6889-2002 tata cara pengambilan contoh agregat tidak dijelaskan spesifik). Bagaimana proporsi pengambilan sampel pada timbunan agregat di stok stone crusher ?
Jawaban dari Nara Sumber: Bahwa dalam menimbun didalam pelaksanaan timbunan di lapangan itu pada saat drop jangan terlalu tinggi tapi di lapangan itu juga tergantung exvacator bisa naik ke atas timbunan, jadi pada saat kondisi mobile material masuk dari luar ke area penimbunan kita harus melihat manufer truck dimana, penempatan cluster dimana lalu jumlahnya seberapa. Bisa saja penempatan yang paling banyak itu didekatlan ke area dari AMP ini kita bicara di lokasi AMP, yang paling jauh itu tapi saya rasa di dalam 1 pekerjaan atau lokasi AMP anda harus bisa memilih mana yang paling banyak terpakai di dalam campuran itu dan mana yang tidak. Biasanya yang halus, kasar itu bandingannya kurang lebih 30 atau 25 yang kasar, penempatannya itu harus disesuaikan dengan kondisi letak dari kolbin khususnya pengambilan contoh. Pada saat pengambilan contoh di lapangan, ambilah contoh mulai dari bawah, tengah sampai atas. Katakanlah mungkin timbunan itu tingginya sampai misalkan 6 meter tentunya tidak tajam berbentuk seperti bukit, jadi anda mengusahakan keliling dari misal tinggi 6 meter lalu lebarnya 30 meter diameternya, itu mungkin bisa menggunakan loader dengan pengambilan yang setengah atau sepertiga bucket. Tapi diusahakan, berarti bagian sepertiga dari tinggi 6 meter itu 2 meter kebawah ambil di tengah - tengah lalu kupas dulu sebelumnya dengan loader atau dengan singkop, diambil keliling misalkan 1/3 dari bawah diambil mungkin bisa 5 putaran atau 5 titik ditempatkan di 1 tempat. Lalu di pertengahan ambil mungkin dengan loader akan terambil atau mungkin dengan exvacator karena di lapangan alat berat bisa juga ada bisa tidak. Lalu di bagian atas juga diambil, jadi semakin banyak diambil ukurannya akan semakin bagus. Katakanlah dari bucket itu kalau dijumlahkan mungkin kurang lebih ada terkumpul 2 kubik di satu titik maka diaduk lagi, setelah itu ambil dengan cara disekop itu sudah tercampur yang kasar dari bagian bawah, bagian tengah, bagian atas diaduk kembali lalu diambil kira - kira 2 atau 3 karung karena banyak contoh yang diambil mungkin untuk hotmix atau untuk pekerjaan yang lain, yang khususnya mungkin ada pekerjaan beton dengan menggunakan material yang sama. Jadi katakanlah untuk 1 karung dibawa ke laboratorium itu sudah cukup, misalkan 1 Karungnya itu 200-300 kilo supaya kita punya arsip disana. Jadi pengambilan contoh diusahakan Pengambilannya itu terwakili, jadi tidak ada segregasi kalaupun ada bagian yang kasar yang memang gundukannya tidak terlihat kasar atau mungkin ada batuan yang tercemari oleh batuan yang ukurannya 1 atau 2 kita sisihkan, jadi yang terlihat atau tidak terlihat diusahakan campuran itu sedemikian rupa sehingga contoh yang terambil dari stock file atau dari timbunan itu mewakili dari material yang ada di lapangan. Kalau dari sisi quantity itu tidak mungkin banyak tetapi yang kita batasi adalah kualitasnya itu harus sedemikian rupa sehingga diambil lebih banyak itu lebih bagus tapi prmbatasan di sini mungkin katakanlah batuan 3/4 karena banyak penggunaannya mungkin 3 karung kira-kira sebanyak 600 kg.
3. Pertanyaan dari Bapak Chandra Wibawa
Bagaimana tanggapan bapak mengenai perbedaan hasil analisa saringan agregat menggunakan alat pengayakan agregat menggunakan mesin dibandingkan dengan cara manual (diayak manual) karena di SNI diizinkan menggunakan cara manual ?
Jawaban dari Nara Sumber: Jadi penggunaan mesin itu hanya sebatas membantu tapi yang pasti adalah manual karena mesin juga yang saya tahu bergetarnya biasanya bergoyang ke kanan ke kiri, tetapi ada mesin juga yang lain ada di atasnya yang menumbuk. Jadi susunan dari kasar sampai sedang sampai halus disusun lalu bergoyang, alat yang bagus itu ada juga dari atasnya berupa hammer ditumbuk. Kalau penggunaan itu harus dilihat juga pada saat kita menambah dan memasukkan material tidak boleh terlalu penuh, mungkin maksimum isinya hanya 3/4 saja dari tinggi saringan. Setelah digetarkan mungkin butuh waktu 15 atau 1/2 jam lalu kita lihat. Kalau batu kasar keluarkan lalu pakai manual kita lihat satu per satu karena bentuk saringan yang kita pakai adalah bentuk yang kubus, persegi sama sisi contoh 1 inch itu adalah 1 inch persegi. Biasanya yang diagonal juga akan masuk, beda lagi dengan saringan yang bentuknya bulat. Jadi khusus saringan yang kita pakai disini bentuknya adalah persegi bukan bulat. Jadi pada saat mengeluarkan contoh dari setelah hasil saringan mekanis dengan elektrikal anda buka lalu satu persatu menggunakan manual, disitu akan terlihat kadang dan memang betul bahwa manual lebih bagus karena terbatas. Terutama bebatuan yang agak panjang itu masuknya harus betul - betul, karena dengan kondisi shift shaker yang maju mundur itu biasanya kurang bagus karena itu dibantu dengan alat manual. Khusus yang kebawah kemungkinan sekali anda pakai terutama yang kurang dari nomor 4 anda kuas supaya betul - betul lolos di saringan yang bersangkutan. Intinya adalah batu yang kita timbang adalah batu - batu yang betul tertahan di saringan tertentu, jadi sudah lolos. Kalau misalkan tidak diperiksa lagi mungkin saja, katakanlah saya menimbang batu yang lolos 3/8 ternyata masih terdapat batu bukan hanya tertahan 3/8 saja yang lolos 1/4 juga masih di situ karena di bagian pinggir, jadi pada saat keluar dari saringan elektrikal anda saring kembali kita lihat mungkin beberapa kali prosesnya. Untuk analisa saringan sebaiknya pemeriksaannya tidak cukup satu, dua atau tiga kali, Jagorawi dulu menggunakan 5 kali rata-rata analisa saringan. Misal anda ingin teliti sudah dilakukan triplo benda ujinya 3, ada single, ada duplo, ada triplo, warto, 4 atau 5 makin banyak sebetulnya terwakili. Nanti hasil ini dirata - rata tetapi dua kali juga asal pengambilan contohnya benar dari lapangan, benda uji sampel dari lapangan. Lalu ke labnya di splitter dan peralatan alat splitter atau pembagi contoh atau dengan metode perempat bisa yang penting pada saat membagi contoh anda mengusahakan quantity dan qualitynya sama. Misalkan dari 4 kilo Saya akan mengambil dua contoh berarti 2 kilo, 2 kilo. Kalau menggunakan alat Splitter atau dengan wartering yang baik, yang artinya teliti begitu wartering anda timbang dua-duanya itu tidak akan jauh berbeda beratnya. Itu akan tergambar quality dan quantity nya sama, jadi pada saat wartering membuat dua contoh atau tiga contoh atau 4 contoh, contohnya itu tidak banyak berbeda berat totalnya itu bagus. Karena yang kita usahakan analisa saringan adalah jumlah butir itu terbagi, katakanlah begini dari lolos 3/4 dia ada batu yang 3/8, 3/4 setengah 3/8, setengah ada 50 biji atau 50 buah butiran yang lolos setengah di atas 3/8 misalkan 20 biji dengan kondisi pembagian itu yang 50 menjadi 20, yang 20 menjadi 10. Jadi kita mengusahakan sebetulnya pada saat kita membagi contoh, di pikiran kita adalah membagi contoh sama sama banyak dan sama jumlah. Jumlah butir juga berat butir, Jadi saran kita untuk analisa saringan yang bagus adalah membuat contoh dari 8 kilo anda ambil 4 buah, dari 4 itu kita wartering dapat 2 kilo dan 2 kilo memang mungkin tidak tepat ada selisih 50 gram atau 30 gram tapi di situ anda sudah punya bayangan. Dengan membuat contoh menjadi beratnya sama bisa berarti jumlah itu akan sama, hasil saringan juga nanti akan mendekati rata-ratanya itu tidak akan berbeda jauh.
4. Pertanyaan dari Bapak Ridho Zein
Apakah pengujian soundness harus lakukan juga?
Jawaban dari Nara Sumber: Tadi sudah diinformasikan bahwa pemeriksaan kadar lumpur atau soundness itu diuji karena untuk melihat sampai sejauh mana kadar lumpur yang dikandung dari fraksi halus. Terutama abu batu atau menggunakan pasir, abu batu diperiksa sand equivalentnya atau kadar lumpur. Artinya jangan terpaku untuk pasir, karena sebetulnya digunakan semua material yang lolos dari nomor 4, mungkin pasir atau abu batu hasil crusher karena bahwa pada saat crusher kemungkinan crusher itu batunya dari batu gunung dari lapangan yang terbuka diambil ekskavator dalam kondisi tidak terpisah, sebaiknya batu bongkahan besar tercampur fraksi halus memakai saringan. Jadi yang meloloskan nomor 3/8 adalah di bagian crusher, berarti abu batu ataupun lempung fraksi halus yang terbawa dan pada saat pengambilan material itu sudah terpisah. Batu halus misalkan kita batasi batuan yang diameter 20 cm itu yang di crusher, yang kurang dari 2 cm itu dibuang atau mungkin lebih ketat lagi dibuat saringan yang di lapangannya misalkan yang di bawah 1/2 tidak dipakai, sementara yang di atas 1/2 baru di crusher. Itu akan mencegah lempung terbawa ke fraksi abu batu, tapi bisa jadi pada saat pengambilan material batuan kasar tetapi tercemar oleh lempung otomatis akan susah, itu satu-satunya jalan adalah dicuci. Untuk Jagorawi dulu belum crusher itu melalui conveyor yang disiram air, seperti dibuat hujan. Jadi yang akan masuk crusher itu sesudah tidak mengandung lempung lagi, nanti hasil dari sand equivalent nya itu memiliki kecenderungan lebih besar dari 60. Apakah pasir ada yang 60? Tentu ada, kalau kita memakai pasir simalaka yang lama, kalau untuk yang sekarang sudah kurang bagus. Itu bisa angkanya 70 atau 68, tapi sekarang warnanya sudah beda lalu sudah terlihat lempung dicampurkan air saja sudah terlihat, itu nilai SE-nya akan berkurang dari 60 lebih tepatnya kurang dari 50. Jadi sand equivalent itu diperiksa dalam kondisi misal periodik terlihat oleh mata kita berbeda warna menjadi coklat kekuningan, karena bisa jadi anda mengambil pasir atau batu pada saat kemarau itu tidak ada masalah tetapi pada saat hujan karena pasir dari hulunya terbawa ke hilir sudah lempung berwarna coklat itu pasti akan berpengaruh terhadap nilai SE. Jadi pada saat membeli pasir anda memiliki konsesi pengambilan pasir di sungai, pada saat kemarau itulah waktu untuk diambil sebanyak-banyaknya di stok file di luar sungainya atau bisa jadi karena tidak ada lagi misalkan di satu pulau tidak memungkinkan, batu atau pasir tersebut dicuci untuk memperoleh sand equivalent yang lebih tinggi angkanya. Sand equivalent ke 100 artinya semua pasir, kalau 50 itu untuk lalu lintas biasa, kalau lalu lintas sudah berat itu angkanya di 60 mungkin makin tinggi nilainya.
5. Pertanyaan dari Bapak Alby Kastelany
Saya Alby Kastelany, dari PT. Virama Karya Tol KAPB II Sumsel. Izin bertanya Pak, abu batu produk crusher lolos ayakan 200 hasilnya 11,... %, sedangkan syarat speck maksimal 10%, apakah abu batu ini ditolak atau tetap dipakai? Terimah kasih Pak.
Jawaban dari Nara Sumber: Dengan pemeriksaan tadi lolos 11%, lalu sand equivalentnya seperti apa, lalu yakinkan juga dengan satu pemeriksaan tambahan yang tidak ada di sini. Katakanlah mungkin dengan pemeriksaan yang pasti kalau misalkan semua lolos 200, jadi begini misal lolos 200 yang betul-betul hasil crusher itu akan berbeda dengan yang 11% kalau tercampur dengan lempung. Anda pastikan SEnya bagaimana lalu misal nilai SE masuk, jadi ini dua pemeriksaan bisa digabung sehingga bisa saling dikontrol. Misalkan nilai SE-nya 55 atau 60 artinya bagus lalu 11%, angka 11% itu menjadi tanda tanya apakah betul ini abu batu atau bukan, pastikan lagi dengan cara campur dengan air lalu "geleng - geleng" di sini ada pemeriksaan semacam atterberg misalnya satu sendok abu batu lalu fokuskan untuk lolos nilai 200, anda saring agar lolos saringan 200 lalu setelah itu misal dapat satu sendok, setelah itu campur air tidak terlalu banyak lalu anda "geleng" dengan dikaca atau di telapak tangan apakah terjadi gumpalan dalam arti bisa 3 mili terbentuk atau tidak? Kalau misalkan tidak bisa membuat plastic limit artinya itu lolos 200.
6. Pertanyaan dari Ibu Augustina Hartini
Augustina dr CV. Primagraha, mohon tanya...tadi dijelaskan untuk mendapatkan agregat kubikel dengan cara mengkombinasikan agregat dari jow crusher, fon crusher dan impact crushe. Mohon dijelaskan maksudnya crusher berbeda lokasi atau bagaiman? (Karena kami pernah mendapatkan dari 1 crusher itu agregatnya mayoritas pipih).
Jawaban dari Nara Sumber: Di dalam satu crusher itu biasanya terdiri dari primernya itu adalah jow crusher, yang kedua itu bisa jow tapi jow yang diperkecil, yang ketiga roll karena crusher ada jenisnya cone, Impact, ada juga roll jadi ada beberapa kombinasi tetapi biasanya crusher pertama itu selalu jow crusher. Dari jow Crusher itu misal karena batu apapun yang memakai jow biasanya pipih dan paling besar adalah 20 cm berarti besar diameternya, jadi maksimum. Pada saat crusher bukaan yang terjadi di situ adalah 5 cm, jadi seperti rahang kita pada saat membuka maksimum 20 dan pada saat menekan itu di maksimum di 5 cm. Lalu yang kedua crusher yang berbentuk jow tapi sudah diperkecil, misal tadi 20 cm dengan 5 cm akan menjadi 5 butir terdiri pipih. Pada saat kedua itu crushernya itu yang lebih kecil kemampuannya tetapi makin kecil juga bukaan pengeluarannya, Katakanlah keluarannya saya set 2 cm lalu pada saat keluar menjadi kalau lihat yang pertama mungkin pipih, pada saat masuk jow yang kedua batu yang pipih itu akan terhimpit lalu akan menjadi tiga bagian akibatnya bentuknya panjang dan lebarnya sudah ada perubahan, mungkin yang satu menjadi delapan bagian. Nanti bisa jadi dimasukkan ke roll atau roll crusher dihimpit dan diputar, jadi nanti fraksi sedang itu akan melalui pemotongan lagi, yang tadinya pipih menjadi tidak pipih dan terakhir mungkin memakai cone crusher untuk nomor 4 ke bawah. Jadi dalam crusher itu harus pintar bagaimana cara memasang, pertama dipecah lalu disaring atau bisa juga tidak disaring dulu dimasukkan ke crusher kedua baru disaring lalu yang agak besar dimasukkan yang pertama, dikombinasikan sedemikian rupa sehingga material yang tadinya pipih di awal menjadi bentuknya kubikal. Jadi di sini ada pemilihan dari crusher, karena ada roll crusher, ada cone crusher, impatc crusher, beberapa macam tapi umumnya jow jow on, jow jow jow mungkin on, jow jow roll on. Jadi tergantung kondisi yang ada, itu mungkin pada saat set crusher-nya kalaupun bisa memilih seperti di Merak itu bisa memilih karena banyak produsen abu batu baik jenis batunya bisa kita pilih, gradasinya bisa kita pilih juga bentuk butirnya bisa dipilih.
7. Pertanyaan dari Ibu Aulia E F
Saya Aulia, dari perusahaan swasta di Padang. Saya ingin bertanya, Pak. Apabila menggunakan sirtu untuk lapis pondasi perkerasan, bagaimana komposisi agregatnya, Pak? Terimakasih, Pak.
Jawaban dari Nara Sumber: Jadi kita menggunakan sirtu tetapi untuk perkerasan LPA atau LPB mungkin tolong dijelaskan lebih dulu. Karena tidak ada respon maka saya akan membahas secara umum saja, batuan-batuan yang unik itu biasanya perlu bantuan yang pecah, ada 95 atau 90. 95 itu boleh tidak pecah 5%, jadi kalau penggunaan sirtu itu bentuknya kalau bulat itu berarti harus terpenuhi 95% batuan pecah dan satu bidang 5% tidak pecah. Kalau yang dua atau tiga boleh lebih dari 90%, artinya kalau misalkan perkerasan sirtu lalu lalu digradasi, lalu bidang pecahnya tidak masuk artinya jangan dipaksakan untuk pekerjaan hot mix. Jadi di sini tidak tampil tetapi ada persyaratan yang lain yang bidang pecahnya dibatasi, kalau kerikil lebih baik penggunaannya untuk ke LPA atau LPB. Jadi nanti lpa dan LPB memakai CBR maka tidak terlalu ketat, tidak harus bidang pecahnya dibatasi tetapi nanti memakai CBR, hanya CBR juga nanti anda lihat kalau sirtunya banyak bidang pecah pasti ke LPA tetapi kalau kerikil atau bentuk bulat nya banyak itu biasanya ke LPB. Karena bidang pecah itu kalau lebih besar yang pecah otomatis cbr-nya juga akan banyak, kita tahu CBR dari LPA adalah 90% sedangkan LPB adalah 60% lalu LPS adalah 50%. Jadi itu semua ada kerikil yang di crusher bisa terjadi bentuk butirnya bulat banyak akhirnya tidak akan terpenuhi nanti tidak akan tercapai, lebih baik yang kita pakai adalah material yang mempunyai bidang pecah di mana fraksi kasarnya 95/90.
8. Pertanyaan dari Bapak James Togotorop
James dari PT Virama Karya, Strategi apa yg harus disiasati? karena saat produksi pencampuran di AMP pada suhu diatas 160 derajat untuk tiap bath hanya 1 s/d 2,5 menit sedangkan di sebagian besar AMP Material tidak terlindungi degan baik dari hujan sehingga kontrol terhadap keringnya material tidak teliti.
Jawaban dari Nara Sumber: Jadi material yang kita pakai sudah terpenuhi absorbsinya kurang dari 3%, tetapi di lapangan kondisi AMP tidak terutama fraksi halus tidak terlindung oleh hujan tidak menggunakan atap, itu bisa terjadi bukan penyerapan tetapi kadar air menjadi tinggi mungkin bisa terjadi empat sampai lima persen. Yang kita tahu bahwa pada saat 5% itu kita anggap kering, AMP akan efektif produksinya kalau kadar airnya diperkirakan 5% terutama fraksi halus. Kalau seandainya lebih dari 5% karena malam hujan kita ambil fraksi halusnya ataupun abu batu lalu dimasukkan ke colbin otomatis produksi dari AMP drop atau turun, makin tinggi kadar airnya juga itu akan mungkin turun 15 - 20% karena kita mengejar temperatur dari agregat. Aspal sudah ditetapkan misalkan 160 derajat sedangkan suhu agregat di 170 derajat lebih besar 10 derajat Celcius dari aspal, kalau kita mengejar target dalam arti kita samakan antara kering dengan hujan itu akan berakibat suhu campuran yang terjadi drop itu tidak akan terpenuhi, satu-satunya jalan adalah mengurangi kapasitas dari jam produksi. Misalkan kadar air 5% atau 4%, produksi harian di rata-rata 1 jam adalah 50 ton misalkan kadar air fraksi halus 5%, saat kadar air tinggi anda harus turunkan jadi tidak 50 ton lagi, bisa jadi turun menjadi 35 ton karena harus mengejar bahwa pada saat agregat keluar dari dryer itu sudah harus suhu 170. Jadi murai colbinnya diperkecil supaya tidak akan yang pertama fungsi burner tidak dipaksakan karena yang basah memerlukan energi panas yang tinggi. Apakah mampu Burner memanaskan agregat? Belum tentu kalaupun bisa panas tetapi sampai jelaga dari terobong asapnya hitam itu berarti kualitas dari campuran sudah tidak bagus lagi, itu akan membuat material hotbin anda menjadi berjelaga jadi mengandung karbon. Bercampur dengan aspal itu akan berakibat berubah dalam arti kinerjaannya sudah lain karena batu yang sudah bersih terselimuti oleh jelaga yang mengandung karbon. Jadi bisa dilihat kalau di hotbin warna sudah berubah tidak berwarna batu artinya itu sudah mempengaruhi terhadap kualitas material di mana batu sudah kontak dengan karbon lalu terselimuti aspal maka akan berpengaruh terhadap kerekatannya.
9. Pertanyaan dari Bapak Heriyadi
Terkait dengan JMD, apakah di dalam aturan mmg harus dibuat / disyahkan oleh Badan yang independent, bagaimana dengan perusahaan yang sudah bersertifikat ISO, apakah mereka boleh mengeluarkan JMD sendiri tanpa membuatnya di Badan yg independent?
Jawaban dari Nara Sumber: Jadi JMD ini sebetulnya pada saat JMD anda mengambil contoh material dari lapangan lalu dimasukkan ke badan yang anda percaya direksi yang terpercaya, mungkin ke PU atau perguruan tinggi ataupun ke tempat lain tapi yang jelas di sini yang penting material itu diperiksa dan kita punya kepercayaan badan tersebut. Pada prinsipnya diperiksa di manapun anda harus tahu yang paling penting adalah peralatan yang dipakai sesuai dengan sni-nya karena tentunya peralatan-peralatan semua itu harus terpenuhi, kalau sudah SNI, dimensi, berat dan segala macamnya sudah terpenuhi kalau hasilnya bagus tentunya akan bagus. Bisa saja anda memeriksakan ke satu instansi tetapi di mana anda memerlukan perbandingan mungkin anda mengerjakan sendiri juga karena mampu karena kontraktor mampu bekerja sendiri, tetapi nanti ujungnya apakah bisa dipercaya atau tidak? Dengan owner dan juga konsultan yang mengawasi kita. Yang penting harus ada kesepakatan bahwa contoh di manapun dilaksanakan itu ada kesepakatan antara kita dengan owner lalu juga dengan konsultan bagaimana pemeriksaannya, hasilnya seperti apa. Yang penting karena ini menggunakan alat SNI tentunya mungkin badan yang kita periksa misalnya PU apakah siap atau tidak peralatannya apakah betul tidak mungkin ini bisa dilakukan oleh sendiri tetapi peralatannya harus betul-betul sesuai dengan persyaratan SNI. Karena peralatan itu penting, pemeriksaan itu maka adanya SNI disitu tercantum peralatan apa saja yang dipakai, dimensi, panjang, lebar, berat serta segala macamnya sudah ada di sana. Yang penting adalah alat-alat itu sudah bagus, mungkin dilakukan oleh kita atau kontraktor sendiri dikerjakan dipersamakan dengan tempat lain bisa bagus, yang penting kita harus tahu sni-nya jadi ada kesepakatan di sini mau dikemanakan terutama sekarang itu apakah sudah ada kane, sudah punya ISO itu salah satu pendekatan yang awal.
10. Pertanyaan dari Bapak Darmansyah A
Didalam spek ditentukan material sampel yang diserahkan untuk pembuatan DMF, minimal 50 kg, apakah cukup untuk jadi DMF? sedangkan untuk gradasi sendiri dibatasi jumlah minimal sekian kg, sedangkan pengujian lain masih banyak, untuk jadi DMF, terima kasih.
Jawaban dari Nara Sumber: Di badan seperti BPJN biasanya tertulis di sini ada jumlah yang batas minimum tetapi mungkin 50 kilo Itu untuk satu fraksi, satu pekerjaan untuk Marshall misalnya terdiri kasar, sedang dan halus. 50 kilo menjadi 150 kilo itu cukup jadi jangan sampai lebih baik banyak dibanding sedikit karena nanti akan berbeda pengambilan contohnya, hasilnya yang beda maka akan berbeda juga jadi lebih baik dilebihkan saja. Betul kalau misalkan pemeriksaan marshalnya sendiri butuh totalnya misalkan 2.000 x 15 menjadi 30 kilo belum untuk analisa saringannya. Katakanlah 100 setiap fraksi 50 kilo saja sudah cukup, mungkin yang dimaksud 50 kilo itu untuk kasar, sedang dan halus, jadi masing-masing 50 di 150 itu cukup tetapi semua total 50 itu kurang.
11. Pertanyaan dari Bapak Arhab
Saya Arhab, izin bertanya Bila produk Crusher hanya menggunakan single cone, agregat yang dihasilkan banyak yang pipih. Tapi ketika menggunakan double cone maka produksi agregat sebagian besar bentuk kubikal. Sekarang permasalahannya harga satuan Agregat tidak terpenuhi bila menggunakan double cone, tapi bila menggunakan single cone harga terjangkau. Bagaimana tanggapan Pak Zainal Arifin?
Jawaban dari Nara Sumber: Jadi dalam hal ini tentunya material diproses dengan satu kali ataupun jadi beberapa kali tentunya mengeluarkan produknya juga berbeda. Kalau satu cone butuh waktu untuk satu kubik proses yang ada pipih banyak mungkin setengah jam atau 15 menit tetapi karena ada penggunaan cone tambahan jadi produksi menjadi lebih panjang mungkin bertambah 5 menit, itu artinya semua mengandung biaya jadi bisa terjadi bahwa batuan yang kubikal itu harganya lebih mahal. Jadi wajar hanya perbedaannya itu apakah besar atau kecil, katakanlah satu kubik batu yang pipih itu misal Rp100.000 tetapi karena kubikal Rp200.000, itu tidak masuk akal jadi kemungkinan 100 yang agak pipij lalu yang kubikal 125 itu baru wajar. Jadi memang ada penambahan biaya karena proses dengan alat dan energi yang berbeda.
Profil InstrukturZainal Arifin
Purnabakti Puslitbang Jalan dan Jembatan PUPR / Tenaga Ahli PT. MBT Konsultan
Deskripsi Pemateri:
Usia 65 tahun memiliki latar belakang Teknik Lingkungan dari LPPU, pernah bekerja di Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Raykat (d/h Dep. PU), sering dilibatkan dalam kegiatan penelitian terkait masalah kerusakan serta pencegahan dan penanggulannya di proyek jalan nasional yang ada di seluruh tanah air. Berdasarkan pengalamannya memiliki keahlian dalan persiapan, pelaksanaan dan pengendalian mutu pekerjaan jalan terutama untuk Flexible Pavement.
Saat ini sebagai salah satu tenaga Ahli di PT. MBT Konsultan yang aktif memberikan training di bidang teknik jalan terutama masalah bahan dan metoda pelaksanaan pekerjaan jalan untuk peruisahaan-perusahaan seperti PT. Hutama Karya (Persero), PT Hutama Karya Infrstruktur (HKI), PT Jasa Marga (Persero), Dinas-dinas Pekerjaan Umum Kota/Kabupaten di seluruh tanah air, Perguruan Tinggi Negeri/Swasta dan instansi lainnya.