1. Pertanyaan dari Bapak Samsul Arifin
Apa akibat dari faktor yang tidak diinginkan, seperti bencana, COVID 19, dsb. dan penanganannya dari sejarah industrial?
Jawaban: Tentu saja harus melihat eskalasi atau dampaknya dulu. Kalau kita lihat sekarang, COVID 19 ini, karena semua harus membatasi diri pada kegiatan-kegiatan, termasuk kegiatan manufaktur dalam produksi itu ada imbasnya. Kalau kembali pada era-era dulu, ada berbagai jenis flu, flu Spanyol dan sebagainya yang juga sangat buruk, pasti ada pengaruhnya karena industri yang berjalan itu juga memerlukan manusia. Jadi kita fokusnya pandemi ini adalah terkena pada manusia. Apalagi pada era yang terdahulu pada revolusi industri 1 dan 2 ketergantungan kepada manusianya cukup tinggi. Dan ketika sumber daya manusia itu terkena penyakit, yang bersifat masif tentu saja kegiatan industri pasti terganggu. Harus dilihat seberapa besar pengaruh atau dampak dari masif pandemi itu. Saya kira tidak akan sama pengaruhnya antara penyakit satu dengan penyakit lainnya, hanya yang bersifat pandemi yang massal masif dan menyeluruh, apalagi yang ditularkan oleh antarmanusia, itu saya kira akan terpengaruh di industri. Tetapi masalah dampak seberapa besar akibatnya harus dilihat dulu bagaimana hasil dari pandemi itu sakitnya itu seperti apa yang mengakibatkan manusia itu apakah masih bisa bekerja atau tidak, ini juga harus dikaji lagi. Tetapi kalau dikatakan pengaruhnya ada pasti, namun eskalasi magnitude seberapa besar itu hasil dari bentuk pandemi itu sendiri.
Termasuk kalau krisis, krisis moneter misalnya. Kalau kita kembali lagi ke krisis Malaysia, seperti halnya yang terjadi pada tahun 1929-1930 itu ada krismon seperti halnya kita terjadi pada tahun 1998. Misalnya industri otomotif, contohnya Fort Company itu sangat terpengaruh. Industri otomotif pada era itu terpengaruh oleh krisis moneter pada tahun 1929-1930 itu. Jadi kalau bersifat masif, meluas itu pasti, saya kira itu pasti ada dampaknya.
2. Pertanyaan dari Bapak Febriansyah
Sistem Production Push bedanya di mana?
Jawaban: Sistem push ini, ibaratnya bahwa rencana produksi yang berwujud jadwal produksi atau schedule. Kalau push akan dilakukan atau dijadwalkan dibuat oleh bagian terpusat, entah itu Departemen produksi atau Manager produksinya yang sudah dihitung dengan memperhatikan kapasitas tersedia. Kemudian itu akan diberikan pada masing-masing sumber daya yaitu resource. Resource itu berarti bisa berwujud mesin, work center, departemen yang akan mengerjakan dan terlibat dalam kegiatan produksi itu. Sifatnya Central, dari satu bagian pembuat rencana produksi itu diberikan jadwal produksi itu kepada setiap work center atau setiap sumber daya tadi. Kemudian setiap sumber daya akan melakukan kegiatan produksi atau operasinya berdasarkan jadwal itu. Jadi akan mengikuti keputusan dari jadwal produksi yang sudah ditentukan, tanpa melihat status dari sumber daya yang lain. Entah itu sumber daya mesin atau work center sebelum dari work center itu atau sesudahnya. Yang penting setiap work center akan memenuhi jadwal produksi itu, sehingga kemudian begitu suatu work center itu menyelesaikan pekerjaannya akan memberikan, jadi part yang sudah selesai di suatu work center akan disalurkan ke Lini produksinya kepada work center sesudahnya. Karena sudah sesuai jadwal produksinya, kapan harus dirilis dan diselesaikan dan harus diberikan kepada work center sesudahnya. Jadi dalam konsep yang tradisional pokoknya sesuai dengan jadwalnya itu selesai, dirilis dan diberikan pada waktu sesudahnya. Apakah work center sesudahnya itu siap atau keadaan yang mungkin menganggur, atau dia masih ada pekerjaan, atau dia malah menumpuk pekerjaannya, work center yang lain tidak mau tahu yang penting sesuai dengan jadwalnya masing-masing. Kalau yang pull atau tarik, dalam rangkaian setiap sumber daya ini harus memperhatikan bagaimana status dari work center - work center sebelum dan sesudah dari work center tertentu dengan menggunakan mekanisme all informasi wujud otorisasi atau perintah produksi. Dengan demikian bahwa, jadwal produksi yang terpusat tadi, sentralisasi yang ada di depo sistem tadi ini kemudian akan diwujudkan dalam bentuk perintah produksi pada masing-masing work center, dari mulai downstream yang sesudahnya ke sebelumnya dengan cara menarik. Jadi work center yang terakhir itu istilahnya menarik, dalam hal ini mungkin pengertiannya meminta, menarik itu adalah memberikan otorisasi perintah resource sebelumnya untuk beroperasi atau berproduksi. Jadi bukan berdasarkan dari schedule, tetapi berdasarkan keadaan real status dari setiap sumber daya itu antar sumber daya itu. Begitu suatu sumber daya itu meminta, itu artinya memberikan otorisasi perintah kepada work center sebelumnya untuk berproduksi, untuk melakukan kegiatannya. Maka dikatakan, material atau barang itu dikatakan ditarik, ditarik itu berarti diperintahkan untuk diproduksi. Wujud menarik itu adalah perintah produksi, Maka kalau hanya sekedar memahami misalnya berdasarkan permintaan, permintaan dari salah satu kerja downstreamnya itu terlalu sempit, nanti akan terjebak "Kalau begitu pull system itu harus dengan make water", terjebaknya begitu biasanya padahal bukan itu yang dimaksud, pull sistempun juga bisa dengan make to stock. Tetapi yang dimaksud dengan pull system adalah mekanisme, pengendalian, Bagaimana aliran produksi itu dijalankan, aliran produksi Berarti ada perpindahan part barang yang diproduksi antar salah satu kerja. Satunya berdasarkan jadwal, memberikan begitu saja kepada work center sesudahnya, yang pull system itu adalah memberikan otorisasi, memberikan perintah salah satu kerja sebelumnya untuk berproduksi. Kata yang tepat untuk mengatakan pull system itu adalah memberikan otorisasi, perintah produksi pada work center atau sumber daya sebelumnya.
Profil InstrukturIr. B. Laksito Purnomo, S.T., M.Sc, IPM, ASEAN Eng, CSCA, CSCM
Dosen Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Deskripsi Pemateri:
Pendidikan
• Sarjana Teknik Industri– S.T. ITB (1998)
• Master Manufacturing Management – M.Sc. University of Bradford, England, UK (2014)
• Insinyur – PSPPI ITB (2021)
Pekerjaan
Staf Pengajar, Departemen Teknik Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (2000 s.d. skrg)
Sertfikasi
• IPM dan Asean Eng. [PII]
• Certified Supply Chain Analyst [CSCA] – ISCEA
• Certified Supply Chain Manager CSCM – ISCEA
Organisasi:
• Institute of Industrial and System Engineering [IISE]
• Persatuan Insinyur Indonesia [PII]
• Perhimpunan Ergonomi Indonesia [PEI]
Pengalaman Proyek
• Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah for Any Indonesian Local Government Agencies
• Owner Estimate/HPS for Petrokimia Company, PJB Rembang
• Purchasing-Procurement Management for Bank Rakyat Indonesia, Panti Nugroho Hospital Yogyakarta
• Suply Chain Management for PT Pupuk Sriwijaya Company, PBJ Muara Karang
Dll.