Fenomena "Asap" Pesawat yang Kerap Dihubungkan dengan Teori Konspirasi Senjata Biologis Chemtrail

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil

11 Juli 2022, 00.31

jejak contrail yang ditinggalkan pesawat(Adrian Pingstone Arpingstone)

Fenomena contrail atau condensation trail yang menyerupai "asap" dari pesawat sering kali dihubungkan oleh teori mengenai chemtrail (chemical trail) atau jejak zat kimia di langit. Berbagai jejak contrail pesawat, khususnya dari pesawat tempur, belakangan banyak diviralkan sebagai bentuk dari chemtrail. Chemtrail sendiri adalah teori yang menyebut pemerintah atau pihak tertentu melakukan misi rahasia dengan menyebarkan zat kimia beracun ke atmosfer dari pesawat. Mereka yang percaya dengan teori ini berspekulasi chemtrail merupakan jejak senjata biologis yang disebar untuk melakukan hal-hal buruk seperti penyebaran virus, dilakukan untuk mengurangi penduduk bumi, bahkan sebagai pengendali pikiran.

"Tidak terbukti. Jadi memang sangat lemah (keakuratan informasi soal chemtrail). Baik dari penelitian, referensi, itu lemah sekali bahwa ada bahan kimia yang disebar begitu," ungkap Kepala Sub Bidang Layanan Informasi Penerbangan BMKG, Ismanto Heri saat dihubungi, Rabu (16/2/2022). Ismanto menegaskan, jejak asap putih di langit yang sering terlihat adalah contrail atau jejak kondensasi pesawat terbang. Menurutnya, contrail tercipta karena pengembunan udara dari asap pesawat yang mengandung keluaran sampingan berupa uap air, mengalami kondensasi akibat suhu udara atmosfer yang dingin sehingga terbentuk jejak di belakang pesawat. "Kami melihatnya itu adalah fenomena awan yang muncul di belakang pesawat, bentuknya seperti garis. Dan itu biasa terjadi," jelas Ismanto. Ismanto pun bisa memastikan, bahwa tak pernah ada chemtrail di Indonesia. "Dari diskusi dan penelitian, memang belum ditemukan. Dari kami tidak menemukan itu (chemtrail untuk senjata). Tidak terbukti," tegasnya.

Ia mengatakan, akan terlihat perbedaan apabila memang zat kimia dilepaskan dari pesawat. "Secara umum bahan-bahan kimia yang dilepaskan dengan sengaja memiliki jejak tidak setegas contrail, baik dari sebaran dan warna," ungkap Ismanto. Melansir pemberitaan surya.co.id tanggal 15 Juli 2011, teori chemtrail sudah ada sejak tahun 1996. Sama seperti di Indonesia, di berbagai belahan dunia, jejak asap di langit dari pesawat kerap dihubungkan dengan teori chemtrail. Penganut teori konspirasi di Amerika Serikat, Jeff Rense punya anggapan chemtrail sengaja disemprotkan oleh pemerintah mereka untuk mengendalikan populasi atau dengan kata lain, untuk mengurangi jumlah manusia secara diam-diam. Ada juga yang menyebut chemtrail merupakan sebuah eksperimen penelitian. Namun lembaga resmi Pemerintah AS yang berkaitan dengan sains dan angkasa menepis keras teori konspirasi tersebut.

Ia mengatakan, akan terlihat perbedaan apabila memang zat kimia dilepaskan dari pesawat. "Secara umum bahan-bahan kimia yang dilepaskan dengan sengaja memiliki jejak tidak setegas contrail, baik dari sebaran dan warna," ungkap Ismanto. Melansir pemberitaan surya.co.id tanggal 15 Juli 2011, teori chemtrail sudah ada sejak tahun 1996. Sama seperti di Indonesia, di berbagai belahan dunia, jejak asap di langit dari pesawat kerap dihubungkan dengan teori chemtrail. Penganut teori konspirasi di Amerika Serikat, Jeff Rense punya anggapan chemtrail sengaja disemprotkan oleh pemerintah mereka untuk mengendalikan populasi atau dengan kata lain, untuk mengurangi jumlah manusia secara diam-diam. Ada juga yang menyebut chemtrail merupakan sebuah eksperimen penelitian. Namun lembaga resmi Pemerintah AS yang berkaitan dengan sains dan angkasa menepis keras teori konspirasi tersebut.

Di Tanah Air, teori konspirasi soal chemtrail juga banyak berkembang. Tak sedikit hoax bermunculan terkait isu ini. Seperti pada Juli 2021, media sosial dihebohkan dengan video yang menyebarkan isu chemtrail ditemukan di sejumlah daerah untuk menyebarkan penyakit. Dalam narasi video itu dikatakan, beberapa daerah yang melihat chemtrail adalah Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Bali, Semarang, Makassar, dan Cirebon.

“Ini namanya Chemtrail, bukan buang-buang bahan bakar, ini banyak orang yang nggak tahu ini. Elu jangan keluar kalau kena ginian, racun ini. Maksudnya kalau yang dekat-dekat,” ujar seseorang dalam video itu, seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Rabu (14/7/2021). Kemudian pada September 2021, sebuah akun Facebook menyebarkan informasi mengenai kematian ribuan burung pipit akibat chemtrail. "Ribuan Burung Pipit Mati Dibalai Kota Cirebon,..?? Virus Bikinan Manusia itu ya Begini,... Akibat Nyebar² Racun Diudara ya Begini Jadinya,.. Cuma Ada Dua Kemungkinan: Akibat Chemtrail Atau Radiasi Frekuensi 5G, Sesekali Lihatlah Langit Diatas,.. Bahaya Racun Sedang Disebar,...Jangan Terlalu Nunduk Baca Sosmed di HP Android," tulis pengunggah dalam status Facebook-nya, dikutip dari Kompas.com.

erbaru, teori chemtrail kembali muncul lewat video berdurasi 15 detik yang memperlihatkan gars putih memanjang di langit. Video tersebut viral di media sosial pada Selasa (15/2/2022). Pemilik akun menuliskan narasi bahwa Jakarta telah digempur chemtrail pada 14 Februari pukul 01.00 dini hari. "Jakarta di gempur chemtrail 14 februari pukul 1 tengah malam. Stay safe untuk warga jakarta ya, berdoalah mereka semua yg terlibat cepat menerima hukumannya," demikian narasi yang dituliskan pada keterangan video viral di Twitter itu.

Sumber Artikel: nasional.kompas.com